39. Semua Bingung

7.1K 577 90
                                    

"Monitor-monitor, yang tahu Bule Kampung suruh ke backstage."

HT di samping Paul berbunyi. Suara Rony terdengar membuat Salma yang sedang memijat punggung lelaki Bali itu menoleh ke arah barang kecil itu.

"Hellow, this is Kudanil. Bule Bul, dicari Pak Pres," ujar Danil lewat HT padahal lelaki itu berada satu tenda dengannya.

Paul berdecak lalu mengangkat elektronik kecil itu dan mengarahkan pada mulutnya.

"Bilang gue ama Bu Pres di tenda samping panggung," ujarnya.

Danil di ujung memelototi Paul. Dia mendekatkan HT ke arah mulutnya. "Ngomong ndiri napa, sama-sama pake HT, Ntol!"

Paul yang tengah membelakangi Danil hanya mengangkat jari tengahnya sebagai jawaban.

Ngeselin yak.

"Bule, backstage sekarang," ujar Rony yang membuat Paul langsung menggerutu, "Ni orang kalo ga ketemu gue semenit aja keknya kurang afdol idupnya. Hadeh."

Salma di belakangnya mengakak. Rill sih. Setiap Paul menghilang selalu saja ada Rony yang ramai di HT mencari sohibnya itu.

"Bentar Pak, lagi dipijet Bu Pres," kata Paul sembari menikmati pijatan Salma di punggungnya.

Tiba-tiba Rony menghitung. "Satu  ... "

"Siap, otw," ujar Paul langsung menuruti presmanya. Takut ngambek, ribet.

Paul sudah akan bangkit sebelum akhirnya Salma menahan bahunya. "Duduk," perintah wapresnya itu.

Dia mengangkat HT-nya. "Paul kecetit karena lu suruh angkat properti, lu aja yang ke sini, Ron," ujar Salma.

Paul memberikan ekspresi wajah kesenangan karena dibela oleh Salma yang jarang sekali berpihak padanya awokwok.

Tak ada jawaban dari Rony, tetapi beberapa menit setelahnya presmanya itu masuk dengan wajah masam seolah tak sudi dia mendatangi bawahannya.

"Napa lu," tanyanya pada Paul dengan wajah meremehkan.

"Cedera, Pak," jawab Paul sembari memamerkan wajah jahilnya.

"Cemen," ujar Rony yang langsung mendapat pukulan dari Salma.

"Ceman-cemen, dia sakit juga karena lu suruh-suruh!" ujar Salma yang membuat Paul semakin berada di atas angin.

Wajahnya sudah sangat jumawa, membuat Rony ingin sekali menonjok wajah bule itu. Paul menonton pertengkaran kecil dua atasannya itu yang tengah membahas dirinya, sementara dia sendiri menikmatinya. Haha.

"Ngapain lu nyari gue, Pak?" tanya Paul yang membuat Rony ingat tujuan awal dia mencari Paul.

Rony mengeluarkan dasi hitam, lalu mengulurkannya ke arah Paul. "Pakein ini, serapi kek waktu itu, Pol."

Salma menatap dasi itu dengan pandangan bertanya-tanya. "Lu ribut cari Paul cuma buat itu?"

Rony mengangguk dengan polos.

Salma berdecak lalu merampas dasi itu. "Gini doang ga bisa, yang cemen lu atau Paul nih?" ledek Salma sembari menarik tubuh Rony agar menghadapnya. Lalu ketika posisi sudah pas, Salma mulai mengalungkan dasi hitam itu di area leher presmanya.

Paul dan Danil saling mengkode lewat matanya.

"Necurelllll," kata Danil tanpa suara yang disetujui oleh Paul.

"Keluar kuy, jan ganggu," ujar Paul tanpa suara.

Danil mengangguk, lalu membuka ponselnya, memfoto presma dan wapresnya secara diam-diam. Momen langka cuyyy. Harus diabadikan. Biar kalo ngancem Rony gampang. Namun  ....

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang