Roh Pemburu Cinta 9

56 5 0
                                    

Selesai meeting dengan bawahannya, Pram menerima telepon dari kakak iparnya; Maria. Sang kakak ipar menyampaikan hasil pemeriksaan dokter bahwa Prasetya positif terserang kanker otak.

Pramuda lemas dan menjadi sedih. Namun ia segera membangkitkan semangatnya sendiri dengan satu keyakinan bahwa kakaknya pasti dapat tertolong. Pramuda mulai berpikir tentang rencana membawa Prasetya ke luar negeri. Menurutnya berobat ke luar negeri lebih besar kemungkinan berhasilnya daripada di dalam negeri.

Ternyata siang itu Pram juga kedatangan tamu yang tidak di kehendaki datang pada hari itu. Tamu tersebut adalah seorang gadis berambut pendek yang menjabat sebagai sekretaris di sebuah perusahaan bonafit. Tentu saja selain cantik juga sexy, mempunyai dada yang sangat menantang setiap pria yang memandangnya.

"Kenapa tak menelepon dulu kalau kau mau datang, Verra? Untung saja aku belum sempat berangkat," ujar Pramuda kepada gadis yang bernama Verra itu.

"Aku tahu kalau kau belum keluar kantor, karena belum pukul 12 tepat. Karena itulah aku datang lima menit sebelum jam makan siang tiba." Verra memamerkan senyumnya yang memang menawan.

Pramuda tak bisa tersenyum, selain ia tak menyukai kehadiran Verra saat-saat sedang sibuk, juga ia masih berpikir tentang penyakit kakaknya itu. Namun Pram memberikan sambutan yang tak terlalu menyakitkan. Dengan menjaga sikap tenangnya, Pram menolak tawaran makan siang bersama Verra.

"Aku harus segera berangkat ke Bandung, tak sempat makan siang, Ver!!"

"Kau mau berangkat ke Bandung siang ini juga??"

"Benar, tak bisa ku tangguhkan lagi, karena besok urusanku harus sudah selesai," kata Pram memberikan alasan atas penolakannya itu.

"Mungkin lain kali kita bisa makan siang bersama. Sekarang aku minta maaf dulu, aku tak bisa memenuhi keinginanmu, Verra!!"

"Uuuuuh...!!" Verra cemberut. "Ku bela-belain lari dari kantorku kemari, gak tahunya kau begitu!!"

Pramuda tertawa kikuk sekadar untuk menghibur hati si gadis yang kecewa itu. "Memangnya kita hanya bertemu hari ini saja? Esok kan masih ada hari. Minggu depan juga masih ada hari, bukan?" hibur Pramuda.

"Iya, tapi apa kau gak mikir, bagaimana susahnya bertemu kamu?! Sekarang aku punya kesempatan bertemu kamu, tapi kamunya malah kayaknya gak berminat untuk..."

"Bukan gak berminat," potong Pramuda. "Kau kan tau sendiri kesibukanku,Ver??"

"Ah, aku gak percaya kalau kau mau ke Bandung!" ketus Verra sambil memamerkan wajah cantiknya yang lebih cemberut lagi. "Pasti kau sudah janjian sama Wenny untuk makan siang di suatu tempat!!"

"Ya, ampuuuunnn...!! gak ada janji apa-apa aku sama Wenny, Ver! Gak ada! Sumpah deh!"

"Tapi kan kau bisa meluangkan waktu sebentar untuk makan siang sebentar sebelum berangkat ke Bandung. Dari tempat makan siang kita nanti kau bisa langsung ke Bandung."

"Aku mau berangkat sama Boss. Mungkin memang kami akan makan siang dulu, tapi aku sama Boss. Nggak bisa ngajak kamu dong, Ver!"

"Uuuuh... sebel!!" verra mendengus kesal sekali.

Sebelum Pram membujuk Verra agar tak kesal, tiba-tiba operator memberitahukan ada telepon untuknya. Pramuda segera menyambar telepon tersebut, karena ia yakin telepon itu dari Kumala Dewi.

"Hallo?" Pramuda menyapa dengan nada lembut.

Ternyata yang terdengar bukan suara perempuan, melainkan suara pemuda yang sudah di kenalnya.

"Pram, kau bisa keluar kantor sebentar?"

"Oh, kau Santos?! ada apa?!" Pramuda berkerut dahi sedikit sambil membayangkan seraut wajah tampan milik adik sepupunya yang bernama Santos itu.

"Ada kabar buruk untukmu, Pram!! Aku tak tega menyampaikannya. Sebaiknya kau segera ke RSCM saja deh!!"

"Haah?! apa maksudmu menyuruhku ke rumah Sakit, San?!"

Verra memandang heran ketika Pramuda berwajah tegang. Rona cemberut di wajah cantik itu segera mengendur. Pramuda kelihatan tegang sekali dan tak pedulikan pandangan mata Verra sedikitpun.

"Santosa! Katakan saja ada apa sebenarnya??!" Pramuda sedikit membentak adik sepupunya itu.

"Pram, aku melihat tabrakan di Jalan Salemba antara taxi dengan bus kota. Hmmm... hmmm... sopir taxi dan penumpangnya tewas. Dan... dan.... dan penumpang itu adalah Wenny, Pram...!!"

"Haahh?! Wenny?!" pekik Pramuda. Sekujur tubuhnya langsung merinding karena kagetnya.

"Hmm, Wenny lagi." Gerutu Verra dengan mencibir sengit.

"Sebaiknya sekarang kau ke RSCM, Pram. Aku ada di sana, karena aku pihak yang mengenal Wenny. Keluarganya belum ku hubungi. Aku tak berani menghubunginya, Pram!"

"Santosa... kau jangan menggodaku dengan permainan burukmu, ya?!"

"Aku berani sumpah, Pram! Ini bukan main-main!" tegas Santosa.

"Sepuluh menit yang lalu Wenny masih bisa bicara padaku, tapi setelah itu...ah, sudahlah!! Lekas datang, Pram. Aku bingung nih, sebab para dokter dan petugas tahu bahwa aku kenal dengan Wenny!"

"Baik, aku akan ke sana!!" Pramuda meletakkan gagang telepon dengan nafas sedikit terengah-engah. Wajahnya tetap tegang.

Sementara itu, Verra mencibir sinis, bahkan berkata dengan ketus.

"Kalau Wenny yang suruh datang, pasti lebih baik gagal ke Bandung!"

"Hei, dengar!!" tegas Pramuda menahan kedongkolan. "Baru saja yang menelpon adalah Santosa, adik sepupuku!! Dia ada di rumah sakit mengurus jenasah Wenny yang kecelakaan di Jalan Salemba!!"

"Jenasah Wenny.??!!" Verra kaget, wajahnya mulai tegang. Tapi di hatinya Pram tahu pasti, gadis itu menyimpan kegembiraan, karena Wenny adalah rival yang paling di bencinya.

Verra adalah gadis yang di kenal Pramuda enam bulan yang lalu. Pram megenal Wenny lebih dulu daripada Verra. Hubungannya dengan Verra menjadi intim ketika perusahaannya menjalin kontrak kerja sama dengan perusahaan tempat Verra bekerja. Hubungan intim itu tidak di tolak oleh Verra, karena Hati Verra sendiri merasa tertarik dengan ketamapanan dan kegagahan Pramuda. Ia memang mudah tertarik dengan para eksekutif muda yang tampan dan gagah seperti Pramuda.

Hubungan yang berlanjut dari hari ke hari, seringnya Pramuda membawa Verra kencan di Puncak atau hotel-hotel membuat Verra semakin terjerat asmara oleh Pramuda. Ia ingin memiliki pemuda itu, namun ia tahu kalau di samping dirinya ada Wenny.

Verra pernah bertemu dengan Wenny dalam sebuah acara pesta di hotel berbintang. Verra menyimpan rasa cemburunya dan tidak menyalahkan Pramuda, karena sebelumnya Pramuda memang pernah menceritakan hubungannya dengan Wenny. Sekalipun Pramuda mengaku hanya berhubungan biasa tanpa cinta di dalam hati, namun pada akhirnya Verra pun ingin agar Pramuda mencurahkan cinta dan kasih sayang kepadanya. Bukan kepada Wenny.

Verra takut Pramuda terjerat oleh kekayaan Wenny yang memang anak seorang pengusaha itu. Tapi agaknya Pramuda sendiri semakin hari semakin menjaga jarak.

Pram pernah berkata kepada Verra. "Jika kau mendesak agar aku bicara tentang cinta, lebih baik kita tak perlu bertemu lagi saja, Ver!!"

Maka sang sekretaris cantik itu pun mulai hati-hati menjaga hubungannya dengan Pramuda. Ia tak mudah melontarkan kata cinta. Jika terpaksa harus harus menyampaikan isi hatinya, ia hanya menggunakan bahasa diplomatis. Dalam hatinya dia berharap pada suatu saat Pram akan bicara tentang cintanya sendiri tanpa di minta. Karena itulah, Verra memancingnya dengan kehangatan yang ternyata amat di sukai oleh Pramuda.

Hanya saja, Verra masih merasa takut jika kehangatannya dapat di kalahkan oleh kehangatan Wenny, sehingga rasa curiga dan cemburu masih membayang-bayangi jiwanya.

****

1. Roh Pemburu Cinta✓Where stories live. Discover now