19. siapa?

20 3 0
                                    

Hai ketemu lagi kita_🧡

HAPPY READING AND ENJOY_

19. Siapa?

"El?" Panggil Laura dengan hati-hati, di saat barusan ia sempat berpapasan dengan cowok yang menjabat sebagai ketua MPK itu, ia langsung ingin memanggilnya, apakah jawabannya akan sama?

El yang mendengarnya, lantas berhenti melangkah, mereka saling berhadapan dan saling pandang. Laura menatap El dengan nanar sementara El cowok itu memalingkan wajahnya. "Hm?" Jawabnya singkat, tumben. Tumben cewek itu ingin menyapanya, biasanya juga tidak.

"Wajah lo masih lebam-lebam... gak di obatin?" Tanya Laura membuat El menatapnya balik. "Bukan urusan lo!" Tekannya merasa tak suka.

"Gue kayak gini itu peduli sama lo, takut, lo kenapa-napa." Jawab Laura menghela nafasnya. Beberapa detik tak kunjung ada jawaban dari bibir tipis cowok itu, Laura juga tahu, El enggan berbicara dengannya. "Sampai kapan sih... sampai kapan lo ngerebut apa yang Gio miliki?"

Tangan El mengepal, tebakannya ternyata tidak salah, jika Laura memanggilnya secara baik-baik pasti selalu ada sangkut pautnya dengan Gio, dan itu yang membuat dirinya muak. Ia menyeringai membuat Laura hanya diam, menunggu jawaban apa yang akan terlontar. "Sampai kapan, lo gak peduliin dia?" Tanyanya dengan sorot mata yang menyeramkan.

"Gue, gue mau yang terbaik buat kalian-"

"Terbaik apaan? Terbaik ngerela in lo demi Gio?" El menghela nafas sejenak. "Gitu maksudnya?" Tanyanya seraya berkacak pinggang.

Laura menggeleng, ia menelan ludah secara kasar. "Bukan," kata Laura tak ingin ada salah paham diantaranya, sementara El pikiran cowok itu kemana-mana. "Gue minta stopppppp, stop lo jangan merebut apa yang Gio miliki lagi... kasian Gio."

El mendeham singkat, matanya menyipit, merasa tak terima mendengar perkataan Laura yang barusan terlontar. "Kenapa harus di stop?" Tanyanya tersenyum miring.

"Karena gue-"

"LAURAAAAAAAAAAAAA!!!!"

Kata-kata Laura terhenti di saat ada seorang cewek yang memanggilnya, El membalikkan badan di saat suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Cewek yang di cepol tinggi itu menjauhkan dirinya dengan El agar tidak berdekatan, sementara Ayara hanya diam saja setelah berada di samping El dan juga di samping Laura.

"Ada apa, Ra?" Tanya Laura, takutnya ada sesuatu yang tidak tahu olehnya. "Aku di suruh nyariin kamu oleh Mutia,"

"Mutia? Mau ngapain dia?"

"Katanya kamu belum piket, mumpung masih pagi jadi kamu harus piket, takutnya nanti ada guru yang masuk ke kelas."

Laura menepuk jidat, hampir saja barusan ia melupakan sesuatu hal yang wajib dilakukan setiap hari Rabu, yaitu melaksanakan jadwal piket kelas. Peraturan di kelas IPA 4 sangatlah ketat, apalagi Mutia Andini cewek yang selalu memakai hijab itu selalu tegas dan selalu marah kalau tidak ada orang yang melaksanakan piket, wajarlah dia begitu karena cewek itu menjabat sebagai ketua kelas. Biasanya ketua kelas itu cowok, tapi lain lagi kalau di IPA 4.

"Ya ampun, gue lupa," kata Laura memegang kepalanya, kemudian ia menatap Ayara begitu lekat. "Gue duluan kalo gitu, Ra." Pamitnya, segera melenggang pergi kemudian ia lari terbirit-birit.

O B S E S I [On Going✔️]Where stories live. Discover now