#12

5K 494 56
                                    

Jangan lupa vote dan komennya kawan.
















Bergelung mesra dalam dekap hangat. Tanpa sehelai benang yang menjadi penghalang. Meluapkan berbagai rasa bahagia di dalam dada. Enggan melepas rengkuhan itu.

Terlelap dalam mimpi yang isinya begitu indah. Bila mana mereka saling mencintai mungkin harsanya akan semakin kental terasa. Meski hubungan ini tak dibangun dengan dasar cinta, setidaknya mereka masih merasakan kenyamanannya.

Yang lebih kecil menggeliat dalam tidurnya. Terbangun dengan tubuh yang masih telanjang, tertutupi oleh selimut tebal dan pelukan dari Suaminya. Seketika ingatannya mengawang pada kejadian beberapa saat lalu kala mereka tengah menghabiskan hasrat untuk pertama kalinya.

Si manis tersenyum mengingat wajah dominan di sampingnya yang menangis, sama seperti pernikahan mereka beberapa waktu lalu. Jeno dengan ketulusannya, dengan kelembutannya, dan perhatiannya. Renjun selalu luluh akan hal itu. Membayangkan jika orang lain yang menjadi dirinya kini, maka pasti orang itu akan merasakan hal yang sama. Merasa begitu beruntung memiliki Jeno di sampingnya.

Melihat di jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Ternyata cukup lama mereka terlelap dari sore hari selesai dengan pergumulan panas keduanya. Ah pipi Renjun memerah mengingat kegiatan mereka.

Jujur saja Renjun terkejut, dan kepayahan dengan gairah Jeno yang begitu besar. Lelaki itu benar-benar tak memberi celah untuk nya. Ia tak menyangka ternyata Jeno semahir itu dalam membuat tubuhnya lemah. Renjun jadi malu begitu berani seringkali menggodanya, padahal setelah bertempur ia kalah telak. Namun Renjun tetap menyukainya.

Jujur bahkan kini tubuhnya terasa remuk. Sakit terlebih di area belakangnya. Jeno mengeluarkan semua benihnya di dalam membuat area belakang Renjun terasa lengket.

“Akh! Sakit ...” rengeknya pelan kala hendak bangkit untuk pergi ke kamar mandi, karena ia ingin buang air kecil. Dengan terpaksa Renjun harus membangunkan Suaminya yang masih asik terlelap sembari mendekapnya itu.

“Jeno ... Jen! Bangun~”

Renjun menggoyangkan tubuh Jeno. Air matanya sudah hendak keluar karena Jeno tak juga menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidurnya. Sedang Renjun sudah tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya dengan cukup keras Renjun memukul bahu Jeno, sehingga membuat lelaki itu terlonjak.

“Argh! Apa? Ada apa?” ucap Jeno dengan raut terkejut. Rambutnya mencuat berantakan ke sana kemari. “Iihh ... Jeno!” panggil Renjun membuat Jeno tersadar, lantas langsung mengalihkan atensinya pada sang Istri.

“Renjun? Ada apa, kenapa menangis?”

Renjun belum terisak, namun matanya sudah berkaca-kaca. Melihat itu Jeno begitu panik. Apa ia menyakiti Renjun? Atau ada hal lain?

“Ingin pipis ... Tidak bisa bangun! Sakit~”

Jeno menepuk keningnya sendiri. Tentu saja Renjun pasti kesulitan setelah apa yang mereka lakukan siang hingga sore tadi. Dengan sigap Jeno menyibak selimutnya, mengangkat tubuh Renjun untuk ia bawa ke kamar mandi.

Pipi Renjun memerah melihat Jeno pun sama sepertinya tanpa mengenakan apapun. Ia lantas menyembunyikan wajahnya di dada Jeno, malu meski mereka baru saja saling merasakan satu sama lain.

Selesai Renjun dengan urusannya, Jeno kembali membantu Renjun untuk bangun. “Kau harus mandi, tubuhmu harus dibersihkan” ucap Jeno pada Renjun.

“Kita mandi bersama?” tanya Renjun. “Kau mau?” Renjun lantas mengangguk antusias. Dengan itu Jeno segera mengatur air hangat pada shower nya. Sebenarnya ia tak masalah jika mandi dengan air dingin, tapi Renjun akan sakit jika mandi di malam hari menggunakan air dingin.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang