S

412 46 4
                                    

Hai semuanya makasih sudah mampir.

Happy reading yorobun.
=================================













Halilintar POV




Sudah tiga Minggu semenjak Gempa pergi meninggalkan rumah, sekarang kita bersama-sama melihat keadaan 6 orang yang ditinggalkan ketuanya.

Keadaan hari ini sudah kacau padahal masih pagi, di Senin pagi yang membuatku mau nggak mau harus bangun lebih awal untuk menyiapkan adik-adikku yang masih sekolah.

Apalagi kalau hari Senin tuh rasanya kalau pagi pasti cepet banget tau-tau udah jam 06.35 aja coba, aku nggak mau hal kayak gitu terulang lagi (Hali trauma).

Jadi malamnya aku menyuruh keempat adikku untuk menyiapkan apa yang akan di siapkan untuk besok agar tidak membuat siklus terhambat, sungguh aku bangga pada adik ketigaku yang bisa menghandle semuanya sendirian.

Setelah memastikan adikku aman aku menyuruh adik-adikku untuk tidur lebih awal, dan hal itu tidak semudah yang di pikirkan banyak sekali rintangan yang harus di lalui.

Di mulai dari Blaze yang masih mau main game, Thorn yang masih sibuk dengan tumbuhan malamnya dan Solar yang mau bergadang dengan buku, nggak usah tanya Ice dia udah tidur duluan tanpa di suruh.

Mungkin karena sudah capek menghadapi semua adik-adik nggak ada akhlak aku mengambil game, tanaman, dan buku milik saudaraku dengan aura yang seram keluar dari tubuhku.

Yang lebih jahatnya tuh Taufan yang sudah tidur duluan tanpa membantu ku sedikitpun, kantung mata ku makin jelas terlihat bahkan kalau dihitung-hitung aku tidur cuma 4 jam, sebisa mungkin waktuku harus di bagi dengan adik-adik dan kerjaan.

Sekarang sudah tenang dan aku sudah mematikan satu persatu lampu kamar kecuali adik bungsuku (dia takut gelap), aku membanting tubuhku keatas ranjang dan menikmati kenyamanan yang ranjangku berikan.

Sudah lama aku tak merasakan hal ini sejak Gempa pergi, tak butuh waktu lama untuk menenggelamkan diri ke alam mimpi.













🌃😴













Suara alarm dari handphone milikku terdengar yang berhasil membuatku terbangun dari tidur nyenyak, aku duduk sebentar untuk menstabilkan penglihatan ku dan segera keluar dari kamar.

Aku berjalan menuju kamar Taufan untuk membangunkannya tapi saat ingin mengetuk pintunya seseorang dari dalam sudah lebih dulu membuka pintunya bahkan sudah rapi dengan setelan jas biru, "Lamat pagi kak Hali" sapanya yang ramah dan hangat sambil tersenyum manis ke arah ku.

Aku hanya menatapnya dengan datar dan segera berjalan menuju lantai bawah, Taufan membangunkan adik-adiknya baru masak sedangkan diriku bertugas membersihkan rumah.

Hali, Taufan, dan Gempa tuh kalau bangunin beda banget, Hali kalau bangunin bar-bar, Taufan kalau bangunin santuy sambil bercanda, sedangkan Gempa serem kalau bangunin.

Setelah semua beres sekarang mereka semua sudah berkumpul di meja makan menunggu masakan Taufan matang, ku tinggal pergi untuk mandi karena hari ini aku dan Taufan akan ke kantor.

Waktu makan tak ada yang bertengkar entahlah hari ini lebih damai aja, 4 orang pergi sekolah 2 orang pergi ke kantor.

Semua berjalan layaknya tak terjadi apa-apa, hari ini tidak ada yang spesial.

Aku menyuruh Taufan untuk pulang sedangkan diriku akan lembut, tentunya Taufan menolak saat melihat wajahku yang kelihatanya lelah tapi apa daya kakak sulungnya ini keras kepala.

Setelah Taufan keluar dari ruangan aku langsung menaruh kepalaku di atas meja, kepalaku dari tadi rasanya sakit sekali.

Aku terus menahan rasa sakit ini karena masih ada Taufan aku tak ingin membuat adik-adikku khawatir, sudah beberapa hari ini aku belum tidur bahkan jika bisa tidur pun hanya beberapa jam.

Aku memijat leher belakang yang rasanya pegal banget, jika saja Gempa ada di sini mungkin ia akan memijat lehernya.

Aku kembali menegak kan dudukku dan segera menghabiskan kerjaan lalu pulang, sekarang sudah pukul 3 pagi tapi aku masih enggan untuk meninggalkan laptop.

Tapi usahaku untuk menyelesaikan pekerjaanku tak sia-sia hanya tinggal beberapa yang belum ku kerjakan, aku memutuskan untuk melanjutkannya besok.

Aku mengemasi barang-barang dan segera berjalan keluar dari bangunan yang tinggi ini, singkat cerita mobil merah kesayanganku sudah terparkir manis di garasi.

Berjalan gontai menuju pintu rasanya berat banget kepala yang tadinya hanya pusing biasa sekarang semakin parah bahkan sampai mempengaruhi penglihatan ku, aku berhenti sebentar untuk mengembalikan kejernihan mataku yang sempat memudarkan pandanganku dengan memijat-mijat bagian pelipis.

"Sialan" umpatan kasar lolos di bibirku.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya penglihatanku kembali normal, ku membuka pintu merasa aneh karena pintu tidak terkunci.

Setiap orang harus memiliki kunci cadangan masak iya Taufan lupa mengunci pintu, saat aku memijakkan kakiku masuk aku mendengar seseorang mendekat ke arahku dan saat itu juga penglihatan ku bermasalah lagi dan keadaan saat itu lampu rumah dalam keadaan mati.








"Kak Hali kenapa baru pulang?"







Aku memicingkan mataku mencoba melihat siapa orang yang belum tidur hanya gara-gara menungguku pulang, saat ingin mendekat tubuhku rasanya ringan banget.

Dan saat itu juga semua gelap aku tidak tau apa yang terjadi ia hanya mendengar seseorang berteriak memanggil namaku yang sudah ambruk di pelukannya, aku merasakan pipiku basah karena sesuatu terjatuh di atasnya.

Tak lama setelahnya aku tidak tau apa yang terjadi, rasanya ada yang mengangkat tubuhku tapi aku tak tahu siapa.

Suara tangisan seseorang terus masuk ke dalam telingaku, suara yang sudah beberapa Minggu tidak pulang.

Suara yang selalu memancarkan kehangatannya dan sekarang sedang menangis hanya gara-gara diriku?, Aku berharap ia tidak apa-apa.

Tubuhku di baringkan di suatu yang empuk dan menyelimuti tubuhku, beberapa saat setelah itu aku merasakan dahiku di tempel sesuai yang dingin.

"Ini semua salahku"

















Sorry banget kali ini tidak ada meme  😓🙏

Sorry kalau ada typo.

Back Home Where stories live. Discover now