Chapter 2

5.1K 346 53
                                    

Hinata menundukkan kepalanya dalam-dalam tidak berani menatap wajah pria paruh baya didepannya. Duduk berdua di dalam ruang pertemuan klan Hyuga setelah kejadian memalukan beberapa hari yang lalu saat sang ayah yang mendapati dirinya menangis tersedu-sedu setelah ditolak oleh sang pujaan hati pada akhirnya Hinata memberanikan dirinya untuk menunjukkan kembali wajahnya kepada pria paruh baya itu.

Hiashi menatap lekat kearah gadis yang duduk didepannya, manik putihnya masih memancarkan kekhawatiran yang jelas saat ia tau persis kondisi putrinya itu sedang tidak baik-baik saja.

Putrinya itu masih terluka dan itu terlihat jelas dari manik amethys indahnya yang coba dia sembunyikan.

"Katakan apa yang ingin kau bicarakan."

Suara tegas Hiashi menggema memecah keheningan diantara keduanya membuat Hinata yang sedari tadi terdiam tanpa sadar meremas pakaian yang ia kenakan ragu-ragu untuk mengatakan tujuannya yang sebenarnya.

Hiashi tau ada sesuatu yang ingin Hinata sampaikan melihat kehadiran sang putri yang tiba-tiba ingin bertemu dengannya setelah beberapa hari ini mengurung dirinya didalam kamar.

Hinata menggigit bibirnya mencoba untuk memberanikan diri mengatakan hal yang Hinata yakin akan membuat sang ayah kecewa padanya. Mungkin tidak hanya ayahnya tapi bahkan adik yang paling Hinata sayangi pun akan kecewa dengan permintaannya ini.

"Katakan Hinata."

Menyadari keraguan sang putri Hiashi kembali bersuara membuat Hinata pada akhirnya memilih untuk mendonggakan kepalanya menatap lurus kearah manik putih sang ayah dengan tatapan yakin.

"Tou-san izinkan aku keluar dari desa untuk sementara waktu."

Dan tepat setelah itu Hinata bisa mendengar suara gelas yang pecah di ikuti tangisan sang adik yang tiba-tiba menerjang tubuh Hinata memintanya untuk menarik kembali permintaannya.

"H-hanabi.." Lirih Hinata

"Hiks Nee-sama kumohon jangan tinggalkan aku." Mohon Hanabi masih menangis dengan tersedu-sedu

Hinata menatap sendu Hanabi sebelum menoleh kearah sang ayah yang juga menunjukkan raut kekecewaan dibalik wajah datarnya.

"Tou-san.."

Hinata memilih tidak menjawab permintaan sang adik saat ia menatap lekat kearah manik putih sang ayah dengan tatapan memohon.

"Pergilah, jika itu yang hatimu inginkan."

Suara Hiashi terdengar datar namun Hinata tau persis ada keengganan dibalik suara datar itu. Hinata menyunggingkan senyum tulusnya kepada pria paruh baya itu namun suara tangisan Hanabi semakin keras mendengar keputusan sang ayah.

"Hiks.. Tou-san hentikan Nee-sama.. Tou-san hiks kumohon jangan biarkan Nee-sama pergi.."

Hanabi menangis dengan keras menatap penuh permohonan kearah sang ayah untuk menarik perkataannya dan menahan sang kakak dari niatnya.

"Hanabi-chan maafkan Nee-san." Hinata berujar lirih saat perlahan ia melepaskan pelukan Hanabi dari tubuhnya

Menatap kearah dua orang yang paling berarti di dalam hidupnya Hinata menyunggingkan senyum manisnya saat ia menunduk dan langsung bergegas menuju kamarnya.

Hinata tidak bisa berlama-lama disini karena jika tidak maka Hinata ragu jika ia masih bisa mempertahankan keputusannya.

Setelah penolakan yang ia terima dari sang pujaan hati pada akhirnya Hinata memutuskan untuk menyerah akan perasaannya saat pada akhirnya ia sadar bahwa sampai kapanpun ia tidak akan bisa merubah perasaan sang pujaan hati menjadi miliknya.

Passionate Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang