#9

4K 456 77
                                    

Jangan lupa vote, dan komen kawannya.





















Renjun mencobanya. Menjalani hari dengan hubungan pernikahan yang belum dilandasi cinta di dalamnya. Jeno mewujudkan kehidupan pernikahan yang diimpikan selama ini, namun bukan tentang rasa.

Ia tak ingin memaksa, toh perasaannya pun belum pasti. Apakah ia sudah mulai mencintai Jeno atau belum. Nyatanya hati Renjun pun masih terlalu abu-abu. Hanya saja jikalau Jeno mencintainya, maka menjalani ikatan ini akan lebih mudah. Akan lebih kuat pula ia memiliki alasan untuk mempertahankannya. Namun ia akan berusaha, jika setidaknya harus menunggu, maka ia akan menunggu.

Malam ini keduanya menghabiskan waktu untuk menonton beberapa film. Renjun memilih menyaksikan film romantis, agar setidaknya Jeno bisa belajar dari sana untuk bisa mulai bersikap layaknya seorang pasangan. Namun sudah memasuki film kedua lelaki itu justru nampak terlihat bosan.

“Pemuda itu terlalu lemah. Lihat? Dia sangat bodoh karena cinta” ujar Jeno mengomentari tokoh dalam film yang keduanya lihat saat ini.

“Itu karena dia mencintai kekasihnya.” jawab Renjun sembari menyuapi potongan keripik ke dalam mulut Suaminya itu. “Ya, aku seperti melihat dirimu dengan menonton film ini”

Renjun merengut, memukul pundak sosok di sampingnya. “Yak! Itu karena perasaan ku tulus. Kau tau aku tidak pernah main-main jika itu tentang perasaan pada seseorang” ujarnya.

“Iya, karena itu pula kau bertahan walaupun semua bajingan brengsek itu menyakiti mu seperti tokoh dalam film itu”

“Kau tidak akan mengerti, kau belum merasakannya. Aku terlalu mencintainya” jawab Renjun. Memang benar bahwa ketika kita telah mencintai seseorang, akan sulit untuk bisa menghindar. Jatuh cinta membuat kita terkadang menjadi buta. Memilih bertahan walaupun terluka, memilih tinggal walaupun tak pernah dianggap.

“Wah aku merasa begitu dikhianati. Bagaimana kau bisa bicara mencintai orang lain di saat suamimu berada di sampingmu?” ujar Jeno dengan mimik wajah yang dibuat sedramatis mungkin di hadapan Istri kecilnya.

“Berhenti dramatis! Itu dulu bukan saat ini.” Tukas Renjun mendelik menatap ekspresi Jeno yang terlihat begitu berlebihan. “Lagi pula mana ada suami yang tidak pernah mencium bibir istrinya”

Kalah. Jeno telah kalah begitu Renjun bicara begitu padanya. Semua tahu situasi ini begitu sulit bagi dirinya. “Tidak... Bukan begitu, kau tau sendiri bagaimana situasinya kan”

“Kalau begitu cium aku, sekarang.”

Jeno cukup terkejut begitu Renjun melempar ultimatum yang langsung membuatnya terdiam. Bingung harus berkutik bagaimana. “Apakah aku dijebak, ini benar-benar sebuah jebakan” tukas Jeno merasa bahwa kini dirinya terperangkap.

“Lihat? Kau tidak berani melakukan—”

Renjun melotot, irisnya membulat sempurna. Sebuah benda kenyal yang tiba-tiba menempel pada bibirnya berhasil membuat ia terkejut. Sepasang bola mata mereka saling memandang. Terasa telapak tangan yang lebih besar dari miliknya kini merambat menuju tengkuknya.

Perlahan jenggala yang lebih hitam menutup. Bersamaan dengan bibir yang kini disesap halus. Matanya tak berani ikut terpejam. Ia masih memastikan apa yang dilaluinya saat ini bukanlah mimpi. Begitu terasa bibir bawahnya digigit perlahan, ia baru menyadari bahwa pagutan ini bukan berasal dari mimpinya, tapi dari sosok lelaki yang kini menjadi Suaminya.

Perlahan iris hazel itu ikut menutup. Menikmati pagutan yang kian dalam. Ranumnya dilumat dengan begitu lembut, lidahnya dililit, disesap menyisakan gelora menggebu di dada. Tangannya yang masih memangku toples camilan menjadi lemas karena perlakuan si Taurus yang begitu tiba-tiba. Ini sangat berbahaya pikirnya, karena Jeno ternyata bisa melakukan apa saja tanpa ditebak. Lelaki itu menyimpan banyak misteri dalam setiap gerakannya.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang