❀ 27 - Bimbingan, Obrolan Malam, dan Xenna

1K 120 37
                                    

SELEPAS menyelesaikan ritual bersih-bersihnya di kamar mandi, Xenna lekas mengenakan piama serba panjang bermotif kelinci favoritnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SELEPAS menyelesaikan ritual bersih-bersihnya di kamar mandi, Xenna lekas mengenakan piama serba panjang bermotif kelinci favoritnya. Meski malam belum terlalu larut, Xenna berniat untuk segera pergi tidur saja sebab memang tidak ada lagi yang perlu ia kerjakan. Namun sebelum itu, Xenna mesti mengeringkan rambut panjangnya yang basah agar ia dapat berbaring dengan nyaman. Gadis itu pun segera saja mengambil hair dryer dan dinyalakan, lantas ia pergunakan alat tersebut sebagaimana fungsinya.

Di tengah-tengah kegiatannya tersebut, perhatian Xenna mendadak teralihkan ketika layar ponsel yang terletak di atas meja belajarnya tiba-tiba menyala. Sebuah notifikasi baru saja masuk. Tanpa menghentikan apa yang tengah dilakukan, tangan kiri Xenna pun tergerak untuk meraih gawai miliknya tersebut untuk mengecek pesan yang telah ia terima.

Dan, nama kontak si pengirim kontan membuat sepasang netranya membulat. Isi pesan tersebut pun turut menjadi salah satu alasan di balik reaksinya pula.

Mas Janu
Mana filenya?

Sejatinya Xenna masih tak memercayai ini. Ternyata, Janu betulan bersedia untuk membantunya? Entah hanya karena terpaksa atau tidak, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa Xenna lebih senang Janu yang akan melakukannya, bukan Haidar. Maka dari itu, Xenna langsung saja mematikan hair dryer dan ia letakkan di atas meja, lantas cepat-cepat mencari dokumen berisi draf skripsinya yang kebetulan sudah ia back up ke ponsel. Usai ditemukan, Xenna pun segera mengirimkannya pada Janu.

Sekitar tiga menit berselang, balasan dari Janu akhirnya datang.

Mas Janu
Knp cuma bab 3?
Kamu kira saya bisa paham isi skripsi kamu kalau gak baca dari awal?

Bibir Xenna mengerucut perlahan membaca itu. Ia bahkan sampai turut meloloskan dengkusan kesal. Bagaimana bisa ketikan lelaki itu terdengar lebih ketus ketimbang dosen pembimbingnya sendiri? Kini Xenna pun seketika mempertanyakan lagi keputusannya untuk membiarkan Janu memberikan bantuan. Namun, sayangnya nasi sudah menjadi bubur, dan sesungguhnya Xenna pun tidak sepatutnya langsung menilai di awal jika belum menjalani proses keseluruhannya.

Xenna mengembuskan napas berat, lalu segera saja dicarinya draf skripsi bab satu dan dua untuk kembali ia kirimkan pada Janu.

Xenna Adhika
[Sent a document]
[Sent a document]
Ini mass
Tapi utk bab 1 sama bab 2 udah direvisi kokk, dan udh diacc juga sama dosbing aku

Mas Janu
Ok.
Saya baca dulu.

Xenna Adhika
Baik, pak dosen 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Xenna tersenyum geli sendiri melihat balasan terakhirnya. Sengaja karena ingin iseng saja sebab Xenna benar-benar merasa seperti tengah bertukar pesan dengan dosennya sendiri saat ini. Xenna bahkan dapat membayangkan bagaimana kedua mata Janu yang memliki visual seperti rubah langsung menyorot tajam. Lelaki itu mungkin tengah kesal sekarang. Lihat saja, pesan Xenna bahkan hanya dibiarkan terbaca.

Memories in the MakingWhere stories live. Discover now