INZ - 15

5.3K 436 42
                                    

Sayang sekali waktu Adeline bersenang-senang bersama Kaira batal seketika saat Andrew meneleponnya dan mengatakan sudah berada di rumah Adeline. Padahal sebelumnya Andrew tak pernah berkata akan datang dan dengan terpaksa Adeline harus pulang dan meninggalkan Kaira sendirian.

Di sinilah dia sekarang. Di ruang keluarga bersama kedua pemuda yang sedang asik dengan dunia mereka masing-masing. Andrew yang bermain game, dan Vion yang tidak tau sedang melakukan apa. Yang dapat Adeline tebak pasti Vion sedang mengirim pesan kepada Sellyn. Yang Adeline dengar keduanya sudah semakin dekat.

Adeline menyenderkan tubuhnya, gadis dengan kaos kebesaran dan celana pendek berwarna putih itu menghela napas bosan. Padahal Andrew memaksanya untuk pulang, tetapi ternyata mereka berdua hanya menumpang untuk melakukan kegiatan masing-masing.

Hingga suara ponselnya berbunyi, Adeline mengeryit heran saat nama Kaivan tertera di sana. Dia bangkit menjauh dari kedua sepupunya untuk mengangkat telepon.

"Hallo?"

"Adeline," sahut Kaivan di seberang sana.

"Iya ada apa?"

"Gue boleh minta sesuatu sama lo?" tanya Kaivan membuat Adeline semakin bingung.

"Tolong jagain Kaira hari ini aja ya? Lo bisa ajak dia ke rumah lo dulu?" Suara Kaivan kembali di seberang telepon.

"Emangnya kamu mau ke mana?" tanya Adeline khawatir. Tak mungkin Kaivan menitipkan Kaira tanpa alasan begitu saja, apa lagi Kaivan tidak menyukai Adeline.

"Gue ada kerjaan, tapi kalau lo keberatan—"

"Enggak kok!" Potong Adeline cepat. Dia tak akan keberatan menjaga Kaira cuma sehari, lagi pula Kaira bukan lagi seorang anak kecil yang harus terus dia perhatikan.

"Makasih, gue tau ini bakal nyusahin lo. Tapi kali ini aja." Adeline menghela napas, sebenarnya kenapa Kaivan merasa canggung dengannya. Padahal Adeline sendiri senang saat bersama Kaira, dia sama sekali tak keberatan saat harus menemani Kaira.

"Oke gue tutup, ya?" Adeline berdehem membalasnya. Hingga telpon terputus.

Adeline kembali ke ruang tamu, sepertinya dia akan menyuruh sopir untuk menjemput Kaira. Dia duduk di sebelah Andrew, ternyata pemuda itu telah selesai bermain game.

"Kenapa?" tanya Andrew saat Adeline baru saja duduk.

"Temen nelpon, di mau nitip adiknya di sini," jawab Adeline jujur.

"Pacar lo?" Adeline langsung menatap sebal Andrew. Sepertinya Andrew memang sengaja mengejeknya yang sampai saat ini masih terus menjomlo.

"Santai cuma nanya, liat noh sepupu lo lagi kasmaran!" Andrew melempar sebuah bantal kecil hingga mengenai kepala Vion yang langsung menatap kesal ke arah Andrew, dan beralih kepada Adeline.

"Bukan aku!" ucap Adeline membela diri.

"Seharusnya Kakak yang langsung cari pacar, masa mau sih kalah sama Kak Vion!" Andrew pura-pura menyeka bawah matanya yang sama sekali tak ada air mata di sana.

"Gue abis putus," ucapnya dramatis.

Adeline menggeleng tak habis pikir, sepertinya Andrew ini memang sangat sulit ditebak. Vion yang melihat tingkah sepupunya sama sekali tak peduli dan langsung kembali sibuk dengan handphonenya. Sepertinya handphone lebih penting dari pada meladeni Andrew yang tak ada habisnya.

"Ngomong-ngomong yang mau nginep di sini adik pacar lo?" Seketika Adeline menggeleng.

"Aelah, ngaku lo!" Andrew menarik kepala Adeline ke ketiaknya membuat sang empunya berteriak sekeras mungkin meminta untuk dilepaskan, sayangnya tenaga Andre lebih besar hingga Adeline kesulitan.

"Kak Vion tolong!" Vion menoleh kembali menggelengkan kepala tak habis pikir dengan tingkah keduanya. Tetapi Vion tetap mendekat ke arah kedua saudaranya dan menarik Adeline hingga terlepas dari Andrew.

Wajah Adeline memerah, rambut gadis itu acak-acakan, bahkan terdapat jejak air mata di sudut mata gadis itu. Vion menarik Adeline mendekat, merapikan rambut serta menghapus air mata Adeline hingga sang empunya membeku.

"Dosa baperin sepupu sendiri bego!" Andrew kembali melempar Vion dengan bantal, bedanya kali ini meleset.

"Lo kalau main yang bener, liat Adeline sampai kayak gini." Andrew bungkam. Wajah Vion terlihat menyeramkan, sepertinya menjawab bukanlah pilihan yang tepat.

Adeline tersenyum penuh kemenangan dan menjulurkan lidahnya mengejek ke arah Andrew yang sudah memelototinya.

"Sana Adeline masuk kamar!" perintah Vion dan dituruti oleh Adeline.

Sebelum benar-benar pergi Adeline kembali menatap Andrew mengejek. Bahkan dia kembali menjulurkan lidah dan memasang wajah jelek.

"Sepupu lo tuh ngeselin!" adu Andrew.

"Anak kecil lo ladenin,"balas Vion malas.

"Kecil kepala lu, udah gede juga!" Sepertinya setelah ini otak Vion memang perlu diperiksa. Bagaimana bisa dia menganggap Adeline seorang anak kecil. Walau badan gadis itu mungil, tetapi jangan salah mereka bertiga hanya berbeda satu tahun. Sepertinya Vion menganggap Andrew tua dalam konteks ini.

***

"Kak Adeline!" Kaira masuk ke rumah Adeline dan langsung memeluk gadis itu erat.

"Ini rumah Kakak? Bagus banget!" Kaira begitu terlihat antuasias sejak pertama kali menginjakkan kaki ke halaman rumah Adeline. Bahkan dari depan saja sudah dapat dipastikan jika rumah Adeline begitu mewah.

"Rumah orang tua kakak," elak Adeline.

Adeline menggenggam tangan Kaira, membawa Kaira ke dalam kamarnya. Malam ini dia akan mengajak Kaira tidur di kamarnya. Lagi pula dia tak yakin Kaira berani tidur sendirian di kamar tamu.

"Kamu tau Kaivan ke mana?" tanya Adeline setelah keduanya sudah sampai di dalam kamar Adeline yang serba pink. Kaira yang sedang sibuk mengagumi kamar Adeline langsung menoleh mendengar pertanyaan dari gadis di depannya.

"Kata Kak Kaivan di ada kerjaan lembur," balas Kaira. Memang saat meneleponnya tadi Kaivan berkata seperti itu. Kaivan juga menyampaikan untuk Kaira menginap di rumah Adeline, setelah itu memutuskan panggilan.

"Udah biarin, biar Kaivan punya banyak uang. Hari ini kita bisa bebas main berdua!" Kaira mengangguk antuasis mendengar ucapan Adeline yang begitu terdengar menyenangkan. Apa lagi saat melihat barang-barang di kamar Adeline yang begitu menarik dan lucu. Kaira langsung betah berada di sini, apa lagi bersama Adeline.

Walau sebenarnya tanpa mereka tau ada sesuatu yang terjadi dengan Kaivan, hingga pemuda itu memilih tidak pulang dan menitipkan Kaira kepada Adeline. Seorang gadis yang awalnya sangat tidak dia percayai.

Hai-hai
Masih nungguin aku enggak sih?
Aku itu beberapa hari enggak mood nulis, semoga setelah ini semakin semangat up ya.

Mohon vote dan komen biar bisa tembus 100k view 💜

I'm Not Zora (Transmigrasi)Where stories live. Discover now