09. Attack

34 12 0
                                    

09. Attack

"Hancur lebih mudah dari bertahan"

DE-PRESS-ED

Kalila memasuki pekarangan rumah Delora, mau berapa kali pun dia takjub dengan rumah Delora. Rumah elit nan elegan itu berdiri kokoh. Dia menatap Delora berjalan di depannya, sahabatnya itu mengeluarkan kunci rumah.

Mereka memasuki rumah itu, kesunyiaan dan kosong menggambarkan isi rumah. Ini bukan pertama kalinya Kalila ke rumah Delora, rumah itu tetap sama sejak empat tahun yang lalu. Tidak banyak barang-barang maupun perabotan lainnya.

Aroma amis darah dan alkohol bercampur memasuki indra penciuman. Kalila menatap ruang tengah rumah itu yang hancur berantakan. Banyak pecahan kaca botol alkohol, barang-barang berserakan dan tak lupa darah yang sudah kering.

"Lo ke kamar gue duluan, gue beresin ini dulu," suruh Delora. Untung saja Papanya sudah berangkat kerja lagi. Dia sempat khawatir Kalila akan bertemu papanya.

Kalila melepas tasnya, dia menaruhnya di atas sebuah sofa. Dia tau kenapa alasannya dia tidak boleh datang, ternyata rumahnya sekacau ini.

"Gue bantuin biar cepet, engga apa-apa," balas Kalila sambil tersenyum, dia mengambil barang-barang yang berjatuhan dari meja dengan hati-hati.

"Hati-hati banyak kaca," ucap Delora, berdebat juga dia akan kalah dari Kalila jika melarangnya untuk membantu membersihkan.

Delora melepas tasnya juga dan menaruh di samping tas Kalila. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil sapu dan serokan. Dia merasa malu menunjukkan rumahnya yang berantakan.

Delora kembali menuju ruang tamu dan menyapu pecahan-pecahan kaca. Kalila merapikan meja serta menata bantal-bantal kembali di atas sofa. Keduanya tidak ada yang berbicara. Kalila tidak akan bertanya kenapa rumah Delora berantakan, dia sudah tau.

Kalila merogoh saku roknya.

"Ra, bentar gue angkat telepon dulu," seru Kalila, dia melihat ada panggilan masuk dari Garda.

Delora mengangguk.

Kalila bangkit berdiri dan berjalan keluar rumah, dia menuruni tangga dengan perlahan.

"Halo?"

"Udah sampe?"

"Udah," jawab Kalila membalikkan badan menatap depan rumah Delora.

"Dia suruh istirahat aja dulu"

"Gue tau kenapa gue engga boleh ke rumahnya"

"Kenapa? Ada ortunya?"

"Bukan, sumpah gue kaget pas liat ruangan tengah rumahnya. Berantakan, banyak pecahan kaca sama noda darah kering di lantai berceceran. Kayaknya itu darah dia kemaren," Kalila menghela nafas panjang, dia mendongak melihat awan.

"Sekarang dia lagi apa?"

"Kenapa lo engga tanya sendiri?" balas Kalia, dia melirik tanaman sambil tertawa. Dia merasa tenang sekali, angin sedikit menerpa wajahnya.

"Lo lagi sama dia, sekalian"

"Lagi bersihin lantai, sama gue sih berdua. Udah ah mau bantuin beresin lagi," Kalila menarik ponselnya dari telinganya.

DEPRESSED [NEW] Where stories live. Discover now