#18

5.8K 526 61
                                    

Jangan lupa vote dan komennya kawan.
























Masa-masa sulit awal persalinan terlewati walau jalannya tak mudah. Renjun yang sering kali menangis, dan ketakutan di minggu pertama kelahiran Putranya, membuat Jeno tidak bisa meninggalkan sang Istri barang sebentar saja.

Iya harus menjadi suami siaga sekaligus Ayah yang siaga. Hingga usia Logan 1 bulan, Jeno masih bekerja dari rumah, dan tidak meninggalkan Renjun beserta bayi mereka. Bulan selanjutnya Ia baru bisa menjalani aktivitas seperti biasa dibantu oleh Winwin yang menemani Renjun, juga Logan di rumah.

Hingga waktu terus berlalu semuanya berangsur membaik. Renjun sudah bisa beradaptasi dengan buah hatinya. Sudah mau untuk mendekati Logan, bermain, memandikan, dan menidurkan Putra kecilnya. Sedang menyusui, mulanya harus diselingi dengan susu formula karena asi yang keluar hanya sedikit. Namun seiring berjalannya waktu, juga konsumsi makanan yang baik, Renjun akhirnya bisa sepenuhnya memberikan asi pada bayi kecilnya. Winwin pun sekarang sudah bisa lebih tenang jika ia tidak bisa datang menemani Putranya.

Seperti hari ini, Renjun hanya bersama Logan di rumah. Ditemani juga oleh salah satu pekerja yang membantu Renjun dalam pekerjaan rumah. Namun pekerja di rumah Renjun hanya datang di pagi hari, pulang dan datang kembali di sore hari.

Suara bel rumah berdering. Membuat Renjun yang baru saja selesai mengganti pakaian Logan, turun kebawah bersama Putranya untuk melihat siapa yang datang.

“Baba?”

Cukup terkejut melihat Yuta di kediamannya tanpa ada Winwin di sampingnya. Renjun memperhatikan sekeliling, guna memastikan apa benar sang Ayah tak datang bersama Ibunya.

Yuta mengangkat tangannya memperlihatkan sebuah paper bag yang berlogo toko mainan di sana. Yuta tersenyum melihat Logan yang kini sudah bisa merespon orang-orang di sekitarnya.

“Biarkan baba masuk, kaki baba sakit” ujarnya karena Renjun sedari tadi hanya diam. Mungkin juga karena terkejut melihat Yuta datang tiba-tiba. Dengan segera Renjun mempersilahkan Yuta masuk, dan menyambut Ayahnya dengan baik. Selama pernikahannya, tidak pernah sekalipun Yuta datang tanpa ada Winwin di sampingnya, namun kali ini Renjun sangat menghargai kehadiran Yuta seorang diri.

“Baba hendak pulang, tapi melihat toko mainan, baba ingat Logan.” ucapnya pada sang Putra, sembari memberikan paper bag berisikan mainan itu. Yuta memang sering mengajak cucunya bermain jika kemari bersama Winwin, meski hubungan dengan Renjun begitu dingin.

Renjun mengambilnya dengan senang hati. Mengeluarkan aneka mainan bayi yang pasti akan sangat berguna untuk menemani Logan. “Logan–ah ... Lihat? Kakek bawa mainan banyak”

Logan tertawa melihat berbagai mainan yang Renjun tunjukkan. Yuta yang memperhatikan semuanya lantas turut tersenyum. Hatinya menghangat melihat Renjun kini lebih bahagia.

Keduanya kini duduk di sofa ruang tamu, dengan Logan di pangkuan Renjun. “Baba ingin minum sesuatu? Renjun akan buatkan”

Yuta menggeleng, ia hanya ingin mengenang masa-masa bersama Putranya yang seharusnya lebih baik sedari dulu. Namun karena pemikiran yang tidak sehat, ia membuat hidup Renjun menderita bertahun-tahun lamanya.

“Renjun–ah ... Kau bahagia sekarang?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Renjun terdiam sejenak memperhatikan wajah sang Ayah. Dapat dilihatnya, bahwa pertanyaan itu tulus terlontar dari Yuta untuknya. Renjun lantas mengangguk.

Ia sangat bahagia setelah menikah dengan Jeno. Semua ketakutannya terurai, terlepas perlahan dan tak lagi membebaninya. Renjun pikir di dunia ini ia hanya akan temukan kepahitan, namun bersama Jeno, ia mengenal manisnya harsa.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang