INZ - 4

10.9K 811 28
                                    

Setelah beberapa hari izin untuk pemulihan. Akhirnya Adeline sudah dapat bersekolah seperti biasa, kali ini ada Andrew yang mengajaknya untuk pergi bersama.

Dia baru tau kemarin jika Andrew hanya berbeda satu tahun dengannya, begitu pun dengan Vion. Sedangkan Haidar saat ini sedang sibuk mengurus perusahaan milik papanya.

Adeline mematut dirinya di cermin. Dia tersenyum puas menatap penampilannya di cermin. Walau dia sedikit tak yakin apakah penampilannya sebagai Adeline berubah.

"Udah siap?" Adeline memutar tubuhnya, tersenyum lebar saat melihat Maya masuk ke kamarnya dengan nampan berisi sarapan. Memang sebelumnya Adeline berkata pada mamanya untuk sarapan di kamar.

"Makasih, Ma. Padahal aku bisa ambil sendiri." Maya tersenyum tipis. "Udah mama tau kamu lagi dandan." Adeline tersipu malu.

"Selalu cantik," puji Maya sambil menyelipkan anak rambut putrinya ke belakang telinga.

"Tapi tumben banget kamu pakai make up?" Adeline tersenyum canggung. Benar bukan penampilan Adeline sebelumnya pasti tidak seperti ini.

"Tapi selagi natural, bagi mama cocok dan selalu cantik?" Satu yang Adeline pahami dari Maya.

Maya ini tipe seorang ibu yang selalu menjadi suport sistem putrinya. Bahkan mendukung apa pun yang Adeline lakukan selagi semuanya baik.

"Makan yang banyak ya, Sayang. Mama ke bawah dulu nemenin papa sama Andrew." Sebelum pergi Maya membantu merapikan pakaian Adeline. Lalu kembali ke dapur untuk sarapan.

Adeline tersenyum menatap nampan berisi nasi goreng, susu, serta beberapa buah. Bukankah ini masih mimpi, bagaiman bisa dia mendapatkan ibu seperti Maya. Apakah bisa Zora berharap jika Maya adalah ibunya?

Adeline duduk di pinggir ranjang, memilih menikmati sarapan buatan Maya. Ya, memang masalah makanan Maya lebih sering mengurus semuanya. Apa lagi saat dia tahu Adeline kecil sangat pemilih makanan.

Adeline yang berisi jiwa Zora hanya mampu sarapan dengan haru di dalam hatinya. Bagaimana tidak, selama ini dia terbiasa sendiri, mungkin semua orang tidak akan peduli tentang dirinya.

Lalu sekarang semua bagaikan mimpi. Dia terdampar di tubuh Adeline, paling terkejutnya masuk ke dalam tubuh gadis yang memiliki kehidupan yang begitu dia mimpi-mimpikan sejak dulu.

Setelah selesai sarapan dan menyiapkan alat sekolah Adeline langsung ke luar kamarnya. Bertepatan juga dengan Andrew yang baru saja selesai sarapan.

"Pagi semuanya!" Adeline tersenyum. Namun, dia langsung melotot garang ke arah Andrew yang saat ini sedang menaik-turunkan alis menggoda Adeline.

"Aku jalan, Ma Pa." Adeline mencium punggung tangan kedua orang tuanya, disambut dengan kecupan dipelipisnya dari Maya.

Sedangkan Arga hanya bisa tersenyum melihat interaksi istri dan putrinya. Arga sendiri sekarang mengerti untuk tidak asal melakukan kontak fisik dengan Adeline. Walau dia merindukan putrinya dulu.

"Papa." Arga tertegun saat Adeline berdiri di depannya dengan senyum lebar di wajah sang putri.

"Aku sekolah dulu."

"Sekolah yang pinter." Adeline tersenyum dan mengangguk dengan penuh semangat. Melihat itu Arga tersenyum lembut, putrinya tak pernah berubah, hanya saja mungkin butuh waktu untuk kembali seperti semula.

Adeline ke luar rumah bersama Andrew. Beberapa kali dia menepis tangan Andrew yang dengan dengaja menarik-narik rambutnya pelan.

"Sakit tau!" protes Adeline kesal. Bahkan wajahnya memerah. Andrew tertawa, lalu melangkah lebih dulu ke arah motornya dan diikuti oleh Adeline di belakangnya dengan wajah cemberut.

"Pake, sini." Adeline kaget saat tanpa aba-aba Andrew menariknya pendekat hingga jarak keduanya begitu dekat.

Mati-matian dia menahan detak jantungnya yang menggila. Bagaimana ini pertama kalinya dia mendapatkan prilaku seperti ini. Apa lagi melihat wajah serius Andrew yang membantunya memasang helm.

"Udah." Cepat-cepat Adeline memundurkan tubuhnya. Berusaha mengontrol ekspresi gugupnya.

"Ayo naik!" Adeline mengangguk. Dengan langkah cepat dia mendekat pada motor besar berwarna merah milik Andrew.

"Jangan kebut-kebut, aku masih mau hidup!" Terdengar decakan sebal dari bibir Andrew.

"Lo pikir gue mau mati!" Adeline tertawa dengan respons kesal Andrew.

"Iya hati-hati Pak Sopir."

Andrew memutar bola mata malas. Tanpa banyak bicara dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang meninggalkan perkarangan rumah. Membawa mereka menuju sekolah tempat keduanya menuntut ilmu.

***

Untungnya Andrew mau berbaik hati dengan mengantarkannya sampai ke kelas. Andrew sendiri paham kondisi Zora, dengan itu dia mengantar Zora sampai ke kelas.

"Makasih, Kak," ucap Adeline.

"Ya, emang lo harus makasih sama babang tampan." Adeline pura-pura muntah mendengar jawaban narsis dari Andrew.

"Kenyataan kali!"

Tanpa perasaan Andrew mencubit hidung Adeline hingga memerah. Membuat sang empunya berteriak tertahan karena merasa tersakiti. Bahkan banyak murid-murid lainnya yang mulai menatap ke arah Adeline dan juga Andrew.

Mereka semua bingung dengan kehadiran Adeline setelah lama tak terlihat. Apa lagi melihat interaksi kedua manusia itu.

Walau hampir semua orang tau jika Andrew dan Adeline bersaudara. Karena itu tak jarang gadis-gadis yang ingin mendekati Vion atau pun Andrew berusaha mengambil hati Adeline. Karena mereka semua tau Adeline merupakan salah satu perempuan terdekat kedua pemuda itu.

"Sana-sana pergi, aku udah makasih!" Adeline mendorong Andrew, sayangnya karena perbedaan tenaga Andrew malah sama sekali tak bergeser.

"Dih!" cibir Andrew.

"Iya-iya pergi!" Andrew menyengir lebar saat melihat Adeline ingin membuka sepatunya. Dapat ditebak sepatu putih itu bisa kapan saja melayang ke atas kepalanya.

Adeline tertawa pelan melihat tingkah Andrew. Sungguh dia masih tak percaya memiliki sepupu seperti Andrew. Menyebalkan namun menyenangkan di sisi yang berbeda.

Adeline atau Zora berharap satu untuk kehidupannya kali ini. Dia berharap semua kebahagiaan ini bertahan lama, bahkan walau tidak nyata sekalipun.

Hai
Malam semuanya
Maaf ya aku baru up. Aku lagi enggak enak badan soalnya.

Guys doain ya aku lolos tes kuliah besok hehe. Semoga lancar deh.

Kalian enggak ada gitu yang mau ikutan grup aku? 🥺

Yok komen dong guys!

I'm Not Zora (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang