05. Di Tuduh

22 4 0
                                    

Halaman 05. Di Tuduh.

Kelas IPA 4 sedang berfikir keras, saat ini suasananya menjadi hening hanya ada suara ketukan sepatu Bu Neti saja. Ibu yang umurnya setengah abad itu mondar-mandir memantau para murid.

Satria celingak-celinguk, ternyata Bu Neti sedang berdiri di bangku pojokan yang di duduki Asep. "Ki, baru berapa soal lo ngerjain ulangan?"

Respek, Zaki meletakkan kedua tanganya dengan cepat lantaran tak ingin teman yang ada di sebelahnya ini menyontek. "Satu." Jawabnya.

Satria menyunggingkan bibirnya, matanya memicing melihat tingkah laku Zaki. "Biasa aja kali, gue gak bakal nyontek." Ketusnya. "Halah, gue juga tau tipu muslihat lo. Lo nanya itu karena mau minta jawaban, kan? Sama gue."

Satria nyengir. "Kok lo tahu sih." Zaki menggeleng, wajar dia tahu karena Zaki dan Satria sudah lama berteman, bisa di bilang mereka sahabat dari orok!

"Terus, mana jawabannya Ki, kasih tahu gue napa." Bisiknya kearah telinga Zaki.

"APA JAWABAN-JAWABAN HAH?!" kedua sejoli itu tersentak bukan main, suara Bu Neti dari arah belakang membuat Satria tak berani menatap, cowok itu hanya menggeleng. "Awas aja ya kalo ada yang nyontek!"

Bu Neti melangkahkan kakinya untuk memeriksa siswa lainya sementara Satria mengusap dadanya, menghela nafas lega, alhamdulilah selamet gue selamet batinya bergumam, Gio melirik Ayara sudut bibirnya kink terangkat. "BU, AYARA NYONTEK!"

Ayara mengernyit, menoleh menatap Gio yang berteriak sangat keras sehingga membuat para murid menatapnya termasuk Bu Neti. "Gio, kamu apa-apa an sih?!" Ayara mulai resah sekaligus panik. Seumur-umur ia tidak pernah di tuduh, apalagi menyontek.

"Kenapa emangnya? Gak suka?" Ayara geram, tanganya sudah mengepal. "Aku kan dari tadi diem-"

"Apa bener kamu nyontek, Ayara?" Tanya Bu Neti sesudah sampai di bangkunya, cewek itu memainkan jemarinya. "Ayara, kamu denger saya kan?" Tanyanya sekali lagi.

Ayara masih diam, tak menjawab. Laura bangkit dari duduk, tentunya ia tidak percaya kalau cewek itu melakukan hal yang seperti itu. "Bu Ayara gak nyontek, saya tahu kok bu sifat Ayara kayak gimana."

"Kenapa kamu yang menjawab? Saya gak nanya sama kamu Laura." Bu Neti kembali menoleh menatap Ayara lekat. "Ayara, saya tanya lagi. Kamu nyontek sama Gio?"

Ayara nampak ketakutan, Laura tahu akan hal itu, tetapi Laura tak bisa membantunya. Ia hanya memilih duduk kembali tak ingin bicara lagi, bisa-bisa ia kena semprot  perkataan pedas bu Neti kalau ikut nimbrung.

Cewek itu mendongak, memberanikan untuk berbicara."E-engak bu. Saya gak nyontek."

"Jangan bohong! Saya gak tuli," jawab bu Neti cepat. "Saya denger kalo tadi Gio yang ngomong kamu itu nyontek."

"Tapi ibu gak lihat saya nyontek kan?"

Bu Neti melotot, memang benar ia tidak melihat Ayara nyontek. Tapi jangan salah walaupun tidak ada bukti ibu paruh baya itu tetap tidak percaya kepada Ayara. Mau sekuat apapun membela diri Bu Neti tetaplah Bu Neti yang langsung percaya kepada omongan orang tanpa ada bukti sekalipun.

****

Ayara mengguliat setelah beres mengerjakan soal ulangan dari bu Neti. Gara-gara tuduhan cowok bengis itu Ayara terpaksa mengerjakan 40 soal ulangan matematika. Laura mendudukan bokongnya di bangku paling depan, cewek itu cara duduknya menghadapi Ayara yang sedang merapihkan alat tulis ke dalam kotak pensil.

"Kesel banget gue sama si cowok belagu itu," keluh Laura, wajahnya memberengut. Ia mendelik kearah kursi di sebelah Ayara, kebetulan saat ini penghuninya tidak ada. "Pengen gue geprek aja, tuh cowok! Nyebelin."

O B S E S I [On Going✔️]Where stories live. Discover now