33. Semua Salah Pak Ul

6.1K 540 44
                                    

"Ron, gua ikut bis ya, lu gimana? Jadi motoran?" tanya Salma ketika Rony datang mengembalikan proposal acara evaluasi triwulan pada Keysha di sebelah Salma.

Rony tak menjawab, dia mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban dan mengacungkan satu jempolnya.

Setelah itu Rony pergi dari sana dan kembali bergabung dengan anak BEM lain.

Salma berdecak. Dia heran sendiri dengan Rony yang tiba-tiba kembali menjadi sosok yang irit bicara dalam seminggu ini.

Awalnya Salma memakluminya, mungkin Rony masih dalam masa berkabung setelah kepergian mamanya. Namun setelah diteliti lagi, presmanya bersikap acuh tak acuh hanya pada dirinya. Pada Paul dan Novia dia biasa saja. Salma sampai geregetan sendiri.

Heyyy, kalo Salma ada salah, ngomong cuk, jan diem -_-

"Key, awakmu ngerasa Rony berubah ora?"

Keysha yang sedang menikmati makan siang kesoreannya berhenti sejenak mendengar pertanyaan Salma. "Berubah piye maksudmu wi? Power rangers a?" tanyanya.

Salma berdecak. "Maksudku, setelah ibuk e wafat, dia berubah jadi pendiem yo gak si?"

Keysha si arek Malang itu berpikir sejenak sembari menaikkan sebelah kakinya di beton gazebo. "Ora ih, ndek aku biasa ae arek e. Lapoo? Nek ke awakmu berubah ye?"

Translate: engga ih, ke aku biasa aja anaknya. Kenapa? Ke kamu berubah?

Salma menggeleng. "Engga sih, cuma wajah e makin koyok triplek," ujar Salma sembari memasukkan barang-barangnya karena melihat anak PSDM mulai mengobrak para anggota BEM untuk masuk ke dalam bus.

Keysha tertawa. "Kan emang dari awal koyok ngono, Su?"

Salma mengedikkan bahunya.

"Cepet lek mangan, tak tinggal kapok kon," ujar Salma yang membuat Keysha merengut karena diburu-buru.

Translate: cepet kalau makan, tak tinggal kapok kamu.

"Sal," panggil Diman yang membuat Salma menoleh.

"Wey?" jawabnya.

"Tasmu mana? Biar gue taruh di bis," ujar Diman yang sedang menata barang-barang temannya di bagasi bis.

"Kaga ada, numpang di koper Novia gua," ujar Salma yang membuat Diman mengacungkan dua jempolnya.

"Duduk bareng gua ya?" tanya lelaki itu yang membuat Salma menganggukkan kepala. "Terserah, sama siapa aja gua," jawab Salma sekenanya.

Diman tersenyum lebar, sedangkan seseorang yang duduk di trotoar berdecak ketika mendengar percakapan itu.

Paul di sebelahnya langsung tersenyum jahil.

"Napa cakcekcakcek lu? Panas?" tanyanya yang membuat Rony memalingkan muka karena malas melihat ekspresi Paul.

"Makanya maju duluan, terang-terangan biar kaga diembat orang."

Rony kembali berdecak, kini dia menatap Paul dengan tatapan tajam. Bukannya takut, bule itu malah mengakak.

"Cupu lu, perut doang gede, nyali kecil," ledek Paul yang sangat berhasil membuat Rony meradang.

Dia merampas kotak rokok Paul, mengambil satu, dan mengembalikannya dengan cara paling tak sopan alias dilempar ke aspal jalanan kampus.

Babi emang.

"Lu asu kata gua sih, Ron," ujar Paul sembari menunduk untuk mengambil kotak rokoknya.

Paul tak marah karena suasana hatinya sedang bagus, berbeda dengan sobat di sebelahnya yang sedang mode senggol bacok.

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang