32. Jangan Katanya.

6.6K 550 39
                                    

Ruang tamu begitu berisik ketika Salma dan Rony tiba di parkiran kost Abah Salmon. Salma sampai memastikan lagi bahwa saat itu sudah lewat tengah malam.

"Lama amat, bintang satu!" ujar Danil menyambut Salma dan Rony yang terlihat begitu kusut.

"Pasti disambi pacaran, makanya lama, Nil," timpal Paul.

Salma melotot. "Bacot bacot bacot, anjim!" ujar Salma sembari menendang paha Paul sampai bule yang goleran di lantai itu mengaduh.

"Kasar banget jadi cewek. Rony nggak suka cewek kasar loh, Mak."

Kini giliran Rony yang menendang paha Paul. "Lu kalo nggak ngeselin sehari kaga bisa ya, Ul?"

Paul hanya mengerucutkan bibirnya sembari bertukar pandangan jahil dengan Danil.

Kalo bisa bicara, pandangan mereka akan berucap,

"Lihat Nil, dibelain ama cowoknya."

"Hooh, Ul. Padahal kan lu ngomong ke Salma."

Begitu.

Berbeda dengan penyambutan Paul dan Danil, Nabila dan Syarla begitu antusias melihat kedatangan Salma.

"Aaaaa Kak Salma makasih bangeeet," ujar Nabila sembari mengambil beban kresek di tangan Salma, sedang Syarla mengambil kresek di tangan Rony.

"Kak Rony, Kak Salma makasih mau dititipin sebanyak ini. Pasti berat banget ya?" tanya Syarla dengan wajah kasian.

Salma yang merengut karena Paul dan Danil langsung memberikan senyum lebarnya. "Engga kok, demi anak-anakku aku rela begini Nakku," ujar Salma sembari mengelus rambut Syarla.

"Wadooooh udah punya anak aja, bapaknya siapa emang, Sal?" ujar Danil yang membuat Salma berdecak.

"Yang kepala atas, atau kepala bawahannya, Sal?" timpal Paul yang tak ditanggapi oleh Salma. Urusan bakal panjang kalau menanggapi orang gila seperti mereka, jadi Salma memilih diam dan duduk di sebelah Novia, diikuti oleh Rony.

Nasi kotak pun dibagikan.

"Syar, menurut lu orang yang punya sikap kebapak-bapakan siapa?"

Tanya Danil tiba-tiba saat orang-orang sibuk meminta pesanan mereka.

Syarla yang baru saja menerima bebek Sianjay KW langsung menimbang sebentar. "Aku pertama kenal orang sini tuh Bang Diman, lebih lama kenal Bang Diman juga. Jadi menurut aku pribadi ya Bang diman. Dia selalu bantu aku kalo butuh apa-apa."

Danil mengangguk-angguk dengan ekspresi menahan senyum. "Jadi dia yang gantiin sosok papa kamu selama merantau ke Jakarta, ya?"

Syarla mengangguk tanpa curiga apa pun.

Kini gantian Paul yang bertanya. Dia mendudukkan diri dengan antusias di sebelah Nabila.

"Nabila, menurut kamu di sini yang punya sifat kebapak-bapakan siapa? Yang menurut kamu cocok jadi bapak kamu kalo seandainya terlahir kembali."

Nabila mengerutkan keningnya. "Kan di agama aku nggak ada ceritanya terlahirkan kembali?"

Salma dan Novia mengakak mendengarnya sedangkan Paul memaksakan senyumnya. "Iya, Nabila. Maksudnya seandainya aja gitu. Seandainya di sini dipilih satu orang yang jadi bapak kamu, kamu pilih siapa?"

Nabila mengangguk, lalu berpikir keras seolah itu pertanyaan yang sulit.

"Pilih Paul, Nab. Dia kebapakan banget," timpal Rony yang membuat Nabila melebarkan bola matanya.

"Engga nggak cocok dia," kata Nabila yang membuat Paul bingung harus bahagia atau bersedih.

Nabila menimbang kembali sebelum akhirnya menjawab,

Kalo Suka Bilang! [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon