07. Seperti sudah pernah bertemu

16 5 0
                                    

Halaman 07. Seperti sudah pernah bertemu.

Setelah berhasil membawa Ayara ke belakang sekolah, cowok itu menghempaskan tubuh Ayara hingga membentur dinding. Cewek itu meringis kesakitan. Namun, sama sekali tak membuat kemarahan Gio mereda.

Ayara sudah membuat kemenangan yang tadinya ada di depan mata kini melenyap, itu pikirnya.

Melihat hidung Gio kembang kempis, membuat irama detak jantung cewek itu berdetak tak karuan, tatapannya begitu tajam dan bibir mengerukut. "Se-sebenarnya, kenapa kamu ngajak aku ke sini?" Tanya Ayara memberanikan diri. "Oh, aku tahu. Kamu ngajak aku ke sini mau bilang kalo kamu udah suka kan sama aku, kamu mulai-"

"Lo itu bego! Lo itu bodoh. Mana ada cowok yang suka sama lo. Gue aja jijik lijatnya, apalagi orang lain." Sudut bibir Ayara menurun, kekecewaan terlihat di kedua bola matanya, dada mulai terasa sesak akan tetapi Ayara sekuat tenaga menahan air mata agar tidak jatuh.

"Ta, tapi... aku kan suka sama kamu," suara Ayara bergetar dan Gio pun mengetahui bahwa cewek itu manahan tangisannya.

"Emang gue nyuruh lo buat suka sama gue?! Nggak kan?!" Bentak Gio membuat Ayara mengerjap, kali ini cewek itu menunduk sambil menitikkan air mata. "Lo, tuh jadi cewek jangan murahan dong!" Gio meletakkan sebelah tangannya di dinding.

"Aku nggak murahan... aku cuma... cuma.."

"CUMA APA? CUMA CEWEK JALANG?!"

Jujur, baru kali ini ada seseorang yang menyebutnya cewek jalang, padahal Ayara jauh dari kata itu.

"Ja-jadi cewek jalang ini nggak pantes... buat dapetin sosok Gio... yang paling purna?"

"Ya jelas, mana mau gue sama lo. Udah cupu, jelek, malu-maluin. Bikin hidup gue selalu sial, gara-gara lo gue jadi kalah tanding basket!"

Segitu berharganya pertandingan basket?

"Ta-tapi..." Ayara menghentikkan perkataanya, kedua tangan meremas rok abu-abu, kepalanya masih menunduk tak berani menatap cowok itu. "Aku yakin, kamu pasti bakalan suka kok sama aku-"

"GUE GAK SUKA SAMA LO AYARA CLARISSA. LO DENGER GAK?!" Sentakan Gio mampu membuat telinga Ayara berdengung, kali ini sentakannya terdengar lebih keras.

Ayara mendongak, menatap sorot mata tajam milik Gio. "Aku tau kok kamu gak suka sama aku," Ayara menghela nafasnya ssbentar. "Aku juga tau kalo kamh benci sama aku. Tapi, setidaknya kamu hargai aku Gio, cuman itu aja."

Mata itu... batin Gio bergumam. Cowok berdarah dingin itu seakan amarahnya mereda. Netra mata milik Ayara mampu membuat Gio mengenal seseorang, tepat seseorang itu sangat sulit untuk di jelaskan. Sebelah tangannya mulai menurun, cowok itu tak menjawab perkataan yang di lontarkan oleh Ayara. Ia berjalan mundur, menunduk. Gio mengacak-acak rambutnya, sifatnya yang tadi sudah seperti kehilangan arah. Segera ia membalikkan badan untuk pergi dari belakang sekolah.

Ayara semakin di buat bingung, saat ini kacamatanya basah akibat air mata tetapi cewek itu nekat menarik tangan Gio membuat cowok itu berhenti melangkah.

"Kalo kamu gak suka sama aku, terus kenapa waktu itu kamu memberi harapan?"

"Lo yang berharap lebih, bukan gue ngasih lo harapan."

"Tapi kenapa kamu bantu aku?" Gio menyeringai, ia menghempaskan tubuh Ayara sehingga cewek itu tersungkur membungkuk. "Gak usah geer!" Itu perkataan yang terdengar Ayara sebelum Gio melenggang pergi meninggalkannya.

****

Raut wajah Laura berubah drastis saat melihat Ayara meringis di ambang pintu. "Ra..." panggilnya menganati kedua lutut ayara berdarah, walau kekuar darah nya hanya sedikit tetapi Laura juga bisa merasakan betapa ngilunya luka itu." Jangan bilang itu ulahya si Gio?"

O B S E S I [On Going✔️]Where stories live. Discover now