02

8.1K 539 7
                                    


Kejadiannya begitu cepat, Jaemin jadi bingung sendiri. Pemuda manis itu diam di dalam mobil, menaruh kepalanya pada bahu Jeno dan memejamkan matanya. Membiarkan ayah yang menyetir dan sang bunda yang memangku si bayi, orang tua Jeno berada di mobil belakang mereka.

Semesta begitu bercanda padanya, ternyata orang tua nya dan Jeno adalah teman lama semasa sekolah. Mereka masih mengingat dan berpelukan setelahnya lalu mengatakan jika apa yang mereka ucapkan semasa remaja itu terkabul.

Iya, menjodohkan anak mereka jika sudah besar dan ini benar terjadi namun dengan cara yang tak di duga.

Jaemin tak tidur, ia hanya ingin memejamkan mata sebentar. Memikirkan bagaimana caranya agar ia dan Jeno berpisah ditambah mereka masih sekolah meski akan lulus beberapa bulan lagi.

Panti asuhan, tiba-tiba terlintas didalam pikirannya. Si manis membuka mata dan mendongak menatap Jeno yang memandang kearah jalan dengan tatapan datar.

"Jen." Panggilnya, Jeno berdehem menjawab.

"Gue punya ide, ide ini bisa buat kita lepas dan gak bareng bareng lagi." bisik Jaemin, Jeno menatapnya.

"Nanti kita omongin lagi, mending sekarang lo tidur, udah malem." Jaemin merenggut dan memejamkan mata setelahnya, sementara Jeno menghela nafas pelan.

Yang banyak berpikir disini adalah Jeno, ia sebagai pihak dominan harus bisa memikirkan kedepannya bagaimana. Ditambah saat mendapatkan wajah bahagia sang mama yang mengetahuinya, aneh bukan mengapa bahagia di situasi seperti ini sementara sang papa hanya diam sejak tadi.

Mobil yang dibawah ayah Jaemin menuju kediamannya telah sampai, Jeno melirik sekilas kearah Jaemin. Menepuk lengan si manis agar bangun, namun pemuda manis itu justru semakin nyaman bersandar pada pundaknya.

Jeno menghela nafas pelan, kemudian izin pada bunda Jaemin untuk mengangkatnya. Wanita setengah baya itu malah terkekeh dan mengangguk.

"gendong aja, Jen. gak apa apa, udah sah ini." goda nya, Jeno hanya tersenyum kaku dan mengangkat si manis.

Saat masuk Jeno dikejutkan dengan pemuda tampan yang sepertinya lebih tua dari dia, menatap kearahnya tajam.

"adek kenapa bun?" tanya nya, Jeno yakin pemuda ini kakak Jaemin.

"ketiduran. kamu tunggu di ruang tamu aja, ada yang bunda omongin."

"ini siapa bun?"

"yang mana?"

"bayi sama yang gendong adek."

"nanti juga tau, sana keruang tamu. bunda mau antar menantu dulu ke kamar adek." setelahnya wanita itu berlalu, meninggalkan sang anak yang bingung.

"menantu? apa sih maksudnya?" gumam pemuda itu kemudian berlalu menuju ruang tamu.

"ini kamarnya, nanti di bangunin aja Jen. bayi nya bunda taruh ya, nanti kalian bawa ke bawah." Jeno mengangguk saja.

"Bunda tinggal, jangan lama." wanita berlalu, meninggalkan Jeno dengan Jaemin dan bayi yang berusia empat bulan yang asik tertidur.

"Jaemin." panggil Jeno, menepuk lengan pemuda manis itu.

Jaemin melenguh dan mengerjap pelan, kemudian terduduk.

"Lo ngapain dikamar gue?" Tanya Jaemin, setengah sadar.

"coba inget inget dulu ada kejadian apa tadi." Ucap Jeno

Jaemin diam, mengingat apa yang terjadi. Hingga pemuda manis itu menepuk kening.

"gue kira mimpi." ucap nya

"gua juga mau nya gitu, ayo turun. ada yang mau di omongin sama ortu kita bawah." Jaemin mengangguk.

"cuci muka dulu." Jeno mengangguk, menatap bayi yang sedikit terusik dalam tidurnya.

"gua gak bisa gendong." gumam nya.

"oh ya! ucapan gue yang di mobil itu."

"ngomongnya nanti aja, bareng sama yang lain." Jaemin mengangguk.

"bawa Jen."

"Gak bisa."

"Gue ajarin."

"Takut jatuh." Jaemin terkekeh

"Yaudah, tapi jangan lupa belajar buat gendong bayi ya."

"Iya."

🪐


"Gimana kalau bayi ini kita taruh di panti asuhan, setelah itu aku sama Jeno cerai. Masalah selesai, kan?" Ucap Jaemin pada keluarganya dan Jeno.

Sempat hening sebelum suara Jeno terdengar.

"Gua gak setuju." Sontak si manis menoleh.

"Kenapa?"

"Gua cuma mau nikah satu kali seumur hidup, dengan cara apapun itu." Jawaban Jeno membuat semua terdiam.

Jawaban ini sudah Jeno pikirkan matang matang sejak semalam, juga tentang ia yang akan menikah satu kali seumur hidup.

"Kita bisa jaga anak ini bareng bareng, jaem." Jaemin diam.

"Lo tau apa tentang urus anak? Punya apa buat nafkahin adik gua." Suara kakak Jaemin terdengar.

"Jaehyun." Panggil sang bunda.

"Gua emang gak tau apa apa soal urus anak, tapi gua mau coba. Gua punya cafe buat nafkahin adik lo sama bayi ini." Ucap Jeno, kedua orang tuanya yang sedari tadi diam saling berpandangan.

"Ayah juga setuju sama Jeno, kita bisa rawat anak ini sama sama." Suara berat ayah Jaemin terdengar.

"Soal sekolah mereka yah?" Tanya Jaehyun, sang ayah menatapnya.

"Mereka lulus sebentar lagi, selagi gak ada yang tau soal pernikahan mereka semua aman, Jaehyun." Jawab sang ayah, Jaehyun menghela nafas setelahnya.

"Untuk tempat tinggal, kalian tinggal di rumah mama. bayi ini juga mama sama bunda yang rawat bergantian, setuju?" Suara mama Jeno terdengar.

"Kita bisa tinggal di apartemen Jeno, ma." Wanita setengah baya itu menggeleng.

"Bakal ribet, sayang. Kamu pas berangkat sekolah mau bolak balik ke rumah mama buat taruh anak kalian?" Jeno diam, benar juga.

"Nana setuju." Semua menatap kearah Jaemin.

"Na?" Panggil Jaehyun.

"Nana udah mikirin ini dan setuju sama usul mama Jeno." Ucap Jaemin yakin.

"Syukurlah." Mama Jeno begitu senang mendengarnya.

Setelahnya mereka kembali ngobrol, tak lama Jeno dan Jaemin pamit ke kamar untuk menaruh si bayi dan ingin istirahat.

Dalam kamar hanya ada keheningan yang tercipta, mereka sudah bersih bersih dan berganti pakaian.

"Dunia bercanda gini banget." Celetuk Jaemin, menatap kearah langit langit kamarnya.

"Ya emang."

Jaemin berdecak, si manis yang tadinya berbaring telentang kini menyamping menatap Jeno yang terduduk di sebelah bayi yang kini tertidur lelap.

"Kenapa lo gak setuju sama usulan gue? Bukannya setelah itu masalah kita selesai?" Tanya Jaemin, penasaran.

"Lo udah tau jawaban tadi, sekarang tidur." Jawab Jeno, pemuda tampan itu berjalan kearah sofa kamar Jaemin dan tertidur disana.

"Aneh." Celetuk Jaemin lalu memejamkan mata.

accident | nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang