14. Rapat Kerja

6.5K 463 39
                                    

Rapat kerja berlangsung dua hari sejak pagi kemarin sampai tengah malam hari ini.

Tahulah yah yang bikin lama yang mana.

Iyap, para demisioner rewel yang terhormat.

Sebenarnya mereka melakukan itu juga semata untuk memajukan dan memperbaiki BEM agar lebih baik ke depannya.

Ya tapi tetap saja itu membuat para pejabat baru di BEM menggerutu karena rewelnya para demis. Belum lagi rapat yang terus berjalan formal tak ada cair-cairnya ini suasana karena presma dan alumni presmanya sama-sama kanebo kering.

Paul ketawa dikit aja udah dilirik tajam oleh Rony.

Tapi itu juga yang membuat rapat kerja ini berlangsung lebih cepat dari perkiraan. Iyap betul, dua hari itu sebenarnya rapat kerja tercepat daripada raker tahun sebelum-sebelumnya. Tahun kemarin saja menghabiskan waktu selama empat hari berturut-turut dan dilakukan dari pukul tujuh malam sampai tiga pagi.

Diangkatnya Rony menjadi presma juga disyukuri banyak orang karena dia lebih manusiawi dan memikirkan kesehatan teman-temannya, ya meskipun rapatnya tetap sampai tengah malam.

"Masalah jaket gimana Menko Perekonomian?"

Syarla bangkit untuk memberikan satu tumpukan kertas kepada Rony.

"Ada empat vendor, Pak yang sudah kami saring. Semuanya dari Go UMKM kampus, salah satunya temennya Pak Angga."

Rony membuka lembaran-lembaran yang baru diberikan wakil mentri perekonomian itu sembari mendengarkan Anggis--kepala menko perekonomian yang tengah menpresentasikan prokernya.

"Yang terakhir itu rekomendasi Setkab Angga," ujar Anggis yang membuat Rony menatap Angga sebentar.

Sekretaris kabinet itu mengangguki Rony, isyarat bahwa dia benar-benar yang merekomendasikannya.

"Yang kalian rekomendasikan yang mana?" tanya Rony menatap Anggis dan para anggotanya.

"Yang punya temennya Pak Angga. Acara Febifest kemarin vendor souvenirnya dia juga."

Rony mengangguk-angguk, lalu dia meminta pendapat Salma.

"Mengesampingkan fakta temen Setkab Angga, riwayat vendornya banyak itu apalagi ada testimoni langsung dari febifest. Boleh itu, Pak."

Rony kembali mengangguk-angguk.

"Punya temen Angga oke, pake dia aja," putus Rony yang membuat Syarla berselebrasi kecil karena tak perlu berbelit-belit.

Sayangnya meski Rony selaku presma sudah setuju, tetapi demisioner perekonomian sebelumnya tak setuju dan merekomendasikan untuk memakai vendor trusted yang sebelumnya.

Ada debat tanya jawab yang sedikit panas sebelum akhirnya Rony memegang keputusan besar dan menyetujui keputusan untuk memakai vendor pilihan dari menteri perekonomian yang baru.

Berakhirnya topik tentang jaket sekaligus menutup rapat kerja yang sudah berlangsung selama dua hari itu.

Sesi dokumentasipun dilakukan sebelum akhirnya orang-orang perlahan mulai meninggalkan aula gedung kampus 1 itu. Ada juga yang masih menetap dan malah berniat bermalam di sana.

"Sal, Bang Gut lu ternyata serem juga, ya. Tampangnya lawak, giliran kek gini ngeri juga, ya," ujar Paul.

Salma yang sedang menikmati pijatan Syarla di punggungnya hanya tersenyum miring.

"Biasa aja lah, ngerian si Rony. Kaga ada senyum-senyumnya dia. Alisnya udah kek mau nyatu."

Paul mengangguki ucapan Salma. "Rill. Dia jangan ditanyalah, emang kaga seru hidupnya. Makanya wajahnya ikutan lempeng."

Kalo Suka Bilang! [END]Where stories live. Discover now