❀ 11 - Sisa Hari Bersama Janu

1.1K 154 20
                                    

WAKTU sudah hampir menyentuh angka tujuh malam, Xenna dan Janu masih terjebak di bilangan Kiaracondong oleh sebab kemacetan panjang juga hujan deras yang belum juga mereda

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

WAKTU sudah hampir menyentuh angka tujuh malam, Xenna dan Janu masih terjebak di bilangan Kiaracondong oleh sebab kemacetan panjang juga hujan deras yang belum juga mereda. Tak terhitung lagi berapa kali Xenna menguap karena kantuk yang menyerang, tetapi ia tak kunjung bisa tertidur meski telah mencoba memejamkan mata. Di sisi lain Xenna pun merasa tidak enak dengan Janu yang harus menghadapi situasi tersebut sendirian. Kendati demikian, Xenna kesulitan mencari topik pembicaraan, takut tak mendapat respons baik dari Janu yang pribadinya memang tidak banyak bicara.

Sungguh serba salah, pikir Xenna. Ia benar-benar bosan dan entah bagaimana cara mengusirnya. Keadaan di dalam mobil pun begitu hening, barangkali Janu memang lebih suka ketenangan. Sayangnya Xenna tidak bisa jika begitu terus sementara perjalanan mereka masih cukup jauh. Maka Xenna lekas menoleh pada Janu yang tampak fokus dengan ponselnya selagi menunggu macet terurai.

"Mas," panggil Xenna pelan sambil mengeluarkan ponsel dari dalam sling bag. "Boleh putar musik, nggak?" tanya gadis itu kemudian, meminta izin. "Tapi disambungin ke HP aku."

Janu menengok sebentar. Tatapannya datar, tetapi akhirnya ia mengangguk kecil seraya beralih lagi pada ponsel, bertukar pesan dengan rekan kerjanya. "Sebentar," jawab lelaki itu singkat. Tak lama setelah itu, Janu kembali mengangkat kepala, lalu mendorong naik kacamatanya yang sedikit merosot. Lantas tangan kanannya terulur untuk menyalakan tape mobil dan segera mengaktifkan bluetooth.

Xenna menyengir kecil. "Makasih, Mas."

"Hm," Janu hanya membalas dengan gumaman.

Tanpa butuh waktu lama, pairing antara ponsel milik Xenna dengan sistem audio mobil telah berhasil. Gadis itu pun lekas membuka Spotify dan mencari playlist berisi lagu-lagu yang kiranya cocok menemani sisa perjalanan mereka dalam situasi seperti ini. Tombol play lantas ditekan, lagu pun terputar secara acak sebab berada dalam mode shuffle.

Xenna langsung dapat mengenali lagu bernuansa dreamy tersebut sejak intro, membuat senyum kecilnya mengembang. Gadis yang rambutnya kini digerai--guna menghalau hawa dingin--menengok ke kaca di sampingnya sembari bersenandung pelan.

"Wave to earth?"

Mendengar Janu berkata demikian, sontak Xenna menoleh dengan kedua mata melebar tak percaya. "Eh, Mas Janu tau wave to earth? Serius, Mas?" tembaknya langsung.

Janu menengok sekilas, sebelum menginjak gas perlahan karena mobil di depan mulai maju sedikit demi sedikit. "Kenapa kamu kelihatan kaget begitu?" tanya Janu heran. "Apa menurut kamu saya terlalu tua buat kenal sama musisi-musisi masa kini?"

"Ih, nggak gitu, Mas. Aku kaget karena Mas Janu ternyata tau band Korea." Ada jeda. "Lagian Mas Janu sama aku kan bedanya cuma lima tahun doang, jadi nggak tua-tua amat, dong."

Memories in the MakingOnde as histórias ganham vida. Descobre agora