❀ 23 - Xenna dan Bentuk Kepeduliannya

940 103 18
                                    

PAGI ini, petualangan Xenna dalam alam mimpi terpaksa terhenti oleh sebab dering ponsel yang sukses menarik kembali kesadarannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PAGI ini, petualangan Xenna dalam alam mimpi terpaksa terhenti oleh sebab dering ponsel yang sukses menarik kembali kesadarannya. Gadis yang tengah bergelung nyaman di balik selimutnya itu pun kontan menggeliat. Kedua matanya masih terpejam rapat, tetapi tangan kanannya tetap tergerak meraba-raba ke sekitar, mencari keberadaan ponselnya. Setelah berhasil meraih benda pipih tersebut, lekas saja dibawanya ke hadapan wajah.

Dua kelopak mata Xenna yang terasa begitu berat akhirnya sedikit terbuka. Namun, ketika dapat melihat nama kontak yang terpampang jelas pada layar, sekonyong-konyong sepasang netranya membulat sempurna. Sambil berusaha mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, Xenna pun buru-buru menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Mi," sapa Xenna pada si pemanggil di seberang sana--Mami. Setelahnya ia berdeham kecil sebab sadar suaranya agak serak akibat baru terbangun dari tidur.

"Duh, maaf ya, Xen, Mami pasti udah ganggu tidur kamu," balas Mami, terdengar sedikit merasa bersalah.

Kedua alis Xenna terangkat rendah. "Eh, nggak papa kok, Mi, nggak usah minta maaf." Xenna menjeda sejenak. "Tapi, emangnya ada apa ya Mi, Mami telepon Xenna pagi-pagi begini?"

"Gini, Xen, Mami cuma mau minta tolong sama kamu. Hari ini itu Mami mau nyamperin si papi karena kebetulan lagi ada acara besar selama tiga hari, dan Mami wajib ikut hadir. Mau nggak mau jadinya Mami harus ninggalin rumah juga," terang Mami. Helaan napasnya kemudian terdengar sebelum melanjutkan, "Nah, Mami mau minta tolong sama kamu, Xen. Nanti jam dua belasan kamu ke rumah, ya, buat kasih makan anak-anaknya Janu. Kamu cek dulu aja, takutnya Janu nggak kasih lebih sebelum dia berangkat ke kantor. Kunci rumah cadangan, kayak biasanya Mami tinggalin di bawah keset. Tolong ya, Xen? Soalnya Mami ngechat Janu belum terkirim terus dari tadi."

Xenna terdiam sejenak, kendati ia segera tersadar dirinya tidak perlu lama menimbang-nimbang. Permintaan tolong Mami merupakan sesuatu yang sangat dapat Xenna sanggupi. Maka, gadis itu pun lekas membalas, "Iya, Mi, Xenna bisa kok. Nanti jam dua belasan Xenna cek ke rumah Mami, ya."

"Oke, Xen. Makasih banyak, ya."

"Sama-sama, Mi. Omong-omong, Mami lagi di mana sekarang?"

"Ini Mami lagi di perjalanan menuju bandara dengan teman Mami, Xen. Mami flight jam sepuluh nanti."

"Oh, kalau gitu hati-hati ya, Mi. Xenna doain semoga selamat sampai tujuan. Xenna bakalan kangen deh, sama Mami."

Tawa kecil Mami pun kontan mengudara. "Bakalan kangen Mami atau makanan-makanan bikinan Mami, nih?"

Xenna menyegir, walaupun tahu betul Mami takkan melihatnya.

"Mami perginya nggak lama kok, Xen. Kalau kamu pengen makan kue bikinan Mami, di rumah masih ada tuh, sisa bolu marmer buat pesanan kemarin. Kamu nanti cari aja di lemari makan, ya."

Memories in the MakingWhere stories live. Discover now