#3

5K 570 42
                                    

Halo, sudah lama sejak terakhir kali. Ada yang menunggu cerita ini? Aku sarankan baca sambil dengar lagu terbarunya Nadin Amizah “Semua Aku Dirayakan” agar Cinta dalam tokohnya lebih kental terasa. Selamat membaca💙💛

Jangan lupa vote & komen kawan.


















Renjun memandangi cincin permata yang melingkar pada jari manisnya. Ia tersenyum mengingat beberapa waktu lalu saat ia terbangun dari tidur, cincin cantik itu sudah berada di jarinya. Ternyata Jeno tidak berbohong akan mengganti pita yang ia sematkan di malam ia melamar Renjun kala itu.

Beberapa minggu ini Jeno disibukkan dengan berbagai kegiatan. Pekerjaannya semakin bertambah banyak, dan sering pulang larut malam. Jeno bilang ia ingin mengejar promosi untuk naik jabatan di kantor tempatnya bekerja. Ia sedang mengejar posisi General Manager yang kini tengah kosong di perusahaan.

Bukan tanpa alasan mengapa Pria 25 tahun itu, kini sangat bekerja keras. Ia tahu bagaimana Renjun sering kali menceritakan pernikahan impiannya. Jeno ingin mewujudkannya. Maka dari itu, Jeno harus lebih banyak menghasilkan pundi-pundi uang demi bisa membuat mimpi Renjun jadi kenyataan.

Baik keluarga Jeno, maupun Renjun bukanlah keluarga yang dilingkupi oleh kekayaan. Namun keluarga mereka pun bukan keluarga yang kekurangan. Segala halnya tercukupi dengan kerja keras yang dibangun sendiri. Maka dari itu, Jeno pun tak bisa langsung meminta bantuan kepada kedua orang tuanya, walaupun orang tuanya pasti akan berusaha untuk membantu.

Terlebih lelaki April itu ingin merasakan bangganya ia kala melihat bagaimana Renjun bahagia atas hasil kerja kerasnya, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Ia ingin semuanya terasa ringan tanpa memiliki hutang budi pada siapapun termasuk kedua orangtuanya. Jeno pun tak ingin membebani mereka.

Ponsel Renjun berdering menampilkan nama kontak Jeno yang mulanya “Superhero” kini telah ia ganti menjadi “Calon suamiku❤️” Dengan penuh semangat, Renjun segera mengangkat panggilan itu.

“Baru tadi pagi kau menelepon ku saat baru sampai di kantor, kali ini ada apa lagi?”

Beberapa detik Renjun hanya mendengar helaan nafas dari sosok di seberang sana.

Huft... Karena akhir-akhir ini waktuku untuk melihatmu hanya sebentar, maka aku harus sering menelepon mu untuk memastikan keadaanmu”

“Halah alasanmu berbelit-belit, bilang saja kau rindu” ujar Renjun sembari terkekeh ringan di akhir kalimatnya.

“Bahkan hampir 13 tahun kita bersama, aku belum pernah merasakan rindu padamu. Mungkin kau yang sering rindu aku” jawab Jeno di seberang sana.

“Sudah akan menikah, masih saja jual mahal. Tidak mau mengakui bahwa kau selalu ingin berada dekat denganku”

Ya, Jeno memang orang yang sulit mengungkapkan perasaannya dengan gamblang. Berbeda dengan Renjun yang bisa menunjukkan kasih sayangnya dengan perkataan, dan terang-terangan. Jeno menunjukkan segalanya dengan tindakan.

“Kau sudah makan? Dengar, nanti jam 7 malam bersiaplah. Aku akan menjemputmu.”

Renjun tertawa mendengar Jeno yang kini langsung mengalihkan pembicaraan. “Kita akan kemana memangnya?”

“Terlalu banyak bertanya. Pokonya nanti bersiap saja. Ngomong-ngomong tentang tadi kau benar, aku merindukan mu”

Tut—

Panggilan suara itu terputus, karena Jeno mematikan sambungannya lebih dulu. Jujur saja Jeno bukanlah seseorang yang mudah berucap manis. Kalimat akhir yang Jeno ucapkan berhasil membuat pipi Renjun memerah. Sudah dapat Renjun pastikan saat ini Jeno sedang mengutuk dirinya sendiri, dan saat bertemu nanti lelaki itu akan malu-malu. Ia sudah hapal bagaimana tabiat sahabat yang kini juga menjadi calon suaminya itu.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang