24

269 17 0
                                    


Seminggu sejak Jeonghan bangun dari tidur panjangnya, ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dengan catatan harus tetap melakukan kontrol mengingat dirinya yang masih belum mengingat apapun setahun belakang. Kini selain kontrol dengan dokter penyakit dalam dan syaraf, Jeonghan juga diharuskan kontrol dengan seorang psikolog agar ingatannya dapat kembali sedikit demi sedikit.

Kamar rawat Jeonghan terlihat ramai oleh para sahabat yang bersiap mengantarnya pulang kerumah. Sebenarnya hal itu tidak perlu tapi mereka tetap bersikeras mengantar Jeonghan. Diantara mereka tidak ada yang menyinggung tentang Seungcheol sama sekali karena beberapa waktu lalu saat Seungcheol berusaha mendekatinya, Jeonghan berakhir pingsan.

"bagaimana jika kita memesan pizza dan pasta saat sampai dirumah Jeonghan?" usul Jisoo yang sedang mengemas pakaian Jeonghan kedalam tas.

"jangan lupakan cola!" pekik Jihoon si pecinta cola

"call!"

Kini mereka semua sudah berada di kediaman keluarga Yoon. Namun saat menuju dapur, Jeonghan melihat sudah banyak box pizza dan makanan lain yang bertumpuk di meja dapurnya.

"bibi Kim, kenapa banyak sekali makanan? Seingatku aku belum memesan apapun. Apa Jisoo sudah memesankannya duluan sebelum kami datang?" tanya Jeonghan pada kepala maid yang sudah bekerja di keluarga Yoon sejak Jeonghan kecil.

"tidak Tuan muda, tadi Tuan-- ah maksud saya ada kurir datang membawakan ini semua. Katanya nyonya yang pesan untuk teman-teman Tuan muda" bohong bibi Kim. Ia sudah diamanatkan untuk tidak mengatakan bahwa makanan tersebut berasal dari Seungcheol

"baiklah"


💎

"oppa!!"

Suara teriakan seseorang membuyarkan lamunan Jisoo yang sedari tadi diam memandang luar jendela kelasnya. Jeonghan masih belum diperbolehkan bersekolah jadi ia hanya sendiri di kelas meski beberapa temannya mengajaknya ke kantin atau sekedar mengobrol.

"tidak usah berteriak Binnie-ya. Kau mengejutkanku" omel Jisoo

"aku sudah memanggilmu berkali-kali tapi kau tidak meresponnya" keluh Binnie mengerucutkan bibirnya

"ah maaf aku terlalu asik memandang langit"

"apa asiknya memandang langit" gumam Binnie

"ada apa kau kekelasku? Bukannya ke kantin saja, ini kan jam istirahat"

"aku sudah kekantin tadi. Aku memang mencarimu"

"kenapa?"

"aku ingin memberikan ini" ucap Binnie menyerahkan sebuah tiket

"ini tiket festival akustik minggu depan. Aku dapat dari oppa ku karena ia salah satu pengisi acaranya" kekeh Binnie

"kekuatan orang dalam huh?"

"anggap saja begitu. Minggu depan datang bersamaku, nanti kita ke backstage mereka"

Binnie memiliki seorang kakak yang berkecimpung di dunia musik sejak sekolah menengah. Berawal dari busking di taman dekat rumah hingga kini menjadi seorang musisi yang cukup diperhitungkan eksistensinya.

Karena kedekatan Jisoo dengan Binnie, ia jadi tahu bahwa gadis imut itu memiliki saudara. Pantas saja Binnie mengerti tentang musik akustik dan mengetahui beberapa musisinya.

"baiklah, minggu depan aku jemput"

"hmm boleh juga, aku jadi hemat biaya" kekeh Binnie. Bagi Jisoo, Binnie sudah seperti adiknya sendiri karena ia merupakan anak tunggal dirumahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seventeen SchoolWhere stories live. Discover now