#17

4.4K 477 67
                                    

Jangan lupa vote & komennya kawan. Alurnya rada aku percepat ya ges.


























Menemani Renjun jalan pagi, memijat pinggang Renjun sebelum tidur, bahkan memijat kaki Istrinya merupakan rutinitas Jeno sehari-hari mendekati masa persalinan.

Jeno meminta izin kepada perusahaan tempatnya bekerja untuk bisa bertugas dari rumah selama menunggu Renjun melahirkan. Cukup sulit mulanya perusahaan memberi izin, namun mempertimbangkan kinerja Jeno selama ini, akhirnya mereka menyetujui permohonan calon Ayah itu.

Dini hari ini, pasangan muda itu sudah panik, terlebih lagi Jeno karena sang Istri sudah mengalami kontraksi. Tanpa menghubungi siapapun dari kedua belah pihak keluarga, Jeno yang tidak tenang memilih melangkah sendiri terlebih dahulu, agar Renjun bisa dengan cepat ditangani di rumah sakit. Hingga beberapa menit sebelum Renjun masuk ke dalam ruang tindakan, Jeno baru menghubungi keluarganya, dan juga keluarga Renjun.

Dokter mengizinkan Jeno untuk masuk, dan membantu menenangkan Renjun. Operasi berjalan lancar, walau pada mulanya dokter mengatakan jika Renjun harus menunda persalinan sampai besok karena kondisinya menurun. Jeno tak bisa melihat Renjun yang begitu pucat, dan lemas karena menahan sakit luar biasa. Ia terus berdoa, dengan harap semoga keajaiban datang, hingga Renjun bisa cepat ditangani.

Benar saja, harapannya terkabul. Karena satu jam kemudian, dokter mengatakan kondisi Renjun stabil, dan bisa melangsungkan operasi. Jeno menangis selama masa persalinan berlangsung. Ia terus di samping Renjun, dan melihat segala prosesnya dari awal hingga Putra kecilnya yang tampan lahir.

Tangisnya menguar keras, menghangatkan hati Jeno. Wajahnya sangat bersih, dengan kulit susu seperti milik Renjun. Beribu kali Jeno panjatkan syukur, karena anaknya lahir dengan selamat, dan sehat.

Lengan kokohnya, untuk pertama kali bersentuhan dengan kulit selembut sutra serupa milik Istrinya. Manusia kecil yang selama sembilan bulan berada dalam kandungan Renjun, kini sudah bisa melihat dunia. Jeno membawa Putra kecilnya, mendekat pada Renjun yang masih belum sadarkan diri pasca operasi persalinan.

“Renjun–ah, jagoan kita sudah lahir di dunia. Terima kasih sudah memberikan hadiah terindah untukku Renjun–ah, ini bayi kecil kita Logan Lee”

Air mata dari iris kelam itu luruh mengenai Putra kecilnya yang tampan. Sungguh hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya, selain berada di Altar bersama Renjun untuk mengucap janji suci, juga ketika menyambut kedatangan Logan. Putra terkasihnya.















“Tubuhnya begitu kecil ... Ia sangat rapuh” ujar Renjun menatap sang Putra di balik kaca yang terhubung dengan ruangan bayi.

Renjun masih tidak percaya bahwa makhluk mungil itu tumbuh di dalam perutnya. Bayi kecil yang selama ini ia bawa kemanapun ia pergi. Bayi kecil yang membuat iris Suaminya begitu berbinar, penuh dengan kebahagiaan.

“Dia tampan kan sayang?”

Renjun mengangguk tanpa melepas pandangan dari makhluk kecil di depan sana. “Sangat tidak adil, karena semuanya mirip dengan mu” ucap Renjun.

“Itu membuktikan bahwa dia benar-benar olahan ku”

Renjun mendelik menatap Jeno. Membicarakan bayi seolah sama seperti adonan. “Olahan ... Apa kau pikir anak mu terbuat dari terigu?”

Jeno terkekeh mendengarnya lantas mengecup pipi Renjun dengan sayang. “Terima kasih sayang. Terima kasih sudah berjuang untuk membawanya hadir di tengah-tengah kita” ucapnya lembut.

Renjun lantas menatap dalam iris kelam Suaminya. “Kau bahagia?” tanyanya sembari mengusap rahang tirus Jeno. “Aku sangat bahagia” balas dominannya.





















My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang