#5

4.3K 522 84
                                    

Jangan lupa vote & komennya kawan.
Maaf jika ada kata yang kurang tepat atau typo bertebaran ya ges ya.



















Pertama kali bertemu dalam lara nan sendu. Kemudian waktu terus berlalu, dan diri telah saling mengenal. Lara nan sendu itu ternyata tak berlangsung lama, karena terlalu banyak harsa yang menutupinya. Entah memang sedang bahagia, atau hanya mencoba berpura-pura. Sedekat apapun insan saling berhubungan tak ada yang lebih mengenal diri, selain kita sendiri.

Ceria sehangat mentari pada hari-hari yang cerah. Itu yang Jeno pikirkan mengenai pribadi Renjun. Kala sosok mungil itu terluka, ia akan terlihat begitu rapuh, namun akan cepat pula emosinya berkamuflase.

Padahal hidupnya banyak dilingkupi duka. Jika Jeno berada di situasi yang sama, mungkin ia akan bersikap berbanding terbalik dengan yang Renjun lakukan. Namun senyum si Aries tak pernah luntur, meski ia baru saja dihantam sakitnya dunia.

Aneh. Sosok yang sebetulnya menyimpan banyak sakit itu, semenit kemudian bisa tertawa seolah ia makhluk paling bahagia. Namun bukan senang yang Jeno rasa kala melihat senyum cantiknya, malah perih yang tak dapat Jeno utarakan dengan runtunan kata.

Maka dari itu, setiap kali Renjun tertawa bahagia, Jeno ingin tahu, apa itu hanyalah sandiwara untuk menutupi kesedihannya, atau memang benar si manis sedang merasakan gembira. Untuk itu, setiap yang Jeno lakukan kini selain untuk memastikan kebahagiaan Renjun, juga ingin Renjun berhenti untuk berpura-pura atas sakitnya.

Seringkali kala kalutnya mulai menguasai tubuh. Renjun bergumam dengan air matanya "Tidak ada yang mencintaiku di dunia ini. Tidak ada kebahagiaan yang berpihak padaku di sini"

Tidak. Berjuta kali Jeno jelaskan bahwa seluruh dunia bahkan mencintainya. Mencintai hati lembut, nan tulus milik si cantik Maret itu. Berjuta kali Jeno ingin jelaskan bahwa Renjun pantas dapatkan seluruh bahagia yang ada di dunia, beserta segala kebaikannya. Berjuta kali Jeno ingin jelaskan bahwa Renjun harus menepis pikiran buruk itu, karena dirinya pantas. Sahabat yang kini menjadi Istrinya itu pantas mendapatkan segala keistimewaan. Maka dari itu Jeno berjuang.

Jeno bahagia karena dengan kini ia hidup bersama Renjun, segala realisasinya untuk membuat si mungil mengerti bahwa dunia menyimpan segala bahagia untuknya, akan berjalan lebih mudah. Pesta pernikahan yang begitu mewah, juga begitu romantis berjalan dengan khidmat. Selesai dengan segala rangkaian acara, kini keduanya sudah berada di unit apartemen Renjun.

Unit apartemen keduanya masih bersebrangan. Setelah menikah, Jeno akan tinggal di unit Renjun untuk sementara sebelum keduanya pindah ke kediaman yang telah Jeno persiapkan. Selama itu pula Jeno hanya akan ke unitnya untuk berganti pakaian, atau menyimpan beberapa furniture baru yang akan dibawa ke rumah baru mereka.

"Lucu sekali wajahnya hahaha" sedari tadi Renjun tak berhenti tertawa memandangi beberapa foto pernikahan mereka. Melihat bagaimana hidung Jeno memerah karena menangis pada saat dominan itu mengucapkan janji suci di altar tadi.

Bahkan pada beberapa potret, terlihat air mata Jeno yang mengalir deras, dan sempat beberapa kali diusap oleh dominan itu sendiri, maupun Renjun. Bahkan Doyoung, sang Ibu turut turun tangan untuk membantu merapikan penampilan Putranya itu.

"Jeno, kau ini sebenarnya sangat mencintaiku ya?" tanya Renjun tanpa menoleh pada sosok yang kini menekuk wajahnya kesal karena Renjun terus menertawakannya. "Buktinya kau sampai sulit berhenti menangis, suamiku lucu sekali"

"Apa kau tidak lelah? Lebih baik istirahat sekarang dari pada terus memandangi gambar-gambar itu" ucap Jeno sewot.

"Bilang saja malu" Renjun berbalik, kini menggoda Jeno dengan menggelitik pelan dagu lelaki April itu. "Utututu.... Lucunya samoyed ku"

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang