part 22

1.1K 118 9
                                    

Dirga membuka matanya saat cahaya matahari mulai mengusiknya. Dirga menghalau dengan meletakkan lengannya di atas kedua matanya. Dia melirik sebentar ke arah jendela yang ternyata memang sengaja dibuka oleh Kiara. Ah ya, Dirga lupa bahwa dia dan Kiara saat ini sudah berstatus suami istri dan semalam mereka baru saja berbagi kamar untuk pertama kalinya.

Dirga menatap Kiara yang tengah berjalan mengambil pouch dan perempuan yang berstatus istrinya itu kini telah duduk diatas sofa sembari memegang cermin ditangannya. Dirga menghela nafas berat, pagi ini ternyata Kiara masih mendiamkannya. Bahkan tidak menganggap berarti keberadaan Dirga.

Dirga bangun membuat selimut yang menutupi tubuhnya kini terjatuh memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang telanjang. Dirga memang memiliki kebiasaan tidur dengan telanjang dada. Dirga tipikal orang yang gampang gerah makanya dia selalu membuka bajunya saat sedang tidur.

Begitu memperhatikan Kiara, Dirga tau bahwa Kiara sempat meliriknya sedikit melalui ekor mata. Mungkin Kiara kaget karena melihat Dirga tidak mengenakan baju?

Dirga menyingkap selimutnya dari atas tubuh. Dia pun menurunkan kakinya dan berpijak pada lantai yang dingin. Dan dengan santainya Dirga berjalan menuju kamar mandi lewat didepan Kiara.

Mendengar pintu kamar mandi ya tertutup, Kiara mencebikkan bibir.

"Apaan sih kok gak pake baju segala. Mentang-mentang badannya bagus." Oceh Kiara entah pada siapa. Setelah mendumel, Kiara kembali fokus pada cermin dan mengoleskan berbagai skincare diwajahnya.

Setalah memakai tabir surya pada bagian akhir, kini Kiara pun beralih mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang berantakan.

Hari ini Kiara sedang malas mencatok rambut, makanya dia hanya menjepitnya dibelakang agar tidak terlalu mengganggu saat sarapan.

Pintu kamar mandi kembali terbuka menampilkan Dirga yang tengah menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil.

Kiara mengabaikan hal itu, dia pun meletakkan kembali peralatan tempurnya tadi. Dan berjalan dengan santai keluar dari kamar untuk sarapan.

Dirga yang melihat itu berdecak. Dia merasa tidak ada bedanya saat masih bujangan dan setalah menikah. Dirga mengambil sisir milik Kiara yang tergeletak di atas sofa dan menyisir rambutnya secara cepat untuk menyusul Kiara.

Dengan hanya menggunakan kaos dan celana diatas lutut, Dirga berjalan menuju restoran hotel yang ternyata Kiara telah sampai di sana terlebih dulu dan saat ini tengah memilih-milih sarapan yang diinginkannya.

Dirga berjalan mendekat ke arah Kiara, bahkan terkesan mepet padanya membuat Kiara mengernyitkan dahinya tanda tidak suka. Dirga mengabaikan hal itu, dia malah dengan santainya merangkul pinggang Kiara menggunakan salah satu lengannya. Tidak peduli bahwa Kiara masih marah padanya.

Kiara ingin menciptakan jarak di antara keduanya, tapi lengan Dirga yang berada di pinggang seolah merangkul dengan erat dan tidak membiarkan Kiara untuk melepaskan diri. Kiara menggeram, dia merasa risih diperlakukan seperti ini. Apalagi saat Dirga memerintah dirinya untuk mengambilkan sarapan laki-laki itu.

"Ambil nampan dulu sana, aku susah bawanya." Ucap Kiara dengan ketus.

Dirga menuruti, melepas lengannya dari Kiara dan berjalan mengambil nampan untuk mempermudah mereka membawa sekaligus.

"Taruh sini aja, biar saya yang bawa." Dirga berkata setelah ditangannya terdapat nampan yang dipinta Kiara tadi. Kiara menuruti, dia pun meletakkan dua piring yang telah berisi sarapan untuk dirinya dan Dirga diatas nampan tersebut.

"Mau dessert?" Dirga bertanya dan diangguki oleh Kiara.

Kiara berjalan menuju jajaran dessert yang terlihat begitu menggoda. Kiara mengambil tiga jenis dessert sekaligus dan tentu saja itu dessert yang diinginkannya.

"Mau yang mana?" Kiara bertanya pada Dirga karena sedari tadi laki-laki itu hanya diam mengikuti kemana dirinya melangkah hingga membuat Kiara jadi risih sendiri.

Nada suara Kiara saat mengatakan itu masihlah terdengar ketus. Tapi bagi Dirga itu lebih baik dari pada didiami oleh Kiara.

"Itu aja satu." Dirga menunjuk pada strawberry cake yang berukuran mungil. Kiara mengambilnya dan menjadikan didalam satu piring dengan pilihannya tadi. Mereka berdua pun berjalan menuju salah satu meja dan makan disana.

"Nanti mau langsung pulang ke rumah kita apa mau mampir dulu ke rumah Papa?" Dirga bertanya disela makannya. Dia menatap ke arah Kiara yang tengah menyantap makanannya. Kiara menelan makanannya lalu menjawab pertanyaan Dirga.

"Emang mau langsung pindah?" Kiara mengangkat satu alisnya memastikan. Karena sibuk mempersiapkan pernikahan membuat dia dan Dirga tidak sempat membahas hal ini.

"Iya, rumahnya kan sudah selesai semua. Jadi lebih cepat ditinggali lebih baik." 

"Mampir dulu ke rumah Papa, mau ambil barang-barang dulu disana." Dirga mengangguk setuju, lalu mereka berdua pun melanjutkan sarapannya.

"Mau coba?" Dirga menawarkan, dia sudah membawa sendok berisi lontong sayur di depan mulut Kiara.

Kiara melihat sendok itu dan Dirga berulang kali.

"Enak?" Tanya Kiara yang merasa tidak yakin dengan makanan pilihan Dirga.

"Enak, ayo cobain." Dirga mendorong sendok itu lebih mendekat ke mulut Kiara. Kiara memundurkan kepalanya dan menggeleng, menolak tawaran Dirga.

"Kemarin kamu paksa saya makan makanan kamu, sekarang saya juga mau paksa kamu." Ucap Dirga yang tidak gentar untuk menyuapkan lontong itu pada Kiara.

Kiara memutar bola matanya malas, ternyata laki-laki ini ingin balas dendam padanya atas insiden makan siang kemarin.

"Ayo, buka mulut kamu." Titah Dirga. Kiara mencebik, untung saja Dirga tidak nekat menyuapkan makanannya pada Kiara tanpa aba-aba, seperti yang dilakukan Kiara kemarin. Kiara pun mendekat dan membuka mulut, melahap makanan berkuah itu ke dalam mulutnya.

"Kurang pedas." Ucap Kiara memberikan komentar pada rasa makanan Dirga. Lagi-lagi makanan berkuah tanpa rasa pedas, itu rasanya menurut Kiara sama seperti kuah tanpa garam, hambar.

"Kalau gitu kamu harus kurang-kurangi makan pedas." Kiara berdecak mendengarnya. Bukan Kiara yang harus mengurangi, melainkan Dirga yang harus belajar makan pedas.

"Suka makanan berkuah ya? Dari kemarin aku lihat kamu makannya ada kuahnya terus." Kiara juga baru sadar hal itu saat melihat kuah yang menggenang bersama dengan lontong di piring Dirga.

"Hmm, seger soalnya." Kiara memperhatikan Dirga yang begitu menikmati makanan miliknya.

"Kamu sukanya makanan yang gimana?"

"Apa aja asal enak aku pasti makan." Jawab Kiara yang memang tidak terlalu pemilih soal makanan. Selama perutnya kenyang dan lidahnya terpuaskan Kiara mah bisa makan apa saja.

"Mau coba lagi?" Dirga akan menyuapkan kembali lontong sayur itu pada Kiara tapi segera ditepisnya.

"Makan makanan kamu sendiri, aku udah kenyang." Kiara mendelik membuat matanya membulat seperti bola pingpong. Dirga terkekeh karenanya, bukannya terlihat seram Kiara malah lebih terlihat seperti induk ayam yang siap untuk menerkam siapa saja yang mengganggu anaknya.

"Lucu." Ucap Dirga yang tidak sadar bahwa tangannya kini telah mendarat di pipi Kiara dan jarinya mengelus pelan pipi yang terasa selembut kapas itu. Dirga yakin pasti itu karena rangkaian skincare yang sering Kiara pakai selama ini.

To be continued

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang