#4

4.3K 532 55
                                    

Jangan lupa vote dan komen kawan❤️
Mohon maaf atas typo atau penempatan kata yang kurang pas karena ketik langsung publish. Mohon maklumi ya cingtah.


















12 Tahun lalu, kala seorang remaja lelaki itu meringkuk ketakutan, berusaha bersembunyi dari seseorang yang tengah mencarinya. Tubuh ringkih yang bergetar, serta nafas yang benar-benar ia tahan menunjukkan betapa ia sangat ketakutan. Bersembunyi di balik dinding pagar rumah yang bersebelahan dengan rumahnya.

Matanya yang berkaca-kaca, dengan luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Sungguh ia tidak berani keluar untuk menunjukkan dirinya. Doa ia lantunkan di dalam hati agar Tuhan mau menolongnya kali ini. Bila mana ia tertangkap kembali tak tahu apa yang akan terjadi, sebab tubuh tak tahan lagi menahan sakit yang ditahan sedari tadi.

“Renjun! Bersembunyi di mana kau?! Sudah berani menjadi anak nakal sekarang ya?!”

Suara lantang dengan penuh emosi terdengar begitu kerasnya.

“Renjun, baba tidak akan melepaskan mu kali ini!” seorang Pria dewasa berjalan kembali mencoba mencari sosok remaja yang sedang meringkuk bersembunyi darinya.

Langkah kaki terdengar semakin dekat, remaja itu hafal bagaimana langkah dari alas kaki milik sang ayah. Jantungnya kian berdebar kencang. Keringat semakin menetes deras, bercucuran di dahi. Matanya terpejam erat, takut-takut berpandangan dengan sang Ayah bila mana ia tertangkap.

Puk, terasa pundaknya telah ditepuk. Dalam hati ia tahu riwayatnya akan tamat kali ini. Tak akan bisa ia selamat lagi dari serbuan sang Ayah. Tubuhnya telah pasrah, hanya berharap semoga sang Ayah tak sampai menghabisinya.

“Sedang apa kau di sini?”

Tubuhnya melemas begitu mendengar suara seseorang berbisik, yang untungnya bukan suara Ayahnya. Perlahan dengan tubuh yang masih bergetar, dan mata yang terpejam erat, ia buka kelopak matanya. Samar, dapat terlihat seorang remaja berkulit putih, dengan wajah tampan yang kini turut berjongkok di hadapannya.

“Apa kau Renjun? Ayahmu tadi mencari mu” ujar si tampan bermata bulan sabit itu.

Renjun tak dapat bicara apapun. Ia hanya menggeleng dengan wajah ketakutan. Berharap seseorang di hadapannya ini tak memberitahukan keberadaannya sekarang.

“RENJUN KAU DI MANA?!”

Suara sang Ayah kembali terdengar, Renjun semakin dilanda gundah. Melihat seseorang di hadapannya dengan tatapan memohon. Ia mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada, berusaha agar si tampan itu bisa mengerti. Air mata tak lagi dapat dibendung, Renjun menangis di hadapan remaja asing yang baru saja dilihatnya.

Remaja itu memandang Renjun dengan tatapan sulit diartikan. Tak menjawab apapun, ia lantas berdiri yang mana kini dapat terlihat oleh Ayah Renjun.

“Hei nak, apa kau melihat Remaja ya... Tingginya tidak beda jauh dengan mu, memakai baju kuning?”

Iya yakin bahwa kini dirinya berhadapan dengan Ayah dari manusia yang kini bersembunyi di teras rumahnya. “Aku dari tadi tidak melihat siapapun paman” ujar si remaja.

“Jika kau melihatnya, katakan untuk segera pulang ya, bilang paman Yuta mencarinya. Oh– namanya Renjun.” imbuh sosok dewasa yang kini ia ketahui bernama paman Yuta.

“Baik paman, akan ku sampaikan jika aku melihatnya”

Setelah Yuta pergi untuk kembali ke rumah. Remaja itu kembali berjongkok. “Ayahmu sudah pulang, semuanya baik-baik saja, Renjun”

Renjun mendongak menatap seseorang yang baru pertama kali dilihatnya di komplek perumahannya itu. “Terima kasih...” jawabnya dengan suara yang lemah, dan menahan sakit akibat memar di sudut bibirnya.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang