03. Mengapa berbeda?

27 5 0
                                    

Halaman 03. Mengapa Berbeda?

"Namanya juga cewek aneh." Balas Gio tak lagi menatap Ayara. Zaki mengerutkan kening merasa ada yang mengganjal. "Lo gak kenal gitu? Gak pernah ketemu gitu?"

Gio berdecak, menatap sebal Zaki. "Udah berapa kali gue ngomong, gue gak kenal sama tuh cewek. Lo tau sendiri kan selera gue kayak gimana." Zaki mengangguk saja, walau di dalam benak masih ingin bertanya. Tetapi di situasi saat ini sepertinya cowok itu tidak akan menjawab.

"Siapa tau aja Lo punya sepupu atau sodara Lo gitu, siapa tau aja kan-"

"Gak, gue gak punya sodara cupu kayak gitu!" Potong Gio cepat. "Lo pada kenapa sih, udah gue bilang gue gak kenal sama tuh cewek sialan, masa gak percaya sama gue." Katanya terdengar nafasnya gusar. Satria dan Zaki selalu mempertanyakan hal itu, mere penasaran kehadiran Ayara yang tiba-tiba muncul.

"Tapi," sepontan Satria dan Zaki menoleh ke arah Gio, cowok itu memegang dagu dan duduk sedikit membungkuk. "TAPI APA?!" Tanya mereka berbarengan.

Drtttttttttt, drtttttttttttt.

Saat akan bicara, ponsel Gio bergetar. Cowok itu merogoh sakunya cepat. "Hallo?" Katanya setelah mengangkat telepon yang tertera nama Direktur perusahaan tertera di layar ponsel.

"Bisa bicara sebentar?"

Terdengar suara di sebrang sana Gio hanya mengangguk paham, ia bangkit dari duduk menjauhi kedua temannya. Setelah punggung cowok itu menghilang Satria menggertakkan gigi merasa jengkel begitupun dengan Zaki.

"Tai, siapa sih yang nelepon si Gio." Kesal Satria, tatapanya berubah menjadi sinis. "Mana gue tau, mana gue udah perasaan tapi apa." Balas Zaki ikut-ikutan sebal.

"Bang Zaki, bang Sat!" Teriak cowok yang tingginya 150 cm, Baim dengan tergesa-gesa berjalan menuju Bangku pojokan yang di duduki oleh Zaki dan Satria.

"Ngapain tuh anak ke sini." Ketus Zaki masih mengingat kejadian tadi di lapangan, gara-gara Baim terbongkar sudah kisah cintanya yang udah putus seminggu yang lalu.

Baim mendudukan bokongnya, rambut bagian kening terlihat basah, sepertinya cowok itu berlari untuk menuju kantin. "Gue udah-cari kalian... ke kelas eh malah gak ada... tau nya ada di kantin." Zaki mengernyit lantaran ketika berbicara suara Baim terengah-engah.

"Apaan si, Lo. Ngomong tuh yang bener." Beberapa kali Baim mengatur nafasnya, setelah di rasa sudah normal kembali cowok itu angkat bicara. "Pokoknya ini penting, penting pakek banget!"

Satria menoleh sekilas ke arah Zaki. "Apaan?" Tanyanya.

****

"Hah?! Maaf Lo bilang. Apa dengan kata maaf baju gue yang kualitasnya mahal ini bisa bersih lagi?"

"No, girls!" Cika menyahuti sentakan keras Agnes, cewek tubuhnya sedikit gendut dan kedua pipinya terlihat chubby meletakkan jari di bibirnya yang tebal. "Segampang itu Lo minta maaf?" Tanya Sisca merasa tak suka.

Ayara di buat bingung oleh keempat orang yang ada di hadapanya. Tak ingin ambil pusing ia merogoh saku roknya, cewek itu mengangkat tanganya berniat membersihkan baju yang barusan tak sengaja dirinya mengotori. Mulut Agnes menganga, syok melihat perlakuan Ayara yang terlihat memalukan! di depan matanya.

"Ih Lo apa-apaan sih," Agnes menepis tangan mungil Ayara, Agnes memundurkan tubuhnya satu langkah. "GUE GAK MINTA YA BUAT LO NGELAPIN BAJU GUE, JADI KOTOR KAN?!" Sentakan keras Agnes membuat Ayara menundukkan kepala.

O B S E S I [On Going✔️]Where stories live. Discover now