05. Choose You

27 7 0
                                    

Setelah acara makan malam selesai. Ternyata semua tidak berakhir sampai di sana sebab memang acara yang para ibu-ibu itu adakan bukanlah tentang makan malam dan berkumpul biasa saja, puncak yang sebenarnya adalah menjodohkan anak-anak mereka. Lebih tepatnya membuat mereka saling mengenal dan berakhir memilih yang paling mereka inginkan satu sama lain.

Jongkuk merasa jenuh kala para ibu-ibu itu terus berbondong-bondong mendekatinya dan mencoba untuk menarik hatinya agar mau dengan putri mereka. Ternyata status sang ibu yang cukup tinggi dalam perkumpulan ini dan fakta bahwa Jongkuk adalah pewaris utama perusahaan reak estat ternama membuat semua orang semakin ingin menjadikan Jongkuk menantu mereka. Sayangnya, Jongkuk tidak sesemangat itu untuk memilih calon pendamping hidup, ia bahkan berbohong awalnya pada sang ibu tentang menyukai Han Yoora.

Setelah banyak usaha, Jongkuk akhirnya berhasil kabur dari kerumunan untuk sekedar menghirup udara segar. Siapa yang menduha dia akan menemukan seorang gadis tengah menangis berjongkok seraya menutup wajahnya dengan lengan di balkon. Jongkuk awalnya ingin mengabaikan dan melanjutkan perjalanannya menuju ke bawah, tetapi Jongkok mengenali gaun merah itu.

"Aluna?" Panggil Jongkuk yang membuat sang empu cepat-cepat berdiri dan menghapus air matanya.

"Iya?" Aluna tahu pria itu salah satu putra dari teman ibunya, seorang yang sempat ia perhatikan begitu lama, kendati Aluna tidak begitu ingat namanya. "Ada apa? Apa mamaku mencariku?"

Jongkuk yang masih sedikit canggung dengan situasi kemudian mengangguk kecil, "Iya, sepertinya begitu." Kata Jongkuk karena memang tadi dia sempat melihat melihat bibi Zuha terlihat mencari-cari seseorang diatas sana. "Tetapi, kenapa kau menangis?"

Aluna ingin menjawab tidak dan membantah tuduhan bahwa dia menangis, sayangnya pria itu sudah melihat segalanya jadi Aluna pikir tidak ada gunanya berbohong hanya untuk menjaga image. Lagipula pria itu adalah pria yang Yoora suka, dan dia juga tidak menunjukkan minat untuk menyukai pria yang sama terlebih Aluna pikir pria didepannya juga menyukai sepupunya itu. Jadi, tidak ada gunanya menjaga penampilan sok manis.

"Aku hanya kesal karena kejadian memalukan tadi." Jawab Aluna jujur.

Jongkuk sampai tertawa pelan mendengarnya, "yak, apa yang membuat kau malu. Aku pikir itu cukup memberikan kesan berarti."

"Kesan berarti?" Ulang Aluna tidak paham. Dan Jongkuk menganggukkan kepalanya sebelum kembali menjawab, "hmm, kesan berarti karena kejadian itu membuat suasana yang tadinya canggung menjadi sedikit lebih ceria. Kau tidak lihat bagaimana percakapan anak-anak mereka menjadi lebih lancar setelahnya. Sebelum kau datang semua sangat kikuk."

Aluna menatap Jongkuk lebih lekat, ternyata jika diperhatikan pria itu memang sangat tampan. Garis rahangnya yang tajam membuatnya terlihat jantan. Mata bambinya terlihat jauh lebih menggemaskan ketika tertawa dibandingkan tatapan dingin waktu pertama Aluna melihatnya. Suaranya juga bagus, dan Aluna sadar bahwa postur tubuhnya luar biasa tegap, pasti penuh otot menawan yang disembunyikan dibalik setelan yang tengah dia gunakan.

"Kau mau kemana?" Tanya Aluna ingin tahu, sebab Jongkuk datang dari atas.

"Hanya mencari udara segar ke luar. Disana sedikit membosankan." Jongkuk kembali menghela nafas ketika ponselnya lagi-lagi berdering yang merupakan panggilan dari sang ibu, "sepertinya tidak jadi karena mamaku juga mencariku."

Jongkuk mengangkat telfon sambil berlari kembali ke atas. Meninggalkan Aluna yang tersenyum manis sebelum bergumam. "Apa aku bisa memilihnya saja, sepertinya dia jauh lebih dari cukup untukku." []

Golden Wine [End]Where stories live. Discover now