10. Our Reward

26 7 0
                                    

Suara sunyi dan tempat yang asing membuat Jongkuk berfikir mungkin ia sudah mati.

Jongkuk tidak ingat dengan jelas apa yang sudah terjadi padanya, tetapi ia mengingat sampai berada di danau bersama dengan kekasihnya, Aluna.

Aluna? Dimana dia sekarang? Apa Aluna berhasil kembali hidup-hidup?

"Aa-ww," hingga sebuah suara terdengar dari balik pintu kamar mandi. Aluna terjatuh, anehnya Jongkuk merasa lega. Padahal biasanya dia paling panik kalau sang kekasih luka sedikit saja. Pria Jo itu justru tertawa karena mengingat bahwa kejadian yang sama juga terjadi pada pertemuan pertama mereka.

"Sudah bangun?" Aluna berdiri dan segera menghampiri Jongkuk. Ia bernapas lega dan lekas memeluk sang kekasih dengan erat.

"Melegakan sekali. Kau tahu betapa aku takut kehilangan kamu."

Jongkuk dibuat terkekeh. Ia mengangkat tubuh Aluna agar berbaring diatas tubuhnya. Mengangkat selimut dan menyelimuti tubuh mereka bersama di dalamnya. Sekarang Jongkuk ingat bahwa ia berada dalam kamar sang kekasih. Jongkuk mencium singkat bibir Aluna sebelum bertanya.

"Apa yang terjadi di danau, sayang?"

"Guru Jo sudah membebaskan kita dari kutukan sihir." Aluna menunjuk botol gold wine di atas nakas. "Guru Jo bilang kau harus menyimpannya."

"Kenapa?" Aluna menggeleng, seolah tidak tahu.

Guru Jo sebenarnya memberikan Aluna hadiah lain karena berhasil menyintas, hanya saja ia dilarang mengatakannya pada Jongkuk. Biar Jongkuk sendiri yang mencari jawabannya. "Yang terpenting kau tidak boleh membuangnya."

"Lalu sekarang apakah kita boleh menikah?" Tanya Jongkuk begitu tiba-tiba. Aluna sampai membelalakkan mata tidak percaya. Hal pertama yang dikatakan sang kekasih setelah melewati malam yang menegangkan cukup mencengangkan.

"Kau baru bangun sudah mengajakku berumah tangga?"

Jongkuk tertawa dibuatnya. "Lebih cepat, lebih baik, sayang." Tangan Jongkuk mengusap perutnya tiba-tiba. "Apa kamu cukup percaya diri kalau benihku tidak akan menghasilkan. Tidak ingat dua hari lalu berapa banyak aku menumpahkannya di sini?"

"Yak, kamu yang kelewat percaya diri ini mah."

"Tentu, aku gagah. Spermaku pasti juga hebat dong."

"Dasar."

Aluna ingat sekali bagaimana kenangan pagi itu membawanya melambunh tinggi dalam kebahagian, tapi juga dibuat panas bergairah secara bersamaan sebab Jongkuk terus menggodanya.

Meski terkesan lembut, Aluna tidak pernah tahu kalau ternyata prianya juga bisa kasar diatas kasur. Tapi, tidak, itu tidak buruk sama sekali. Malah Aluna merasa terkesan mendapat pengalaman permainan baru dan itu dilakukan bersama pria yang sangat ia cintai.

Dan kata lebih cepat, lebih baik— Jongkuk juga tidak main-main. Terbukti sebulan setelah lamaran mendadak di atas kasur pagi itu. Kini Aluna sudah berdiri dibaluti gaun putih indah, dilengkapi setelan hitam Jongkuk di depannya. Semua orang bersorak bahagia ketika mereka diresmikan menjadi suami istri.

Tamu undangan dihadiri berbagai kalangan mengingat keluarga mereka merupakan sama-sama keluarga terpandang. Pemilik perusahaan besar dan pemilik brand aksesoris ternama disatukan.

Tidak terkecuali Vante dalam kerumunan tamu yang menangis bahagia. "Akhirnya kau lepas dari rumor gay, Jongkuk aku bangga."

"Kurasa sudah saatnya juga kau melepas rumor itu, Vante." Seorang gadis disamping Vante itu terlihat sangat anggun sekali. Menyelipkan tangan antar lengannya, memeluk dna tersenyum manis.

"Han Yoora, kau mengode ingin kunikahi juga ya?" []

Golden Wine [End]Where stories live. Discover now