13. Allan

5.5K 412 15
                                    

"Blew, kamu ke dalam dulu saja... Aku masih ada urusan sama orang ini..." ujar kak Riko pelan.

"Oh, oke.." balasku.

"Eh tunggu dulu! Gue belom kenalan tuh." tiba-tiba sang tamu setengah berteriak berujar kearahku.

Aku menoleh tepat saat aku baru saja hendak melangkahkan kakiku meninggalkan ruang depan.

"Gue Allan."

"Oh, aku Danny..."

"Wah, namanya Danny ya..."

Aku tersenyum tipis. Jujur aku tidak begitu menyukai orang yang datang ini. Gaya bicaranya yang ceplas ceplos dan mungkin dengan maksud yang tidak baik. Kak Riko selalu ramah dengan semua orang, tetapi untuk tamu ini, ia bersikap seolah tidak nyaman. Orangnya sih ganteng, kulitnya putih, tingginya lebih sedikit dariku, badannya juga sedikit lebih berisi. Hmmh, siapa ya dia?

Dengan sedikit gontai aku memasuki kamar kak Riko. Aku segera duduk diatas kasur, dan kembali menemui kak Wildan via Skype.

"Kok cemberut?" tanya kak Wildan.

"Ada tamu yang kurang sopan..." ujarku.

"Tamu yang tadi? Kenapa?"

"Kayaknya kak Riko kurang suka sama dia, dia ceplas ceplos gitu, sok-sok bilang selera kak Riko gak berubah..."

Eh tunggu dulu! Kok dia bilang gitu? Berarti dia tau kak Riko dan aku? Selera gak berubah? Apa dulu kak Riko juga pernah menjalin hubungan seperti ini?

"Siapa tuh? Tumben si monyet ada musuhnya." ujar kak Wildan.

"Gak tau, temen kuliah mungkin kak...Dia bilang namanya Allan."

"HAH?! A?? ALLAN??"

"Iya kak... Kenapa?"

Kali ini kak Wildan yang terkejut. Aku tidak mengerti apa yang terjadi disini. Apa yang tersembunyi disini dan mengapa kak Wildan juga kak Riko tidak senang dengan pria bernama Allan itu.

"Kenapa kak???"

"Allan? Orangnya putih dan agak sipit?"

"Iya bener..."

"My God... Dek, apapun yang terjadi nanti kamu cuma denger kata-kata aku, Laura dan Riko, Ok?"

"Apapun? Emang kenapa?"

"Percayalah dengan kami bertiga..."

"Aku gak ngerti kak..."

"Nanti, nanti, kami akan ceritakan semuanya... Bersabarlah dulu..."

"Ah, kak Wildan jahat... Ayolah..."

"Aku gak enak ceritainnya, tanyalah ke Riko saja..."

"Huh..."

"Jangan cemberut dong..."

"Males ah kalo dibuat penasaran..."

"Duh... coba kamu tanya ke Riko ya, aku rasa dia lebih berhak."

"Oke deh, aku tanya ke dia ya... webcamnya aku matiin ya kak?"

"Kenapa?"

"Takutnya lama, kasian kamu nunggu..."

"Oh, ok...."

Aku menutup windows skype, lalu menjelajah isi laptop kak Riko. Tamu itu masih didepan sepertinya. Kalau memang tidak ada yang mau memberi tahuku, ada baiknya jika aku cari tau sendiri.

Aku menelusuri senarai folder satu demi satu, mulai dari yang hidden sampai yang tersembunyi diantara folder-folder lain. Sampai suatu ketika aku bingung melihat folder bernama 'Memory'.

Love Under The MistletoeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu