15

4.4K 346 1
                                    


Beberapa hari setelahnya, Jeno mendapatkan kabar jika Hyunjin pergi keluar negeri.

Teman mereka yang di beritahu pun terkejut, namun juga senang karena Hyunjin mau bertanggung jawab pada Felix. Mereka mendoakan semoga hubungan keduanya baik-baik saja juga kesembuhan untuk Felix.

Hingga satu bulan berlalu, mereka sudah lulus. Keduanya memilih untuk lanjut kuliah, bedanya Jeno mendapatkan pekerjaan dari sang papa.

Minggu ini Jeno benar-benar sibuk sebelum masuk kuliah, pemuda itu pulang di makan malam. Kedua orangtuanya sudah mengatakan untuk jangan terlalu larut dan fokus pada pekerjaan, Jeno juga butuh istirahat ditambah ini pekerjaan pertamanya. Tubuhnya pasti sedikit terkejut.

Ini hari Sabtu, Jeno libur. Pemuda itu masih bergulung nyaman pada selimut, membiarkan matahari keluar dan memancarkan sinarnya.

Jaemin yang tau jika Jeno lelah pun membiarkan pemuda itu tertidur lebih dulu, ia akan membangunkan Jeno agak siang.

Pemuda manis itu berjalan kearah Jino yang sudah bangun lebih dulu, balita itu duduk dan mendekat kearah Jeno. Menepuk pipi sang ayah sedikit kencang, Jaemin hanya diam melihat.

Tak ada respon dari Jeno, pemuda itu tak bersuara. Jino yang kesal diabaikan pun kembali menepuk pipi Jeno pelan dan berceloteh.

Jaemin bingung saat Jeno benar-benar tak merespon, pemuda manis itu mendekat. Mengangkat Jino dalam gendongannya, ia membiarkan Jeno kembali tertidur. Mungkin masih lelah. Namun tangannya tak sengaja memegang tubuh Jeno, pemuda manis itu terkejut saat merasakan panas pada tubuh Jeno.

"Jeno, Lo sakit?" Tanya Jaemin, memegang kening Jeno.

Jeno bergumam pelan, membuat Jaemin menghela nafas.

"Jino di sini dulu ya, sayang. Jaga ayah, papi mau ambil kompres sebentar. Jangan tepuk-tepuk ayah, main ini aja." Ucap Jaemin, memberikan Jino mainan.

"Jeno belum bangun, na?" Tanya Tiffany saat melihat Jaemin berada di dapur.

"Belum, badan nya panas ma. Kayaknya demam, aku mau buat kompresan dulu." Jawab Jaemin.

"Demam?" Jaemin mengangguk.

"Itu pasti karena terlalu sibuk dan gak inget waktu, kamu buat kompresan dulu aja. Jino di mana?"

"Di kamar, ma."

"Kamu fokus sama Jeno dulu ya, Jeno itu kalau sakit suka manja. Jino biar sama mama." Jaemin hanya mengangguk.

"Sebentar ma."

Setelah selesai Jaemin berjalan kearah kamar diikuti Tiffany, pemuda manis itu masuk ke kamar tanpa menutup pintu.

"Jino sama oma dulu, papi mau kompres ayah." Ucap Jaemin, Jino hanya diam menatap Jaemin. Masih sibuk dengan mainannya.

Jaemin hanya tersenyum, membawa Jino ke dalam gendongannya menuju Tiffany.

"Belum aku mandiin, ma."

"Gak apa-apa, nanti mama yang mandiin."

"Makasih, ma. Maaf ngerepotin." Tiffany menggeleng.

"Nggak, sayang." Jaemin tersenyum, setelahnya Tiffany berlalu. Jaemin pun berjalan masuk dan menutup pintu, mulai mengkompres Jeno.

Jeno yang merasakan aneh pada keningnya dengan perlahan membuka mata, mendapatkan Jaemin yang tengah menatapnya.

"Na."

"Diem, Lo lagi sakit. Gue, mama, sama papa kan udah bilang jangan terlalu sibuk sama pekerjaan Lo. Lo juga butuh istirahat, butuh makan." Oceh Jaemin, Jeno hanya diam dan tersenyum tipis.

"Kenapa senyum? Lagi di omelin juga."

"Maaf, na. Niat gua mau Sabtu ini pergi keluar sama kalian, gua mau kerjain semua supaya cepet selesai." Ucap Jeno pelan.

"Sampe sakit gini?" Jeno mengangguk pelan.

"Jangan di ulang, Lo bisa nyelesai semua sebisa Lo. Lagian masih ada papa yang bantu, Jen." Jeno mengangguk saja, kepala nya begitu pusing.

Jaemin mengambil kain basah yang ada di kening Jeno, lalu menyelupkannya pada air dan ia peras. Kemudian ia taruh kembali di kening Jeno, begitu seterusnya.

"Gue mau buat bubur dulu sebentar." Ucap Jaemin, ingin beranjak namun Jeno menarik tangannya dan menggeleng.

"Disini aja, jangan kemana-mana."

"Sebentar aja, nanti balik lagi." Jeno menggeleng lemah.

"Terus kalau gue disini yang buat bubur sama ambil obat siapa?"

"Ada bibi, biar bibi aja, na."

"Iya, tapi gue panggil bibi sebentar habis itu balik lagi. Janji kok sebentar aja."

"Janji?"

"Iya janji, bentar ya."

Jaemin bangkit, tapi sebelum itu ia mengusap surai Jeno dan berjalan menuju dapur untuk meminta bibi membuatkan bubur dan mengambil obat.

Tak lama Jaemin kembali, mendapatkan Jeno yang kembali memejamkan matanya. Pemuda manis itu duduk di ujung ranjang.

"Nanti peluk."

"Iya."

"Dingin soalnya."

"Iya, Jeno. Tapi makan sama minum obat dulu baru boleh peluk."

"Iya."

Beberapa menit kemudian suara ketukan pintu terdengar, Jaemin perlahan bangkit dan membuka pintu. Mendapatkan bibi dengan nampan berisi bubur, air juga obat.

"Terima kasih, bi."

"Sama-sama tuan."

Jaemin menutup pintu dan mendekat kearah Jeno, pemuda manis itu mengambil mangkuk dan mendiami nya sebentar sebelum menyuapi Jeno.

Jeno awalnya menolak, namun Jaemin membujuknya membuat Jeno mau tak mau menurut.

Hanya beberapa suap karena Jeno terus mengeluh jika mulutnya pait, karena sudah beberapa suap bubur yang masuk Jaemin pun menyudahinya.

Mengambil obat lalu memberikan pada Jeno, pemuda itu menerimanya dan meminumnya.

Beberapa menit Jeno diam dengan tubuh bersandar pada kepala ranjang sementara Jaemin membuka sedikit tirai di kamarnya, membiarkan sedikit cahaya masuk karena Jeno tak ingin terlalu terang.

"Na, mau peluk." Mendengar suara Jeno, Jaemin hanya bisa terkekeh pelan.

Jaemin mendekat, duduk di samping Jeno, pemuda tampan itu merebahkan tubuhnya.

"Tiduran juga." Jaemin kembali menurut, tanpa bicara langsung memeluk Jeno yang menenggelamkan wajahnya pada dada Jaemin.

Jaemin tersenyum dan mengusap punggung lebar Jeno, ia merasakan nafas hangat Jeno.

Beberapa menit kemudian Jeno terlelap, dengan memeluk pinggang Jaemin begitu erat seolah tak ingin jika Jaemin meninggalkan nya.

Jaemin hanya diam, membiarkan Jeno terlelap sementara dirinya memainkan ponsel untuk mengabarkan teman-teman.

Hanya chatan biasa, pemuda manis itu sesekali terkekeh.

"Ada-ada aja anjir." Ucap Jaemin saat Haechan meminta untuk pap, karena Jaemin mengatakan jika Jeno sedang sakit.

"Yaudah lah."

Jaemin kemudian memfoto dirinya dan Jeno yang terlelap lalu mengirimkannya pada teman-teman, juga menaruh ponsel dan membiarkan teman-teman itu ingin membalas apa karena ia juga sedikit mengantuk.

Pemuda manis itu mulai memejamkan matanya, lalu terlelap menyusul Jeno.

...

tbc.

accident | nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang