#13

4.7K 476 76
                                    

Jangan lupa vote dan komennya kawan.
Mature content🔞, adik-adik minggir dulu. Ges kalo ada kata yang kurang tepat & typo maklumi ya, aku males revisi wkwk.

























Ponsel terus berdering menampilkan nama seseorang di sana. Sesekali mata melirik pada benda persegi panjang, yang terus bersuara, dan bergetar itu. Hati ingin sekali mengangkat panggilan, guna mendengar suara di seberang sana, namun benak terus berucap untuk menjauhinya.

Jatuh cinta terkadang menjadi perkara yang rumit. Masa lalu kerap mengganggu sebuah hubungan yang tengah berjalan. Bahkan terkadang orang-orang berbondong melepaskan orang lama yang belum usai, dengan mencari sosok baru. Namun bukan berarti semua rasa mereka telah usai. Nyatanya beberapa hanya berkilah, entah karena rasa bersalah, atau karena tak mungkin lagi kembali bersama. Hingga pada akhirnya memilih mencari seseorang yang bisa dijadikan pelampiasan.

Tidak adil. Rasanya begitu jahat kala orang baru harus bisa menyembuhkan perihal rasa yang masih tertinggal. Bukan tanggung jawab mereka, dan bukan sebuah keharusan untuk membantu melepaskan kenangan bersama sosok yang lama.

Selesaikan dulu buku yang lama, agar tidak membawa cerita yang belum usai pada lembar yang baru. Lembar yang baru ada untuk menuai kisah yang saat ini, dan di masa depan. Bukan untuk mengulang apa yang terjadi di masa lalu.

Haechan merasa bingung atas perasaannya. Jika dulu Jaemin bisa meninggalkan Renjun, lalu kemungkinan besar pula Pria itu dapat meninggalkannya. Ia juga bisa melihat bagaimana respon Jaemin yang banyak terdiam beberapa waktu lalu saat ia, dan sang kakak mengunjungi Jeno, juga pasangannya.

Setiap kali menatap Renjun, Haechan temukan tatap yang sama yang ia lihat kala Jaemin mengatakan cinta padanya.

Manusia bisa berbohong dengan ucapan, tapi tidak dengan tatapnya. Apalagi Haechan sudah cukup mengenal bagaimana Jaemin. Ia tak ingin selema hubungan ini hanya dijadikan sebagai pelampiasan, lalu ditinggalkan begitu saja.

“Haechan–ah, sudah lima hari ini eomma lihat Jaemin terus berada di depan rumah kita. Kau tidak ingin keluar dan mendengarnya?”

Haechan terdiam kala sang Ibu datang membawa berita. Ia tahu bahwa Jaemin sering datang, namun ia menolak untuk menemui lelaki Agustus itu.

“Aku hanya bingung, aku merasa takut jika kita tetap bersama maka ia akan melakukan hal yang sama padaku seperti yang dilakukannya pada Renjun, eomma. Aku merasa selama ini aku hanya dijadikan pelampiasannya saja”

Ten mengangguk mengerti. Ia lantas duduk di samping Putranya. Mengusap punggung buah hatinya dengan sayang.

“Apa selama ini ia pernah menceritakan mantan kekasihnya padamu?”

Haechan mengingat-ngingat. Jaemin pernah bicara bahwa ia menyakiti mantan kekasihnya, dan begitu menyesal. Ia tidak ingin melakukan hal yang sama setelah memiliki hubungan dengan orang lain. Itu semua dikatakannya pada saat Haechan belum menjadi kekasih Jaemin.

Tak pernah disebutkan bahwa orang itu adalah Renjun. Pada saat itupun Haechan tak pernah bertanya siapa dia, dan apa yang Jaemin lakukan padanya. Haechan cukup bahagia dengan hubungan bersama Jaemin. Hanya setelah semua ini perasaannya menjadi rancu. Ia pun meragu.

“Selama ini apa pernah Jaemin bertindak mencurigakan? Entah terus bermain dengan ponselnya saat kalian bersama, atau bertemu dengan orang lain di belakang mu?”

Haechan menggeleng, karena jawabannya memang tidak. Jaemin selalu menghargai keberadaannya. Lelaki itu selalu mengatakan apapun yang hendak dilakukannya. Ia diberikan sandi ponsel, bahkan diperbolehkan memegang seluruh akun sosial medianya. Jaemin tidak pernah bertingkah aneh.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang