08

5.4K 401 10
                                    

"Kenapa Lo gak jujur? Lo tau apa yang lo lakuin kan?"

"Buat apa?"

"Gue pasti tanggung jawab, dan anak yang ada dalam kandungan lo itu sama kita, kita bisa hidup sama-sama sebagai keluarga." Pemuda manis itu terkekeh kecil.

"Nikah, punya anak juga berkeluarga itu gak mudah. Di tambah kita masih sekolah, gue udah pikirin ini dari jauh hari. Oh, atau lo mau gue jebak lo sama Jaemin supaya kalian nikah, rawat anak ini sama-sama dan bahagia, gitu?"

"Gue tau, tapi gue berusaha buat jadi terbaik nantinya."

"Gak perlu, ini udah jalan yang bener menurut gue. Jangan pernah ikut campur urusan gue atau lo ambil anak ini secara paksa dari mereka karena lo gak berhak buat itu!"

"Gue ayahnya."

"Gak peduli, sekarang lo udah tau semuanya kan? Lo cuma harus ikhlas dan jangan ikut campur lagi, gue pengen hidup bebas tanpa urus anak apalagi nikah!" Felix berjalan meninggalkan Hyunjin yang terdiam menatap punggung itu menjauh.

"Sialan! Gue akan pake acara apapun supaya anak gue balik ke gue, gak peduli meski Jeno temen gue karena gimana pun itu anak gue!"

.

Jaemin berjalan menuju kamar, membuka tirai membuat dua pria dengan usia berbeda itu menggeliat pelan.

Ini hari sabtu, Jaemin serta Jeno libur sekolah.

"Bangun, mandi habis itu sarapan." Ucap Jaemin pada Jeno, bukannya bangun pemuda itu malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Jenooooo."

"Berisik, ini hari libur." Jaemin mendengus mendengarnya, pemuda manis itu mengalihkan pandangannya kearah balita yang kini mengerjap pelan lalu menatapnya.

Jaemin mendekat kearah Jino, membawa balita itu dalam gendongannya.

"kenapa Jino yang bangun? pina bangunin ayah mu padahal." Ucap Jaemin, mencium wajah si kecil dengan gemas.

"Disini sama ayah, ya." Jaemin kembali menaruh Jino di samping Jeno.

"Jen jagain, mau buat susu." Jeno bergumam pelan.

"Jeno bangun! Nanti kal—"

"Bawel." Jaemin mendengus, pemuda manis itu kemudian membuatkan susu untuk si kecil. Tak lama suara tangisan terdengar Jaemin tentu panik, pemuda manis itu berjalan cepat dan memekik saat Jeno memeluk balita itu.

"Jeno itu Jino nya sesek!" Teriak Jaemin membuat Jeno tersentak begitu dengan Jino yang terkejut mendengar suara Jaemin dan menangis kencang setelahnya.

Jeno diam sebelum akhirnya bangkit dan membawa Jino dalam pangkuannya, menepuk bokong balita itu dengan lembut dan terus berucap maaf.

"Maaf, ayah gak tau. Ayah kira guling."

"Mana ada guling se kecil itu???" Protes Jaemin, Jeno mendongak kemudian mengangkat bahu.

"Kirain."

"Dih, mana gak liat badan lagi. Kasian Jino ketiban raksasa." Ucap Jaemin yang mendekat kearah Jeno, mengambil Jino dan membawa balita itu ke dalam pangkuannya.

"Enak aja!"

"Sana mandi habis itu sarapan." Jeno menggeleng, kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

"Malah tidur lagi, sana mandi ih! cuci muka lah minimal."

"nanti."

Jaemin tak menjawab, ia beranjak dan berjalan menuju balkon kamar Jeno. Duduk disana dengan Jino yang tubuhnya ia rebahkan di pangkuannya, minum susu dengan tangan kecilnya yang menggenggam tangan Jaemin kuat.

accident | nomin [✓]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن