15. Lies

5.5K 380 8
                                    

Aku bangun pagi-pagi sekali hari ini. Aku merasa seperti berisi kembali. Setelah 'pertengkaran' kecil karena ketidakdewasaanku kemarin dengan kak Riko. Pelukannya yang hangat, kecupannya yang tulus dan perasaannya yang begitu aku rasakan dalam pengakuannya kemarin membuatku tenang. Membuatku yakin. Bola mata kak Riko tidaklah berbohong saat itu, meski dalam temaram lilin, aku masih bisa melihat jelas. Jelas sekali, pancaran ketulusan begitu terlihat dari kak Riko. Aku menarik nafas panjang sambil menatap pria itu yang masih tertidur pulas disampingku. Menatapnya seperti aku begitu menginginkannya, seperti aku mencium harum tubuhnya diudara, seperti aku tau sesekali angin menyapa rambutnya yang sedikit berantakan, seperti aku tau perasaanku kepadanya terpatri. Terkunci untuknya.

Aku bangkit dari tempat tidurku dan berusaha menata kembali apa yang seharusnya pacar yang baik lakukan. Aku meraih gagang pintu kamar, membukanya perlahan lalu menutupnya rapat. Aku tak ingin pangeran itu terbangun. Aku hanya ingin menyiapkan sarapan dan kopi panas utk dia memulai harinya nanti.

"Riko mana?" tiba-tiba suara Allan mengagetkanku.

"Jangan berisik, dia masih tidur." jawabku singkat.

"Aku mau ngomong sama dia. Aku ada perlu."

"Dia masih tidur, Allan. Tolong biarin dia bangun sendiri."

Allan lalu tersenyum hambar. Ia menatapku kali ini aku merasakan tatapan yang berbeda. Tatapan dingin dan tajam. Tatapan yang tidak aku suka.

"Apa sih yang Riko lihat dari kamu?"

Aku tercekat. Baru sekali ini aku melihat orang sejahat dia.

"Aku gak ngerti apa yang sedang kamu bicarakan sekarang, Allan. Tolong hargai hubungan kami. I am not giving up on him."

"Oh, So do I..." balasnya.

Aku lalu melengos berlalu membalikkan tubuh dari Allan.

Aku tidak habis pikir. Kemarin aku begitu kesal, aku begitu melodramatik, aku begitu lemah. Tetapi memang seperti itulah adanya aku. Dan setelah apa yang kak Riko sampaikan malam itu, aku semakin yakin bahwa kami berdua harus menjaga komitmen ini. Menjaga perasaan ini. Kami berdua.

Drrrrtt! Drrrrtttt! Tiba-tiba hape ku bergetar. Satu sms masuk dari kak Wildan rupanya.

From : K' Wildan

"DEK, HARI INI KK LAGI KOSONG, JALAN YUK!"

Aku tertegun sejenak membaca sms itu.

To : K Wildan

"PAGI AMAT SMS NYA, TUMBEN UDH BANGUN. JALAN KMN? AKU TANYA KAK RIKO YA BISA GA DIA..."

Sejurus kemudian aku menerima balasan lagi.

From : K'Wildan

"SENGAJA SMS DARI PAGI, SBLM KAMU KELAYAPAN. GAK USAH, JUST THE TWO OF US. PLS??"

Aku meletakkan handphone itu di meja. Aku terus melangkah ke dapur, membuatkan nasi goreng untuk kak Riko. Di fikiranku banyak hal berputar-putar saat itu. Apa jadinya jika aku berdua sama kak Wildan? Kak Riko bagaimana? Setelah hampir tiga puluh menit berkutat dengan nasi goreng dan kopi, aku menulis catatan kecil untuk kak Riko sebelum aku mandi dan bersiap berangkat kuliah.

'BREW, NASI SAMA KOPI BUAT KAMU YA... GA TEGA BANGUNIN KAMU PAGI-PAGI. I LOVE YOU, BLEW'

Kemudian aku berlalu dan bersiap memulai hari ini. Aku kemudian teringat sms kak Wildan tadi. Lalu aku balas :

"OK KAK, AKU PULANG KULIAH JAM 12.30, KETEMU DIMANA?"

Drrrt Drrrttt... Secepat kilat kak Wildan membalas sms ku.

Love Under The MistletoeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora