Roh Pemburu Cinta 5

75 5 0
                                    

Pramuda sengaja membiarkan si gadis dalam kebisuan, sengaja memberi kebebasan bagi si gadis untuk merenungkan usulnya tadi. Pram tak ingin berkesan memaksa Kumala hingga menimbulkan kecurigaan yang negative.

Beberapa saat kemudian, Kumala Dewi berbicara terlebih dulu dengan pandangan mata yang kembali lurus ke depan bagai orang yang sedang menerawang.

"Jika aku nanti bermalam di rumahmu, nanti apa kata orang? Mereka akan menganggapku sebagai gadis murahan yang tak punya harga diri."

"Mereka bebas berkomentar apa saja selagi mereka mempunyai otak picik. Tapi dalam menghadapi persoalan seperti yang aku alami ini, haruskah kita berpikir tentang komentar orang lain? Bukankah mereka tidak tau persis persoalan kita? Seperti aku sendiri yang tak tau persis persoalan yang kau hadapi selama ini? Mengapa harus pedulikan apa kata mereka?"

Kumala Dewi diam sebentar, lalu bertanya dengan nada datar.

"Istrimu?"

Pram tertawa pelan seperti menggumam. "Jangan khawatir, kau aman di rumahku. Aku belum punya istri."

Gadis itu buru-buru berpaling menatap dalam keremangan cahaya lampu jalanan yang menyorot ke wajah Pram sekilas itu. Pram merasa si gadis menghendaki ketegasan sekali lagi, sehingga Pram menganggukkan kepala dengan pandangan mata yang meyakinkan.

"Aku gak bohong kok! Serius! Aku belum punya istri!"

Rupanya Kumala Dewi tidak mempunyai pilihan lain. Dia seperti di hadapkan oleh satu alternative, sehingga mau tak mau harus menyetujui usul dan saran Pramuda. Sebagai kepastiannya menerima usul dan saran itu, Kumala Dewi menganggukkan kepala satu kali.

"Terma kasih banyak atas bantuanmu."

Senyum pemuda tampan berambut rapi itu membias seulas di bibir. Sayang tak begitu kentara, sehingga Kumala Dewi tak begitu berniat untuk menikmati senyum yang sebenarnya punya daya tarik tersendiri bagi para gadis itu.

"Sudah berapa lama kau berada dijalan tol tadi?"

"Lumayan." Jawab Kumala Dewi.

"Tak adakah mobil yang mau kau stop sebelum mobilku mogok?"

"Baru sebuah mobil patrol, dan aku bersembunyi. Takut di sangka wanita malam dan..."

"Bersembunyi? Kau bersembunyi dimana?? Menurutku tak ada pohon di pinggir jalan tol tadi."

"Aku bersembunyi di balik tiang lampu penerang jalan. Merapat di sana, mereka lewat dan kembali lagi tanpa melihatku."

"Owwww." Pramuda manggut-manggut sambil tersenyum kagum.

"Bagaiman bisa kau berada dijalan tol seperti tadi? Apakah seseorang membuangmu dari dalam mobil?" desak Pram sebelum tiba di rumahnya.

"Tidak!" jawab Kumala tegas. "Aku sendiri tidak tau, tiba-tiba aku berada di jalanan tadi. Rasanya aku habis jatuh dari langit."

Pram tertawa lagi. Tapi dalam hatinya menduga bahwa si gadis mengalami gangguan ingatan akibat kepalanya membentur sesuatu. Tapi anehnya gadis itu masih ingat siapa namanya?

Mungkin dia juga masih ingat di mana rumahnya dan apa persoalan sebenarnya. Hanya saja ia masih enggan untuk berterus terang kepada Pram.

Setibanya tiba di rumah mungil namun indah itu, Kumala Dewi masih duduk di dalam mobil. Setelah Pram menyuruhnya turun, barulah ia turun dari dalam mobil. Gadis itu memandang keadaan sekeliling dengan ekspresi heran bercampur kagum. Sepertinya ia sangat merasa asing dengan lingkungannya.

Ketika di kenalkan dengan Mak Supi, gadis itu memandang Mak Supi tak berkedip. Dua jarinya di tempelkan di pelipis kanan sesaat. Mak Supi menggeragap sebentar, lalu lanjutkan tesenyum ramah.

"Mak, tolong bantu dia!" bisik Pramuda kepada pelayannya. "Dia ku temukan di pinggir jalan tol dalam keadaan basah kuyup dan sepertinya minggat dari rumah dengan terburu-buru."

"Dugaan saya juga begitu tuan. Sebab dia tidak pakai alas kaki."

"Carikan pakaian yang cocok untuknya! Kalau perlu celana jeansku yang masih lumayan berikan padanya!"

"Bukankkah nona Renna punya gaun yang sudah lama tidak di pakai, Tuan? Saya rasa akan cocok jika di kenakan dengan nona itu?" bisik Mak Supi di ruang tamu.

"Jangan pakai gaunnya Renna, salah-salah Renna bisa sewot padaku! Carikan celana Jeans dan T-shirt saja. Jangan lupa, buatkan makan dan minuman penghangat untuknya."

"Baik, Tuan!" jawab Mak Supi dengan patuh. Dan wajah perempuan separuh baya itu tampak lega melihat Pramuda pulang dalam keadaan selamat.

Hanya saja, dia agak aneh melihat tuannya pulang membawa gadis yang di temukan di pingir jalan. Tak biasanya Pram pulang membawa gadis sembarangan. Pram memang sering membawa pulang seorang wanita, tapi biasanya keren-keren. Sekalipun demikian, Mak Supi tetap melayani Kumala Dewi dengan keramahan yang sudah menjadi bagian dari kepribadiannya.

Mak Supi sendiri merasa heran melihat gadis yang tak mau tersenyum itu, sekalipun tidak kelihatan ketus dan judes. Ajakan senyum Mak Supi selalu dibalas dengan anggukan kepala tipis, nyaris tak terlihat. Semula Mak Supi juga menyangka kalau Kumala Dewi adalah gadis yang gila. Tapi setelah beberapa kali bisa menjawab pertanyaaan dengan benar, Mak Supi yakin gadis itu tidak gila.

"Menurut saya dia sedang stress tuan."

"Kelihatannya begitu, tapi kuharap kau jangan banyak bertanya hal-hal yang menyangkut masalah pribadinya,Mak. Nanti dia merasa jengkel dan kurang suka padamu." Pesan pramuda ketika Kumala dewi sedang mandi.

"Kalau kau mau tidur lagi, tidurlah sana MAK, Asal segala sesuatu buat gadis itu sudah kau siapkan mak."

"Bik tuan. Tapi bolehkah saya menanyakan sesuatau kepada tuan?"

"Tentang apa?" pramuda berkerut dahi.

"Apakah tuan sudah mengganti lampu kamar mandi...?"

"Belum. O, ya... aku lupa membelli lampu bohlam yang baru, sebaiknya..."

"Tapi, tuan." Potong Mak Supi, lalu melirik ke arah kamar mandi yang tak terlihat dari tempat mereka bicara.

Pram menjadi heran melihat Mak Supi ragu-ragu. "Tapi kenapa?"

"Tapi ketika Nona Kumala masuk ke kamar mandi, tiba-tiba lampu kamar mandi menyala sendiri, Tuan!"

"Ah!!" Pram tak percaya.

"Tuan bisa lihat sendiri sekarang."

Pramuda tak habis pikir, ketika melihat lampu kamar mandi menyala terang. Padahal ketika ingin ditinggalkan ke Batam, Mak Supi sudah laporan bahwa lampu kamar mandi putus. Tak bisa menyala. Pram berjanji akan membelikan bohlamnya sepulangnya dari Batam nanti.

Namun sekarang, dari kaca atas pintu kamar mandi, lampu itu tampak menyala terang sepertinya sudah diganti dengan bohlam yang baru.

Kamar mandi itu adalah kamar mandi khusus, yang hanya di pakai oleh Pram atau Renna, atau tamu yang perlu membersihkan badan. Bukan kamar mandi untuk pembantu. Tak mungkin Mak Supi memasang bohlam lampu sendiri, sebab letak bohlam lebih tinggi.

Hati pemuda itu semakin heran ketika Kumala selesai mandi. Pram segera berlagak buang air kecil. Tapi sebenarnya ingin memeriksa bohlam tersebut. Ternyata bohlam tersebut adalah bohlam yang lama. Bagian tepi bohlam sudah berwarna hitam samar-samar bagaikan hangus. Anehnya masih bisa menyala.

Lebih aneh lagi, ternyata saklar lampu dalam keadaan turun. Padahal untuk menyalakan lampu tersebut, saklar harus di naikkan. Tapi kenapa sekarang lampu bisa menyala dalam keadaan saklar turun?

Dan hal yang lebih aneh lagi, kamar mandi yang habis di pakai untuk mandi Kumala Dewi itu menyebarkan aroma wangi cendana bercampur pandan. Enak, lembut dan sedap. Padahal seharusnya wangi yang tercium di kamar mandi itu adalah wangi sabun yang di pakai mandi. Itulah yang menjadi alasan jika Pram menjadi merinding dan buru-buru keluar dari kamar mandi.

****

1. Roh Pemburu Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang