Z

867 45 17
                                    

Hai semuanya makasih sudah mampir.

Happy reading yorobun.

*Cerita ini agak panjang, sorry kalau kalian sampai gumoh bacanya.

*Masih Taufan POV nya, jangan lupa itu
=================================











Tangisan itu semakin kencang saat mama bertanya di mana suami ibu, mama dengan perlahan menenangkan ibu yang dari tadi menangis.

Setelahnya ia memeluk dan mencium kening kedua anaknya yang tengah bingung kenapa mereka di peluk seakan akan di tinggal jauh, ibu menatap kedua berliannya yang kebingungan dengan tatapan kasih sayang.

"Sayang dengar ibu ya jangan pernah membantah Tante Mara apapun itu, ibu cuma sebentar kok perginya. Mara aku pamit ya"

Untuk yang kedua kalinya ibu memeluk dan mencium kening kedua anaknya, sebelum pergi di antar mama keluar dari rumah aku kira mereka berdua akan menangis nyatanya tidak.

Mereka berdua ikut mengantar ibu keluar seakan mereka hanya di titipkan hanya sehari, hari demi hari kami lewati bertujuh hubungan ku dengan kak Hali semakin buruk, Gempa yang semakin tertekan karena sifat Upan yang kasar, dan duo kembar yang merindukan ibunya.

Keadaan kacau itu semakin memburuk saat papa dan mama harus ke negara lain karena pekerjaan dan itu membuat semua tugas di berikan kepada kak Hali padahal saat itu dia masih umur 14 tahun sedangkan Gempa 13 tahun, Gempa berusaha membantu kak Hali sekuat tenaganya walaupun hal itu tak bisa meluluhkan hati dingin Taufan.

Hali semakin capek melihat Taufan yang selalu pulang larut dan selalu makan makanan luar padahal Gempa sudah susah payah membuatkan sarapan, saat itu Hali dan Gempa sedang pergi ke supermarket dan kebetulan sekali saat itu Taufan sedang ada di rumah.

Hari itu hari Minggu yang biasanya ia (Taufan) mengunakan waktu itu dengan bermain di taman bersama skateboard kesayangannya atau ke mana saja asal tidak duduk di rumah tapi kali ini entah mengapa ia ingin duduk di rumah, ia sedang menggunakan handphone sambil berbaring di tempat tidurnya memejamkan matanya dan tanpa aba-aba seseorang masuk dan menyiram air ke muka Taufan.

"Lu punya masalah ape sih?"

Bukanya menjawab anak itu langsung menggeret tangan Taufan seakan ia ingin memberitahu sesuatu, nafas yang naik turun dan keringat yang membasahi wajahnya Taufan hanya pasrah dan mulai mengikuti anak di depannya ini.

Kamar Taufan ada di atas jadi mau nggak mau dia harus turun tangga karena si salah satu anak kembar ini yang memiliki mata oranye terus menggeret ya sampai ke lantai bawah, ia mengikuti anak ini sampai di ruangan yang ada namanya.

Anak itu membuka pintunya dan terlihat salah satu yang mirip dengan anak yang menggeret tangannya, ia sedang duduk sambil memegangi dadanya bahkan keringat sudah membasahi tubuhnya.

Taufan yang melihat hal itu agak panik dan meminta agar si anak bermata oranye ini agar segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan hanya satu kata yang berhasil membuat Taufan langsung peka dengan keadaan sekitarnya.

"Asma"

Taufan lari kembali ke arah kamarnya dan mengambil inhaler yang ada di laci meja belajarnya, untung saja ia cepat kalau tidak entah apa yang terjadi sekarang keadaan dia sudah mulai tenang.

Taufan duduk di lantai punggungnya ia sandarkan di pintu yang sudah tertutup keringat sudah memenuhi tubuhnya, ia melirik anak yang memiliki mata oranye sedang memeluk adiknya sambil menangis ketakutan.

Back Home Where stories live. Discover now