23

3.6K 246 11
                                    

Happy Reading!!!

Benar saja apa yang di katakan Shani lewat chat jika ia tak akan lembur, ia pulang dengan cepat kali ini. Dan ia juga membawa makanan kesukaan Gracia dan mereka berdua juga sudah menghabiskan makanan itu.

Saat ini kedua nya tengah berada di kamar mereka, dimana Shani duduk bersandar di dashboard kasur mereka dan Gracia duduk bersandar di dada nya. Hal ini lah yang selalu di nantikan Shani dapat sedekat ini dengan Gracia.

Shani memeluk tubuh Gracia dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu istri nya itu. Menyalurkan rasa rindu yang ia tahan sebulan ini.

"Cici tau nggak tadi di kampus heboh gara-gara salah satu mahasiswi nya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan," ucap Gracia memecah keheningan di antara mereka.

"Cici nggak tau Ge kan cici nggak pernah lagi ke sana," balas Shani ia berbicara tepat di leher Gracia yang membuat istri nya itu merasakan hembusan nafas nya.

"Bukan begitu, aku cuman cerita aja dan asal cici tau orang itu adalah Nino," ucap Gracia.

"Kek nya dia di bunuh deh ci, kan nggak mungkin dia bakar dirinya sendiri," lanjut Gracia, sementara Shani hanya diam menyimak perkataan Gracia.

"Ihhh! kok cici diam aja sih," kesal Gracia karena Shani tak merespon apa yang ceritakan.

"Hehe,. maaf Ge," kekeh Shani menggaruk kepala nya yang tak gatal sama sekali.

"Tau ahh aku kesel sama cici," ucap Gracia ia kemudian mengubah posisi nya menjadi terlentang ia membelakangi Shani, lalu memejamkan mata nya mencoba untuk tidur.

Shani hanya tersenyum melihat tingkah Gracia, sebenarnya dirinya tadi tengah berfikir mengapa Nino bisa di temukan, apakah anak buah nya tak melakukan tugas nya dengan baik. Dan ia juga berfikir apakah ia harus memberitahukan yang sebenarnya kepada Gracia, bahwa diri nya lah yang sudah membunuh Nino.

Shani merebahkan tubuh nya di samping Gracia, memeluk tubuh istri nya itu dengan erat. Gracia membiarkan Shani memeluk nya toh ia juga senang kalau Shani memeluk nya.

"Maaf ya aku nggak dengerin kamu, soalnya aku lagi banyak pikiran," ucap Shani setelah beberapa menit ia diam, menikmati elusan Gracia di tangan nya.

"Kamu ada masalah?" Tanya Gracia membalikkan badan nya menghadap Shani.

"Masalah kantor aja kok," jawab Shani menatap lembut Gracia.

"Beneran cuman masalah kantor?" Tanya Gracia lagi membalas tatapan Shani tak kalah lembut.

"Iya sayang," jawab Shani mengecup pipi Gracia sekilas.

"Sayang," panggil Shani menatap Gracia dengan serius.

"Iya kenapa ci," balas Gracia menatap Shani bingung.

"Aku udah boleh nggak miliki kamu seutuhnya," ucap Shani. Mendengar perkataan Shani, Gracia hanya diam ia tau apa yang di maksud Shani, ia bingung harus menjawab apa. Di satu sisi dia belum siap tapi di sisi lain ia takut jika Shani melakukan nya dengan orang lain.

"Maaf ci," ucap Gracia membenamkan kepala nya di dada Shani, ia takut melihat wajah kecewa dari Shani. Shani diam ia belum merespon, ia kecewa, kapan kah Gracia siap?

Bertahan atau Pergi [GRESHAN]  (END)Where stories live. Discover now