Chapter 27 : The Protector

97 20 1
                                    


.Chapter 27.

.The Protector.


Dadanya terasa sesak detik itu juga, apa ini sebuah mimpi buruk? Ratu Park menyentuh dadanya yang terasa sesak, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh dari duduk tegapnya jika Moon Sanggung tak cepat menahan tubuh nyonya-nya.

"mama, mama . . istirahatlah . . mama tidak boleh terkejut seperti ini" ungkap Moon Sanggung.

"apa . . yang kau katakan adalah kebenaran? Bae Sooji, menjadi pengabdi kuil?" tanya Ratu Park dengan mata berkaca-kaca. Tidak heran Raja semarah ini karena Raja memang berniat menjadikan Sooji setidaknya sebagai Selir untuk Seja.

"Ye, mama . . karena hal mengejutkan itu juga yang membuat Jeonha tidak bersedia untuk makan. Ia hanya mengurung diri di kediamannya" ungkap Kasim Hong sembari menunduk tak berani menatap Ratu Park.

"Kasim Hong, aku mohon . . kau tidak memberitahu siapapun tentang kejadian ini." pinta Ratu Park.

"Ye, mama .. hamba menerima perintah" sahut Kasim Hong yang disusul dengan kode dari Moon Sanggung agar Kasim Hong meninggalkan Gyotaejoon.

"Moon Sanggung . . " Ratu Park langsung menggenggam tangan Moon Sanggung erat.

"cepat cari tahu dimana kuil tempat Sooji mengabdi. . . Seja mungkin berada disana. . . kau harus menemukan Sooji lebih dulu sebelum keluarga Han ataupun Jung menemukan keberadaan anak itu. . . cepat!!" tegas Ratu Park sembari menggenggam erat tangan Moon Sanggung.

"tapi . . kondisi mama . . ." tahan Moon Sanggung khawatir dengan mata berkaca-kaca.

"kau cukup meminta pelayan lain membawa tabib untukku. kau ingat, kau harus pergi langsung dan membawa anak itu ke hadapanku! Ku mohon!" ungkap Ratu Park dengan penuh harap.

"Ye, mama . . hamba menerima perintah" ungkap Moon Sanggung dengan air mata yangg berlinang dari matanya.

0.0

Moon Sanggung tiba di kuil bersama beberapa prajurit Ratu Park. Moon Sanggung langsung bergegas mencari dimana Sooji. Sooji yang tengah berdoa di kuil tampak khusuk membaca doanya sampai Moon Sanggung berdiri disampingnya.

"nona Bae" panggil Moon Sanggung. Perlahan Sooji menoleh melirik seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya dengan bola mata yang basah.

"aku adalah pelayan setia Jungjeon mama" ungkap Moon Sanggung sembari memperlihatkan batu giok dengan simbol Permaisuri kepada Sooji.

"hamba memberi hormat, tetapi . . apa yang membawa pelayan setia Jungjeon mama kemari dan menemui pengabdi kuil sepertiku?" ungkap Sooji setelah bangkit dari sujud-nya.

"Jungjeon mama, memintaku membawa nona ke Gyotaejeon secepatnya. Tempat ini, tidak lagi aman nona" ungkap Moon Sanggung.

"sejak aku memilih untuk mendoakan ayahku, kematian bukanlah ketakutan bagiku" ungkap Sooji sembari menatap ke arah rupang Buddha dihadapan mereka.

Moon Sanggung tiba-tiba turun untuk bersujud dihadapan Sooji. Sooji tampak tergelak melihat hal itu. Sooji berusaha membuat Moon Sanggung kembali berdiri tetapi Moon Sanggung tak kunjung beranjak. Ia menyatukan kedua telapak tangannya didepan Sooji dengan air mata yang bercucuran.

"kondisi Jungjeon mama sangat kritis saat ia meminta hamba untuk menjemput nona. Bahkan Jungjeon mama menangis sembari memohon kepada pelayan rendahan seperti hamba untuk membawa nona ke dalam perlindungannya. Jika nona tidak bersedia mengikuti hamba saat ini, maka . . hamba bersedia mati dihadapan Buddha untuk menebus dosa hamba karna menjadi pelayan yang tidak berguna untuk Jungjeon mama" ungkap Moon Sanggung sembari menarik jepit rambut di rambutnya hingga rambutnya terburai.

Frost Flower in the PalaceWhere stories live. Discover now