❀ 40 - Janu di Ambang Bimbang

864 80 29
                                    

FOKUS Janu mulai sedikit terganggu kala hening memeluk keadaan, dan yang dapat ia tangkap paling jelas adalah suara kunyahan keripik kentang--yang datang persis dari samping kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOKUS Janu mulai sedikit terganggu kala hening memeluk keadaan, dan yang dapat ia tangkap paling jelas adalah suara kunyahan keripik kentang--yang datang persis dari samping kirinya. Lantas lelaki itu tolehkan kepala usai membuang napas pelan. Tatapan kedua mata tajamnya tertuju pada Xenna yang betah sekali bersandar di bahunya sembari melahap makanan ringan, sementara pandangannya tertuju pada televisi, tengah menayangkan sebuah drama Korea.

Janu menggeleng-geleng tak habis pikir. Ada yang salah dari situasi yang terjadi saat ini. Sebab Xenna seolah sedang menemani Janu mengurusi pekerjaannya, padahal kenyataannya yang Janu lakukan yakni memperbaiki skripsi milik gadis itu sendiri. Xenna bahkan terkesan tidak peduli dan malah sibuk dengan dunianya sendiri, entah apa yang sebenarnya ia pikirkan.

"Mas Janu mau?"

Lihatlah. Sekonyong-konyong Xenna menawarkan keripik kentang dengan sepasang netra yang menatap Janu polos. Kemungkinan ia benar-benar menganggap Janu melihat ke arahnya karena menginginkan camilan tersebut. Dan, Janu menjadi gemas sendiri karenanya. Mau tak mau Janu tetap menerima keripik dari Xenna karena gadis itu yang berinisiatif menyuapinya. Xenna pun turut mengeluarkan sekotak jus apel instan dari tote bag, yang Janu beli untuk dirinya sendiri ketika mereka pergi ke minimarket beberapa jam yang lalu.

Ketika mendapati Xenna kesulitan membuka plastik pembungkus sedotan, dengkusan geli Janu loloskan, dan lekas saja ia ambil alih dari tangan Xenna. Setelah berhasil, Xenna tahu-tahu meraih sedotan itu dan menusukkannya di tempat yang tepat, sebelum ia serahkan kotak jus tersebut pada sang lelaki dengan senyum kecil yang terpahat di bibirnya.

"Mas Janu kalau capek istirahat dulu aja," ujar sang gadis tanpa diduga, yang segera mengundang tatapan keheranan Janu.

Lelaki berkacamata itu pun melontarkan tanya, "Yang sedang saya kerjakan ini skripsi kamu, kalau kamu lupa."

"Nggak lupa, Mas. Cuma dari tadi aku liatin Mas Janu fokus banget ngerjainnya."

"Ya, tadinya. Tapi akhirnya fokus saya pecah juga karena yang punya skripsi nggak bisa berhenti ngunyah."

Xenna segera memamerkan cengiran andalannya, sementara Janu mengacak rambut gadisnya pelan. Memutuskan untuk istirahat sejenak, Janu regangkan badannya yang terasa pegal sebelum mundur hingga punggungnya tepat menyentuh tepi sofa. Janu lantas mengangkat rendah lengan kirinya, dan Xenna yang melihat itu langsung beringsut mendekat untuk kembali menyandarkan kepala pada bahu lebar milik lelakinya.

Sembari memerhatikan Xenna yang dengan cepat sudah kembali terlena pada tontonan serta camilannya, Janu meminum minumannya sendiri, lalu bertanya, "Kenapa dari tadi kamu lebih fokus nonton daripada perhatikan perbaikan skripsi kamu?"

Tanpa menoleh pada sang lawan bicara, Xenna menyahut, "Aku kan udah bilang kalau lagi nggak mood, tapi Mas Janu tetap mau hari ini bantu akunya."

"Saya juga sudah bilang kalau besok-besok kemungkinan saya akan punya banyak kesibukan lain, sementara kamu harus secepatnya menemui dosen pembimbing kamu lagi."

Memories in the MakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang