02 || Resah

25 9 11
                                    

Sore hari setelah jam pulang kerja, dokter Arya langsung memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

Sebelum pulang, dokter Arya melakukan absensi dan di ruangan dokter, sudah ada dokter Rani Simbolon, beliau merupakan dokter umum yang masuk shift sore di rumah sakit tersebut.
Selain dokter Rani, di sana juga ada dokter Puji, dokter Angga, dan dokter Cut Tari mereka ber tiga merupakan dokter spesialis dengan keahlian masing masing.

"Selamat sore," sapa dokter Arya memasuki ruangan tersebut.

Ia berjalan menduduki sofa yang berada di sebelah dokter Angga sebelum itu dokter Arya tak lupa untuk menutup pintu ruangannya.

"Huftt ... banyak banget pasien saya hari ini di poli umum bareng mbak Lola" lanjut dokter Arya menceritakan itu.

"Ya begitulah Dok, kita tidak heran lagi kalau hari Senin pasti selalu ramai hahaha" sahut dokter Puji sambil tertawa kecil.

"Iya, mbak Puji, kemarin aja saya menangani sampai 4 pasien di UGD yang kritis dalam sehari " jelas dokter angga menambahkan topik suasana.

"Iya hampir pusing saya lhoo" sahut dokter Arya.

"Wihh mau kemana ni Ar, dah rapih aja nih shift pagi" canda dokter Cut Tari dan dibalas tawa oleh tiga rekan dokter lainnya.

"Enak yaa, yang masuk shift pagi, kita mah apa atuh sering dapet shift malem terus, mana sunyi lagi di rumah sakit," sahut dokter Rani meledeki dokter Arya dan dokter Angga yang hendak pulang dan ada beberapa dokter lain juga yang masuk pagi hari ini dan hendak pulang.

"Iya dong, ya berkah aja bisa tidur sore ini mah" sahut dokter Arya membalas ledekan dokter Rani dibarengi dengan tawa dari dokter Angga.

"Oh iya Mbak Rani, itu di meja poli umum 2 ada catatan kertas kecil di meja tolong jangan dibuang ya," pesan dokter Arya sebelum balik.

"Emang isinya apa sih Ar, jangan-jangan surat kecil nih untuk pasien pujaan hatimu yaa" ledek dokter puji.

"Enggak, itu catatan kecil buat besok, saya takut lupa" serkah dokter Arya.

"Oke" sahut dokter Rani paham dengan penjelasan dokter Arya.

"Oke mbak Rani, mbak Puji, mbak Cut, saya balik dulu ya" pamit dokter Arya kepada 3 rekan dokternya.

"Hati-hati Ar di jalan" pesan dokter puji dan dokter Rani.

Dokter Arya pun kembali keluar dari ruangan tersebut bersama dokter Angga.

Mereka langsung berjalan menuju area parkir rumah sakit.

**********

Sesampainya di area parkir dokter Arya langsung masuk ke dalam mobilnya dan pamit dengan dokter Angga yang mobilnya ada tepat di berada samping mobilnya.

"Ngga, gue duluan ya," pamit dokter Arya sebelum masuk ke dalam mobilnya.

"Ouh iya Ar, hati-hati lu jangan ngebut," sahut dokter Angga.

"Sipp," sahut dokter Arya dengan langsung masuk ke dalam mobilnya. Dan berjalan keluar dari area parkir.

Dokter Arya kembali digalau,'kan dengan kejadiannya tadi pagi.

"Duh gimana ya kalau gue sampe jadi buronan polisi karena kasus tadi?" gumamnya lagi di kepalanya mengingat hal itu.
Ia diberatkan dengan karirnya sekarang.

"Ahh bodoh banget sih gue malah ninggalin bapak itu di jalan, mana meninggal dunia spertinya" sesalnya sambil bergumam.

Ia pun menyetel lagu untuk mencairkan suasana sore kala itu.

Seperti biasa di jalan sore kali itu ia dihadapkan macetnya jalanan ibu kota.

Sambil mendengarkan lagu ia mulai berfikir keras hingga ia tak fokus.

**********
Dokter Arya pun sampai di rumahnya. Di sana sudah ada mamahnya yang menyambut.

"Assalamualaikum, mahh aku pulang" sahut Arya.

"Walaikumsalam" sahut mamahnya sambil membukakan pintu untuknya.

"Kenapa Ya, kok mukanya murung gitu?" tanya mamahnya penasaran akan kondisi anaknya.

"Gapapa Mah, aku cuma kecapean aja mungkin," sahut dokter Arya untuk menutupi masalahnya.

"Yasudah, ayo makan dulu, mamah udah masakin masakan kesukaan kamu" ajak mamahnya.

"Nanti aja mah, Arya mau mandi dulu gerah" sahutnya.

******

Selesai mandi Arya pun makan bareng bersama mamahnya, dikarenakan papahnya adalah seorang pelaut jadi papahnya jarang sekali pulang karena tugas berlayarnya, di rumah hanya ada mamahnya dan art-nya mbok Iyem.

"Gimana enak toh masakan mamah?" tanya mamahnya.

"Enak Mah, tau aja ini makanan kesukaan Arya" sahut Arya sambil memuji masakan mamahnya.

"Tau dong, kan mamah yang ngelahirin kamu, membesarkan kamu, masa mamah gatau makanan favorit kamu," seru mamahnya.

"Ouh iya mah, ngomong-ngomong papah kapan balik?" tanya Arya disela sela pembicaraan.

"Tadi papah nelpon, katanya sih dia akan balik nanti setelah lebaran idul Fitri, karena masih ada perjalanan berlayarnya," sahut mamahnya.

"Duh, berarti ramadan kali ini kita tanpa papah lagi dong mah" tanya Arya seusai menyuap sesendok makanannya.

"Iya begitulah, kita harus sabar karena papah kan kerja demi kita, coba kalau papah ga jadi pelaut, kamu juga gakan bisa kan jadi dokter," seru mamahnya merasa bersyukur.

"Iya mah," seru dokter Arya mengiyakan apa yang mamahnya katakan.

Selesai makan Arya kembali ke dalam kamarnya ia langsung tertidur pulas sore itu melepaskan beban pikirannya akan masalah hari ini.

***********

Sekitar pukul 23.40 menit Arya kebangun dari tidurnya kembali Arya mengingat kembali kejadian itu, bahkan dokter Arya berniat untuk bersembunyi sementara waktu daripada ia tertangkap polisi dan menghancurkan karirnya sebagai dokter muda di rumah sakit.

Ia bahkan sama sekali tak menceritakan hal itu ke siapapun termasuk mamahnya.

Ia tidak mau masalah itu diketahui mamahnya apalagi sampai papahnya tahu bahwa ia menabrak orang lalu meninggalkannya, sangat berbanding terbalik dengan profesinya sebagai dokter penyembuh luka orang yang sakit justru ia malah membiarkan korban yang ia tabrak sampai meninggal itu dan ia tinggalkan begitu saja.

****

856 kata

Antara Cinta & Rahasia Where stories live. Discover now