Roh Pemburu Cinta 3

94 5 0
                                    

"Boleh aku menumpang mobilmu..???" pintanya dengan suara bening namun sedikit besar untuk jenis suara wanita.

Suara itu menandakan adanya suatu ketegasan dalam kepribadiannya. Pramuda masih menanggapinya dengan senyum dan keramahan yang di paksa.

"Kau mau kemana, Non? mungkin kita berbeda arah...?"

"Tak bisakah kau memberikan tumpangan kepadaku?"

"Bisa sih bisa, tapi mau sampai mana? sampai jembatan Semanggi?"

"Ya, sampai jembatan Semanggi..." jawab si gadis, kalem tapi berkesan serius.

Pramuda jadi berpikir. "Kelihatannya dia normal-normal saja. Bisa di ajak bicara dengan betul. Jangan-jangan dia tidak gila?!"

Karena Pram diam beberapa saat merenungkan kata bathinnya sendiri, si gadis akhirnya berkata lagi dengan nada datar. "Kau keberatan?"

"Oh, bukan keberatan!" Pram buru-buru menyahut dengan senyum yang makin dipaksakan.

"Tapi, hmm... kau lihat sendiri, mobilku mogok begini, bukan...?? bagaimana aku bisa memberimu tumpangan kalau mobil ini tak mau jalan...??"

Gadis itu tetap memandang. Kedua tangannya memeluk tubuh, bagai menutupi gumpalan dadanya yang tampak membusung seksi itu. Pandangan mata yang datar itu terasa aneh bagi pram, hingga berulang kali tengkuk kepala Pram bergidik merinding.

"Akan ku bantu menghidupkan mesin mobil ini jika kau izinkan aku menumpang mobilmu," ujar si gadis tetap dengan suara datar, seakan tak mempunyai aksen dan intonasi yang jelas.

"Hmmm...eeeehhh..." Pram sempat bimbang, namun hati menjadi tak enak.

"Masuklah! Aku akan ku perbaiki dulu mesinnya. Mudah-mudahan bisa hidup kembali."

Tanpa ragu-ragu si gadis segera membuka pintu mobil, karena Pram telah membuka kuncinya secara otomatis. Tanpa sungkan dengan pakaian dan sekujur tubuhnya yang basah kuyup si gadis duduk di jok samping, seakan tak peduli jok itu akan menjadi basah atau tidak.

"Entah mengapa aku menjadi tak tega melihatnya. Mudah-mudahan dia bukan wanita jahat yang bersekongkol dengan sekelompok perampok di depan sana," pikir Pramuda sambil menarik nafas.

Ketika Pram ingin keluar untuk menengok mesin mobil, gadis itu buru-buru berkata dengan nada masih datar pula.

"Tak usah turun!"

Pram memandang, si gadis juga menatap. Wajah cantik itu tampak pucat dengan bibir membiru bak mayat bangkit dari kuburnya.

Seeeerrrr...!

Bulu kuduk Pramuda pun berdiri meremang lagi. Jantungnya mulai semakin berdetak-detak walau ia masih sanggup bersikap tenang.

"Non, mobil ini mogok dan mesinnya harus ku periksa, pasti ada yang kendor atau..."

"Putar saja kunci kontaknya," potong si gadis berkesan tegas.

Pram tersenyum menutupi rasa jengkelnya. Namun ia melegakan hati si gadis dengan segera memutar kunci kontak.

Klik, gruuung...!

"Oooooh...?!" Pram terkejut dalam hati, ternyata mesin mobil dapat dihidupkan dengan mudah sekali. Suaranya tetap bersih dengan getaran yang stabil, tanpa ada kelainan apapun.

Senyum pemuda itu terkesan malu karena hati sempat meremehkan perintah si gadis. Ternyata ucapan si gadis terbukti. Wajah cantik berhidung mancung itu pun segera menghadap ke depan, pandangannya lurus dan terkesan hampa. Seakan tak punya rasa senang mendengar mesin mobil bisa di hidupkan kembali.

Mobil mulai berjalan pelan ketika hati Pramuda bertanya pada diri sendiri. Siapa gadis ini sebenarnya? apakah ucapannya tadi mengandung ke Mukjizatan atau secara kebetulan saja?

Pram melirik, ingin menanyakan jati diri si gadis, tapi tiba-tiba tengkuknya menjadi merinding kembali karena si gadis melirik dengan kaku tanpa senyum seulas pun. Pramuda juga baru menyadari bahwa gadis itu membawa aroma wangi yang aneh. Seperti wewangian cendana bercampur pandan.

Aroma wangi itu semakin lama terasa semakin memenuhi ruangan mobil tersebut.

****

Rumah mungil di pinggiran kota itu merupakan salah satu dari perumahan real estate yang telah di miliki oleh Pramuda. Selama 3 tahun bekerja di perusahaan asing, Pramuda sudah mampu membeli rumah tersebut walau masih mempunyai masa angsur beberapa bulan lagi. Tetapi dengan memiliki rumah pribadi tersebut, setidaknya Pramuda sudah memikirkan masa depan dan hari tuanya.

Dalam usia dua puluh delapan tahun, sudah selayaknya Pramuda berpikir tentang rumah tangga. Tetapi sampai saat ini ternyata belum ada wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Banyak gadis yang digaetnya, namun pemuda itu agaknya masih mempertimbangkan beberapa hal yang membuatnya belum mau memutuskan untuk mengambil salah satu dari mereka sebagai seorang istri.

Seorang teman pernah berkata kepada Pramuda. "Kurang apalagi persiapanmu, Pram? Jabatan punya, rumah sudah punya, perabot komplit, bahkan lengkap dengan pelayannya segala, kan tinggal memboyong anak gadis orang saja kan? Apa susahnya sih? Calon pun tinggal pilih?!"

Pram hanya menjawab, "ada dua yang belum ku punyai, cinta dan kepuasan."

"Maksudmu kau gak bisa puas dengan seorang perempuan saja?"

"Maksudku,vaku belum puas hidup dengan kebebasan! Aku belum punya cinta yang sejati yang bisa kurasakan kehadirannya dalam hidupku!"

Dua faktor yang sangat penting itu tak bisa di sanggah atau di debat oleh siapapun. Pramuda masih menyukai hidup bebas tanpa ikatan seorang istri. Bukan berarti dia tak berani di bebani tanggung jawab, namun dia tak ingin menjadi suami yang masih memburu kebebasan di belakang istrinya.

"Puas-puaskan dulu masa mudamu, supaya kelak kau tidak menjadi pengkhianat bagi istrimu!"

Itulah kata-kata manis yang di kutip dari ucapan almarhum ayahnya. Dan kata-kata itu yang melekat kuat dalam hati dan pikiran Pramuda, sehingga ia memilih untuk tinggal di rumah mungil bersama Mak Supi, pelayan yang usianya sudah 45 tahun itu.

Mak Supi sudah di anggap sebagai ibu sendiri, dalam arti, perempuan separuh baya itu merawat keseharian Pramuda dengan sungguh-sungguh. Delapan tahun lamanya Mak Supi bekerja sebagai salah satu pelayan di rumah mamanya Pramuda. Tetapi begitu Pramuda mempunyai rumah sendiri, Mak Supi tetap betah tinggal bersama Pramuda dengan kepercayaan penuh.

Tak heran jika Mak Supi memberi saran ini-itu dan diterima Pram sebagai saran orang tua.

****

1. Roh Pemburu Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang