06. The Feelings

7.8K 542 22
                                    

Seandainya saja aku bisa menghentikan waktu, tentulah akan kuhentikan waktu saat ini. Saat dimana selama 4 jam aku tertidur disamping kak Riko. Saat aku bisa memeluk erat lengan kak Riko, menghirup wangi tubuh kak Riko, wangi yang melekat erat di otakku. Wangi yang membuatku merindukannya walau baru saja berlalu satu detik. Andai...

Perlahan aku membuka mata, ku lihat ke sebelah kanan dan kiri ku. Kak Wildan dan kak Riko masih tertidur pulas. Ku tatap lekat-lekat pria yang tertidur disampingku. Biarkan aku menatapnya lebih lama Tuhan, melihat lekuk bibir kemerahannya, menatap tulang pipi yang kokoh dan mata yang terpejam tenang. Pandanganku ku sapu ke seluruh ruangan kamar, mana Laura? Bukankah semalam ia tertidur disebelah kak Riko?

"Psst... Danny!" terdengar suara Laura pelan menyapa dari luar kamar.

Aku menoleh. Ku lihat Laura berdiri dan memberi kode untuk menemuinya. Aku segera beranjak meninggalkan kedua kakakku itu.

"Ya, mbak?" tanyaku.

"Ini, aku udah beli bubur ayam tadi ke depan. Kamu masuk pagi kan? Buruan, nanti telat..."

"Wah, makasih banyak Mbak... Buat kak Wildan sama Kak Riko?"

"Mereka biar bisa cari sendiri.. Hihii"

"Wah, aku gak enak mbak... Biar ini buat mereka berdua saja... Aku bisa beli sarapan nanti.."

"Jangan... Eh, aku cuma bercanda kok... Punya mereka berdua aku taruh di dapur. Itu makan buburnya..."

"Oh, hehe...Oke, makasih ya mbak..."

Aku melahap bubur ayam itu agak cepat. Karena ku tahu bahwa saat ini aku sedang berkejaran dengan waktu. Walau kost ku dekat dengan kampus, tetap saja aku tidak bisa bersantai karena ini UTS. Sambil melahap suap demi suap bubur ayam itu, ku lihat Laura seperti membuat sesuatu di belakang.

"Nah, Dan... Hari ini kamu gak usah buat kopi dulu! Aku udah buatin soalnya kamu bisa langsung mandi terus berangkat! "

"Waaaah, mbak repot-repot begitu?!"

"Nggak kok, kasian... Kamu capek begadang semalam... Jatah mereka berdua biar aku yang urus."

Aku tersenyum. Segera setelah menyelesaikan semangkuk bubur ayam itu, aku melangkah menuju kamar mandi. Ku basuh badanku yang masih terasa remuk karena begadang. Kucoba untuk tidak melupakan semua momen dimana aku bisa bebas memeluk lengan kak Riko. Menciumi wangi tubuhnya, merasakan hangat tubuhnya.

Saat aku sudah hampir siap dan beranjak meninggalkan kamar, tiba tiba ku dengar suara dari luar kamar. Suara Laura.

"Danny, aku pulang ya...."

"Oh iya mbak, mau bareng?"

"Boleh... Yuk.."

Aku berjalan menyusul Laura. Ku tutup perlahan pintu depan kost kami. Meninggalkan kedua kakak ku yang masih pulas tertidur di kamarku. Kalau ku perhatikan, Laura memang cantik. Wajarlah, kalau ia bisa dekat dan... bisa sedekat itu dengan kak Riko. She deserved it! Bisa kurasakan seperti ada perasaan sesak saat aku harus tau bahwa ia dan kak Riko terlalu dekat. Aku merasa terasing ketika mengingat hal itu.

"Dan... Menurut kamu, Riko orang yang gimana?" ujar Laura.

Aku berfikir sejenak. Mereka-reka seperti apa sosok kak Riko selama ini.

"Kak Riko itu...Hmm, kak Riko itu orang yang spontan, supel, dan suka menolong, cukup keren sih..." jawabku.

Tidak, aku berbohong! Kak Riko lebih dari itu! Ia orang yang hangat, ia orang yang ramah, ia orang yang melindungi. Ia segala-galanya!

Love Under The MistletoeWhere stories live. Discover now