🌲 Semarang

296 46 2
                                    

Tara, Livi dan Yuskhaf duduk melingkar dengan para juniornya, masih membahas kegiatan MI yang akan dilaksanakan kurang dari setengah jam lagi. Beberapa kali Livi menguap dan mengerjapkan mata—menahan kantuk yang menderanya karena baru tidur dua jam.

Sementara teman-temannya yang lain sedang tidur nyenyak di ruang sebelah yang sengaja dipinjam oleh para junior mereka.

“Karena ini MI pertama, jadi lebih ditekankan pada kesanggupan peserta melanjutkan Diksar entah itu sebagai individu atau kelompok. Singgung soal materi yang udah mereka kuasai, komitmen yang bisa mereka berikan, dan resiko apa yang akan terjadi kalau mereka menyerah di tengah jalan. Inget sama semua capaian yang udah kalian tulis di teknis,” kata Tara. Semua junior yang ada di situ memperhatikan dengan seksama.

“Besok siapa aja yang ikut ke Ungaran selain pengurus?”

“Bukan besok Koh, tapi nanti pagi,” ralat Livi.

“Oh iya ini udah hari senin ya?” gumam Yuskhaf tak sadar waktu.

“Kalau yang udah fix baru empat orang Mas,” jawab Reog lalu menyebutkan keempat nama senior yang akan menemani mereka ke Ungaran. Satu diantaranya adalah senior angkatan Tara, sementara tiga lainnya angakatan di bawah Tara.

Tak seperti organisasi lainnya, Mapala atau mahasiswa pencinta alam merupakan sebuah organisasi yang memiliki keanggotaan seumur hidup dengan empat tahun ke pengurusan alias selama kuliah mereka akan terus mengurus Mapala sampai demisioner di tahun keempat mereka. Apabila ada yang lulus lebih dulu, maka secara otomatis dirinya sudah dianggap demisioner karena syarat menjadi pengurus adalah mahasiswa aktif.

Setelah demisioner beberapa orang akan dipilih sebagai Dewan Kehormatan (DK) yang terdiri dari minimal tiga angakatan yang berbeda. Tugasnya adalah untuk mengawasi kepengurusan dan organisasi, sedangkan yang lainnya menjadi anggota luar biasa—syaratnya hanyalah anggota yang telah dinyatakan lulus oleh kampus. Anggota yang sudah demisioner, tapi belum lulus bisa dipilih menjadi DK namun belum bisa menjadi anggota luar biasa.

Untuk menjadi anggota Mapala wajib mengikuti setiap tahapan kegiatan penerimaan anggota baru yaitu pra pendidikan dasar (pradik) dan pendidikan dasar (diksar) yang kemudian akan disahkan dalam upacara pelantikan setelah dua kegiatan itu selesai. Upacara pelantikan biasanya digelar di puncak Gunung—angkatan  Tara dilantik di puncak Gunung Merbabu.

Para anggota baru juga akan menerima nama rimba saat penutupan diksar dan wajib memanggil sesama anggota dengan nama rimba—meski nama yang diberikan selalu aneh-aneh. Contohnya Terong dan Reog.

Sisi positif dari keanggotaan Mapala seumur hidup adalah ikatan antara junior dan para senior masih terus terjalin. Bahkan sampai angkatan-angakatan sepuh alias para pendiri Mapala, mereka kadang-kadang masih hadir dalam acara-acara Mapala atau hanya sekedar mengunjungi basecamp di hari biasa untuk silaturahmi.

“Tadinya kita mau ikut juga, tapi karena Mbak Jipang lagi hamil jadi kita mau liburannya ke tempat lain aja,” ujar Livi dengan nada bergurau karena tentu saja itu tidak benar. Andai mereka mau ikut Diksar pun pasti hanya dirinya, Tara dan Yuskhaf yang mau ikut. Anjani masih bisa dibujuk, sisanya pasti menolak.

“Oalah, mau liburan toh Mbak? Pantes seangkatan kumpul semua.” Salah satu juniornya menanggapi.

“Iya dong, sekalian reuni.”

“Kompak ya Mbak angkatannya?”

Livi hanya tersenyum kecil. Mereka tak tahu, tapi para seniornya pasti tahu betul bagaimana kondisi angkatan Livi, tapi ya kini mereka pun sedang mencoba mendekatkan kembali entah hasilnya akan berhasil atau tidak.

“Mas, Mbak aku mau bangunin peserta dulu ya.” Junior yang tadi bertanya soal korlap pada Livi berdiri sambil memakai slayernya. Salah satu aturan diksar memang mewajibkan semua panitia memakai atribut lengkap saat berhadapan dengan peserta diksar. Peraturan itu pun berlaku pada senior-senior yang sudah demisioner.

Segi Delapan [END]Where stories live. Discover now