16. Broken String

5.3K 370 12
                                    

"Brew... Air hangatnya sudah siap.." ujarku pelan.

Kak Riko beranjak dari kasurku. Perlahan berlalu menuju kamar mandi. Aku menarik lengannya. Ia seperti tersentak. Mataku menatap tajam matanya. Kami saling beradu pandang. Aku mencari sosok yang sama, dengan tatapan yang sama saat melihatku. Aku masih melihat tatapan itu. Aku masih merasa ia mencintaiku.

Cup.

Bibir kami saling berpaut satu sama lain. Saling mengecup, berkejar-kejaran. Permainan yang begitu bergairah. Seolah menyulut lagi apa yang sempat hilang kemarin. Aku masih mencintainya dan masih ingin mencintainya. Tetapi jika ingat bahwa kami sudah saling tidak jujur hari ini, aku merasa tercekik.

Aku dorong kak Riko. Ia nampak bingung dan berusaha memelukku, tapi aku mendorongnya lebih keras.

"Kamu... Kamu mandi saja..."

"Oh, okay..."

Ia berlalu. Membalikkan badan. Meninggalkan aku.

"Well, kamu orang yang cukup sabar ya..." suara Allan menghancurkan ketenangan yang selama 30 menit terakhir aku cari.

"Maksud kamu?" tanyaku.

"Yah, saat pacar selingkuh dan kamu tau kalau aku sengaja merebutnya... Kamu masih belum bertindak... Sabar juga..."

"It's enough Allan, kami saling mempercayai satu sama lain."

"Oh ya? Aku ngeliat kamu sama Wildan tadi sore. Kalian baru mau masuk resto itu. Tapi gak jadi... Apa karena ada aku sama Riko? Takut ketauan selingkuh juga?"

"Aku bukan selingkuh! Aku cuma nepatin janji ke kak Wildan... Dia yang maksa.."

"I don't believe it, Danny... Jangan jadi orang suci... Daripada kamu setengah-setengah sama Riko, mending kasih ke aku aja..."

"You're sick!"

"Well, I am sick... So what?"

Aku tidak berbicara sepatah kata lagi. Aku mendekati pintu kamarku dan menutupnya.

Klek.

Ku kunci rapat pintu kamarku. Tidak untuk malam ini, tidak untuk saat ini. Aku tidak ingin bertemu siapa-siapa.

Aku melihat gantungan Mistletoe kecil yang dulu aku buat untuk jimat keberuntungan. Aku raba, sedikit berdebu. Semua memori kembali terputar. Apa yang dulu terekam jelas di otakku. Kini terputar kembali. Bagaimana kami melewati semua perjalanan ini. Sampai kisah ini terjadi. Ku dekap erat hiasan mistletoe itu. Kemana keajaibanmu sekarang? Kenapa saat aku membutuhkan keajaiban untuk aku dan kak Riko, aku tak mendapatkannya? Aku mulai tak mempercayai legenda ini. Tidak.

Aku tarik nafas dalam-dalam. Aku koyak, aku cabik, aku sobek hiasan itu. Hancur. Tak ubahnya seperti sampah. Dan aku yakin, ia tidak akan memberi keajaiban lagi sekarang. Aku merasa begitu rapuh. Tak berdaya.

***

Aku merasa sedikit berat saat membuka mata ini. Pagi ini kurasa begitu tak bergairah. Berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Tubuhku rasanya remuk. Aku beranjak bangun dari kasur. Berusaha ke kamar mandi.

Ah iya, aku semalam tidak bertemu kak Riko. Aku mengunci rapat pintu kamar. Pasti dia heran. Aku melangkah gontai menuju kamar kak Riko. Ku raih gagang pintu kak Riko. Tidak dikunci. Aku menengok kedalam.

Cup.

Allan mengecup bibir kak Riko yg sedang tidur. Aku tercekat. Aku tak percaya apa yang aku lihat. Oh Tuhan, hal ini akan semakin memburuk. Aku yakin. Aku menutup pintu kamar kak Riko. Klek. Kemudian aku berjalan mundur kearah tembok. Aku terhenyak. Aku merasa dibelah dua. Mati rasa.

Love Under The MistletoeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora