❀ 03 - Tentang Janu dan Pencarian Jodoh

1.5K 178 17
                                    

SETIBANYA di depan rumah, sejenak Janu turun terlebih dahulu dari mobil untuk membuka pagarnya lebar-lebar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SETIBANYA di depan rumah, sejenak Janu turun terlebih dahulu dari mobil untuk membuka pagarnya lebar-lebar. Ketika hendak kembali, pandangan laki-laki berkacamata itu secara tak sengaja terarah tepat ke seberang jalan di mana rumah Om Tanuja--ayah dari tiga bersaudara bernama Vandi, Wira, dan Xenna--berada. Kendati pagar hitam tingginya tertutup rapat, Janu tetap dapat melihat mobil bercat silver terparkir di dalam sana. Yang berarti, sang penghuni sudah pulang setelah dilaksanakannya pernikahan Wira.

Karena hal tersebut, Janu berasumsi bahwa tak lama dari waktu sekarang, anak bungsu dari keluarga mereka pasti akan datang setelah tahu orang yang akan ditemuinya telah sampai di rumah. Itu pun jika si gadis masih mengingat kata-kata yang sudah diucapkannya sendiri.

Janu kemudian mengedikkan bahu acuh tak acuh. Lantas dirinya kembali masuk ke dalam mobil untuk segera ia parkirkan di carport. Usai mengunci mobil dan menutup pagar, Janu lekas beranjak menuju pintu utama. Baru saja ia dorong hingga terbuka sedikit, bunyi kerincing yang kian lama kian terdengar dekat segera menyapa rungu. Sudut-sudut bibir Janu pun otomatis tertarik tipis.

"Tuh, papa pulang! Papa pulang!"

Suara Mami menyambutnya setelah Janu masuk ke dalam rumah bersamaan dengan tiga ekor kucing yang tengah kompak berlarian ke arahnya. Para makhluk berbulu dengan ras berbeda itu langsung saja mendekati Janu dan menggesekkan tubuh mereka di kaki lelaki itu. Perpaduan vokal dengan jenis suara yang berbeda pun turut menyertai.

Setelah melepas sepatu serta kaus kaki dan menaruhnya di rak, Janu lekas berjongkok, memberi perhatian secara merata dengan mengelus masing-masingnya.

"Makanannya udah dibeli, Mas?" Mami yang berdiri di dekat sofa melontarkan tanya dengan kedua tangan berada di pinggang. Tampak sebuah celemek hitam menutupi setengah bagian depan tubuhnya, membuat Janu dapat menebak bahwa Mami tengah menyiapkan pesanan kue.

"Makanan apa, Mi?" Janu balik bertanya sebab Mami tak langsung mengatakannya secara jelas.

"Ya makanan anak-anakmu lho, Mas. Kan tadi Mami udah nitip beli lewat WA."

"Janu kayaknya lagi di jalan pas Mami nge-chat."

Mami pun meloloskan napas lelah. "Hah, kebiasaan kamu Mas, susahnya dihubungi kalau lagi nyetir." Seraya kembali beranjak ke dapur, Mami melanjutkan, "Ya udah, kamu mandi terus makan aja dulu, baru keluar lagi. Untung tadi masih ada sisa jadi bisa Mami kasih makan dulu seadanya. Tapi si Cimol kayaknya cuma kebagian dikit."

"Dia memang nggak rakus dan suka ngalah," balas Janu sambil mengangkat kucing anggora berbulu putih dengan tubuh sedikit gempal. Mami menamainya Cimol sebab warnanya yang cukup mirip. Janu kemudian membawa makhluk berbulu itu menyusul Mami. Dua kucing miliknya yang lain--Mochi dan Bolu--pun segera saja mengekori. "Banyak pesenan, Mi?"

Kondisi dapur saat ini tampak cukup berantakan, terutama di bagian wastafel di mana terdapat berbagai alat yang digunakan untuk membuat kue--yang sudah kotor--menumpuk di sana. Sementara itu terdapat loyang-loyang berisi brownies yang sudah matang di atas meja.

Memories in the MakingWhere stories live. Discover now