01

15.2K 625 11
                                    


Jaemin menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, masih bingung dengan apa yang terjadi. Membiarkan suara orang orang terdengar, menuduh nya dengan apa yang tak ia lakukan.

menuduhnya membuang bayi yang kini ada di pangkuan nya. katanya, mereka adalah satu pasangan dari puluhan pasangan lainnya tertangkap atas kasus pembuangan bayi ini.

awalnya si manis mendapatkan pesan sejak tiga hari belakang ini dari nomor yang berbeda-beda, tapi tak ia gubris karena tak di kenal. hingga hari ketiga si manis kesal dan membalasnya, pesan itu mengatakan jika ia harus ke alamat yang sudah orang itu kirim. orang itu meminta pertolongan padanya, karena khawatir dan takut jika orang yang mengirim pesan adalah korban penculikan hal hasil si manis menyetujuinya. pukul tujuh malam, dengan alasan pergi ke minimarket terdekat pada kedua orang tuanya si manis pergi. saat sampai ia bingung karena alamat yang diberikan adalah rumah kosong dipinggir hutan, juga bertemu dengan teman satu angkatannya yang hanya ia kenal sekedar nama, Lee Jeno namanya. saat di tanya Jeno sedang apa disini, pemuda tampan itu mengatakan jika ada yang minta tolong padanya dan pergi ke alamat ini. mereka saling bertatapan, bingung.

"kayaknya orang iseng aja, Jen." ucap Jaemin, masih menatap sekeliling dengan tatapan takut.

"gua gak tau, tapi bisa aja di dalem ada orang yang  butuh pertolongan. gua mau ke dalem, lo ikut atau tetep disini?" Jaemin terdiam, bingung.

tapi yang pasti, ia takut karena rumahnya terlihat seram.

"ikut, tapi jangan jauh jauh dari gue. takut." Jeno mengangguk, menyalakan senter hp nya begitu dengan Jaemin. Keduanya masuk ke dalam dengan perasaan campur aduk, terutama Jaemin.

"gue rasa kita dikerjain, Jen." Jaemin bersuara, Jeno diam.

"gak ada apa apa, yuk balik." ajak Jaemin, Jeno menoleh menghela nafas pelan dan mengangguk.

"kayaknya lo bener, kita dikerjain." Jaemin mengangguk setuju, saat mereka berbalik untuk keluar tiba tiba suara bayi dari arah dalam kamar dengan pintu tak tertutup itu terdengar. keduanya saling berhadapan begitu dengan Jaemin yang merapatkan tubuhnya pada Jeno, pikiran pemuda manis itu sudah kemana mana.

"hantu, Jen." lirih si manis, memeluk lengan Jeno kuat.

"gua mau pastiin, gak mungkin setan ini masih sore." Jaemin menepuk lengan Jeno kencang.

"sore darimana?! ini udah setengah sembilan." Jeno menghela nafas pelan.

"mau ikut apa disini?"

"ikut."

"yaudah, diem." Jaemin mengangguk, mereka berjalan kearah kamar yang pintu nya terbuka itu. Menyorot senter kearah sekeliling ruangan itu hingga menemukan sesosok bayi yang menangis kencang di lantai beralas daun pisang itu.

"bayi setan?!" pekik Jaemin, Jeno menghela nafas lagi.

"bukan." Jeno mendekat, menyeter wajah bayi itu dan menatap Jaemin yang berada dibelakangnya.

"gendong."

"ha?"

"bayi nya gendong." Jaemin menggeleng

"takut, kalau setan gimana???"

"bukan. ini bayi manusia, cepet nanti bayi nya di gigit nyamuk."

"kenapa gak lo aja?"

"gua gak bisa, cepet."

Jaemin mendekat, berjongkok kearah bayi yang berada dibawah itu lalu menggendongnya.

"kasian, pipi pada merah." Jaemin mengusap pipi bayi itu dengan lembut.

"gua bilang juga apa." Jaemin diam, fokus pada bayi dalam gendongannya.

accident | nomin [✓]Where stories live. Discover now