07. Real Love or Just Magic Manipulation.

28 7 0
                                    

18+ only fiction
-

Aluna berulang kali merutuki dirinya sendiri. Ia pasti sudah gila. Sangat gila. Karena sudah mengiyakan ajakan Jongkuk dan menuruti pria yang baru ia kenali itu menuju sebuah apartment mewah yang
Aluna yakini adalah tempat Jongkuk sendiri. Salahkan bagaimana pria itu berhasil membuatnya jatuh cinta hanya dalam satu malam, tapi bagaimana Jongkuk juga bisa menyukainya? Terlalu mendadak dan mengejutkan. Aluna tidak pernah menduga.

Bahkan ketika Aluna tidak mempresiksi lebih jauh, Jongkuk langsung melumat bibirnya lagi begitu sampai. Benar-benar hanya diberi jeda beberapa menit saja. Bibir bengkaknya menjadi saksi. Jongkuk seolah terjerat candu ketika pertama kali mencoba bibir Aluna dan ia enggan untuk memberi jeda terlalu lama. Bahkan dalam perjalanan menuju apartement saja Jongkuk tetap membawa Aluna dalam ciuman yang memabukkan tidak pesuli supir mereka yang mungkin ikut merasakan rangsangan.

Jongkuk maupun Aluna tidak peduli apapun lagi. Mereka jatuh cinta. Mereka menginginkan satu sama lain. Sehingga keduanya memilih pamit dari acara. Sementara ibu mereka melepas dengan sneyuman bahagia, berbanding terbalik dengan sisa yang lain yang menatap horror.

Jongkuk tidak mementingkan apapun lagi. Kedua lengan kokohnya memeluk tubuh kurus Aluna dalam pelukan, mendorong tengkuk sang wanita agar semakin memperdalam ciuman mereka. Terkesan begitu buru-buru tapi tidak, Aluna merasakan semua yang Jongkuk lakukan padanya begitu rapi dan lembut. Bahkan ketika dirinya diangkat, memaksakan kedua kakinya memeluk pinggang Jongkuk. Bokongnya ditahan dengan kedua tangan kokoh itu. Jongkuk larut begitupun Aluna meski ini merupakan ciuman pertamanya.

Ketika Jongkuk membawanya ke atas kasur dan membaringkan tubuhnya disana. Jongkuk berbisik dengan suara lemah. "Aku ingin memilikimu malam ini, Aluna. Apa kamu mengizinkannya?"

"Kamu tahu? Sesuatu yang sangat
mudah didapatkan juga bisa hilang dengan
cepat. Apa kau siap dengan
konsekuensinya?" Tanya Aluna
menatap Jongkuk yang mengukung
tubuh diatasnya. Bapas Aluna sudah memburu, namun juga tidak ingin meyia-nyiakan kesempatan menatap Jongkuk sangat dekat ini.

"Aku siap dengan apapun. Jika kau pergi maka aku akan membuatmu hamil anakku agar kau tidak akan bisa meninggalkanku. Apakah kau juga siap dengan itu?"

Aluna mengangguk. Ia sudah kelewat bergairah. Tentu, Aluna wanita dewasa yang normal. Sudah lama Aluna juga ingin merasakan seks dengan seorang pria seperti teman-temannya lakukan dengan pacar mereka. Mendengar cerita saja sudah membuatnya penasaran. Tentu, Aluna tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu sendiri yang datang padanya.

Jongkuk tersenyum sambil mengusap anakan rambut Luna dan menyembunyikannya dibalik telinga, lalu berkata sangat seduktif dengan tatapannya yang sudah begitu sayu. "Cium aku, Han Aluna."

Nafsu sudah menyelimuti mereka, persetan dengan rasa malu Aluna lekas menyambar bibir Jongkuk dengan sedikit mengangkat kepalanya. Mengalungkan tangannya pada leher sang pria dan kakinya semakin melingkar erat pada pinggang Jongkuk.

Beberapa kali ia dapat mendengar Jongkuk mengeram kala tubuh mereka terus bergesekan. "Aku tidak tahan lagi," kata Jongkuk sebelum membuka kain yang menutupi Aluna dan tubuhnya sendiri.

Menikmati bagaimana wanita dibawahnya terlihat begitu pasrah dan juga menginginkannya. Padahal baru pertama kali bertemu, biasanya Jongkuk akan meremehkan namun kenapa anita yang menyerahkan diri dengan suka rela dibawahnya ini justru terlihat juga memiliki kuasa pada tubuhnya. Terbukti hanya dengan beberapa usapan Aluna pada perutnya yang jelas tidak rata itu berhasil membuat Jongkuk memejam mata dan sedikit mendesah.

Tidak banyak permainan pembuka,
Jongkuk sudah tidak sabar. Setelah
memastikan milik Aluna basah dengan permainan jarinya. jongkuk segera membuka kain penutup terakhir miliknya. Terkekeh pelan saat melihat Aluna segera menutup mata dengan malu setelah melihat kejantanannya. Jongkuk menurunkan tubuhnya dan berbisik. "Sepertinya aku jadi yang pertamamu," tebak Jongkuk.

Aluna langsung menatap Jongkuk, sempat terdiam seribu kata sebelum bertanya. "Apa itu kabar buruk untukmu?"

Kehidupan kota modern sangat berbeda. Aluna sadar dirinya memalukan. Sudah tiga puluh tahun, akan tetapi masih perawan? Cemoohan yang serupa sering Aluna dengar dari teman-temannya. Aluna takut Jongkuk juga pergi setelah mengetahui hal itu dengan dalih merasa tidak pantas, atau alasan lainnya.

"Justru aku yang punya kabar buruk sayang," Jongkuk mencium bibir Aluna sekilas. "Aku sudah tidak tahan. Aku ingin hancurin kamu malam ini. Mau buat kamu nangis cantik dibawah aku."

Pelukan Aluna semakin kuat kala Jongkuk mencoba masuk. Jongkuk dapat merasakan betapa ketatnya miliknya dibalut dibawah sana. Ia suka, bersemangat ingin bermain lebih cepat. Namun, juga tidak ingin membuat Aluna semakin kesakitan. Maka ia membiarkan miliknya berdiam diri seraya memberikan permainan lain pada dada lembut Aluna. Meremas, mengecup, dan menjilat. Beberapa kali tidak sengaja menggigit kala merasakan milik Aluna memberikan rangsanagn yang gila pada miliknya.

Setelah merasa Aluna semakin terbiasa, barulah Jongkuk menghentak beraturan. Aluna seketika membanting kepalanya ke atas dan mendesah, rasanya sakit, ngilu tetapi anehnya juga nikmat. Aluna sampai bingung sendiri bagaimana cara mendeskripsikannya. Ketika Jongkuk memeluk dan tidak membiarkan tubuh mereka memiliki celah apapun, membiarkan tubuh mereka bergesekan lebih banyak, Aluna tahu pria itu tengah menahan diri. Menahan untuk tidak menghantamnya lebih dalam dan cepat. Bahkan geraman jantannya ia sembunyikan dalam ceruk leher Aluna dengan cara menghisap dan menggigit.

Jongkuk terasa sangat hebat dalam menyetubuhinya yang tidak memiliki pengalaman seks apapun.

Tidak lama setelahnya, Aluna
berteriak kala merasakan cairan hangat Jongkuk menyembur di dalam tubuhnya. Pria itu serius mengatakan akan menghamili Aluna untuk mencegahnya pergi. Napas mereka memburu begitu cepat dan bersahutan satu sama lain. Jongkuk mendekap tubuh Aluna erat, mencium dengan lembut seluruh kulit yang terekpos.

"Sepertinya kau cukup berpengalaman," kata Aluna membuat Jongkuk tertawa.
Pria itu mengulingkan tubuhnya ke samping karena tidak ingin membebani Aluna dengan bobot yang dua kali lebih berat dari tubuhnya sendiri. Membawa Aluna menghadap padanya, membiarkan miliknya tetap berada di dalam sana dan enggan melepas. Seolah tidak mengizinkan setetes pun cairannya keluar. Jongkuk serius ingin Aluna menjadi miliknya, jadi untuk menahan wanita itu pergi ia benar-benar akan menghamilinya.

Jongkuk kembali memeluk Aluna erat, mencium leher dan pipi wanita itu berulang kali sebelum berbisik. "Terima kasih pujiannya, tetapi ini juga pengalaman pertamaku, sayang." []

Golden Wine [End]Where stories live. Discover now