17. Gratitude

31 7 0
                                    

17. Gratitude

"Bukankah sudah terbiasa melewati badai, tapi kenapa masih terusik oleh rintik hujan?"

DE-PRESS-ED

Kedua gadis itu melangkah memasuki sebuah cafe yang ramai oleh pengunjung. Mereka berjalan pelan mencari seseorang. Matanya mengedarkan ke sekelilingnya.

"Di sini!"

Kalila dan Delora kompak menoleh secara bersamaan ke arah seseorang yang mengangkat tangannya ke atas. Mereka berjalan mendekati orang itu yang tersenyum ke arah mereka.

"Engga susah kan nyari cafe ini?" tanya Dyandra sambil sedikit mendongakkan kepalanya.

"Engga, kok," jawab Kalila sambil duduk di kursi dihadapan Dyandra.

"Duduk sini, Delora," Dyandra menarik pelan lengan Delora agar duduk di sampingnya.

Delora menurutinya dan duduk di samping Dyandra.

"Dianter siapa tadi?"

"Lo liat?" tanya Kalila sedikit terkejut.

Dyandra tersenyum jahil, "Liatlah, keliatan dari sini."

Kalila menganggukkan kepalanya, memang terlihat tempat parkiran dari tempat dia duduk sekarang. "Oh ... temen gue."

"Oh temen ... udah pada makan belum?" Dyandra melirik ke arah Delora.

"Udah tadi siang," jawab Delora.

"Jadi gimana, bisa kan kita kerja di sini?" tanya Kalila dengan serius. Dia melirik desain cafe itu yang menarik perhatiannya.

"Bisa, langsung masuk besok juga bisa," jawab Dyandra sambil tersenyum. "Kak Cici!"

Seseorang yang bernama Cici berjalan mendekati meja itu, dia melirik Kalila dan berhenti pada Delora.

"Ini temen lo yang mau kerja?" tanya Cici dan dibalas anggukan oleh Dyandra.

"Halo, nama gue Cici," sapa Cici sambil tersenyum ramah.

Delora dan Kalila membalas tersenyum.

"Ini Kalila, kalo yang ini Delora," Dyandra menunjuk Kalila dan Delora secara bergantian.

"Selamat bergabung, kalian mau mulai kerja kapan?" tanya Cici sambil duduk di samping Kalila. Dia sudah dengar jika Dyandra memiliki teman yang ingin kerja part time.

"Besok, Kak. Kalo boleh tau peraturannya apa aja ya kalo kerja di sini?" tanya Kalila, pasti setiap tempat punya peraturan berbeda.

"Biasa aja sih, engga ada yang khusus," jawab Cici sambil berpikir peraturan yang ada di cafe ini.

"Di sini, peraturannya lo harus makan. Mau sebelum kerja atau sebelum pulang kerja, lo wajib makan di sini," jelas Dyandra sambil terkekeh. Itu peraturan bundanya yang tidak ingin ada pekerjanya kelaparan atau sakit.

Bundanya membuka cafe ini bukan untuk mencari keuntungan besar, tapi untuk membantu orang lain dengan membuka lowongan pekerjaan. Tapi niat tulus itu, membuat cafe ini selalu ramai.

Cici ikut terkekeh, "Nah bener, setiap orang punya bagian makan tiap hari di sini. Makan di sini engga ngaruh sama gaji. Kesejahteraan yang kerja nomor satu di sini."

Kalila tersenyum, dulu di cafe sebelumnya dia tidak pernah dikasih makan. Jaraknya cukup jauh dari rumah membuat gajinya banyak terpakai untuk ongkos transportasi. Tapi berapapun hasilnya harus patut disyukuri.

DEPRESSED [NEW] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang