Bab 02

3.2K 435 46
                                    

Sekar dan Agra kembali....

Terimakasih sudah mau menantikan cerita ini...

Happy reading😚

Tentu saja, ia bukan Tyas yang keberadaannya sangat berarti bagi Agra. Ia bukan Tyas hingga Agra takut kehilangannya. Ia hanyalah istri yang terpaksa Agra nikahi.

Ingatan masa lalu itu membuat dada Sekar seperti di cengkeram kuat. Sekeras apapun ia berusaha menyembuhkan luka hatinya lima tahun ini, nyatanya kenangan pernikahannya bersama Agra selalu berhasil membuatnya merasa tersakiti.

Sekar menarik panjang napasnya, berusaha membuyarkan perasaan-perasaan tak nyaman yang kini bersemayam di hatinya. Ia tidak boleh menjadi lemah hanya karena kemunculan Agra, lagipula pria itu hanyalah tamu di hotel ini sedangkan ia hanya seorang pekerja part time. Bukan tidak mungkin jika mereka tidak akan bertemu lagi.

Detik berikutnya, ia berjengit saat mengingat sesuatu. Menuju tangga darurat, ia mulai menyalakan ponsel miliknya yang sedari pagi lupa di nyalakan. Suara pesan masuk seketika mengudara begitu ponsel berhasil di nyalakan, sederet pesan dari Bu Rina mendominasi notifikasi. Ia lantas membuka pesan yang paling atas sekaligus yang paling baru—yang dikirim oleh Bu Rina.

Jemari Sekar yang menggenggam ponsel gemetaran usai membaca isi pesan, tanpa banyak berpikir ia langsung menghubungi wanita paruh baya itu.

"Assalamu'alaikum Bu, gimana kabar Hanum?" tanya Sekar begitu panggilan terhubung.

"Wa'alaikumsalam Nak Sekar, maaf Ibu mengganggu, Ibu hanya ingin kasih kabar kalau Hanum demam Nak," Bu Rina menjelaskan di seberang telepon dengan nada khawatir.

"Ya Tuhan." Sekar reflek berpegangan pada besi pembatas tangga, kabar yang Bu Rina sampaikan membuat pijakannya limbung. "Ya sudah Bu, kalau begitu Sekar ijin pulang. Assalamu'alaikum."

Sekar memutus panggilan begitu Bu Rina membalas salamnya. Tak ingin membuang waktu ia segera mencari atasannya untuk meminta ijin pulang, namun permintaannya tidak disetujui sekalipun ia sudah memberitahu alasan mengapa ia ingin pulang lebih awal. Sang atasan kukuh jika Sekar hanyalah pekerja part time, ia di bayar untuk menggantikan karyawan yang sedang libur. Jika ia pulang lantas siapa yang akan mengerjakan tugas-tugasnya, apalagi saat ini tamu hotel sedang banyak.

Tapi Sekar tidak peduli, bahkan meski upahnya yang kemarin dan hari ini tidak di bayar Sekar rela asal ia bisa pulang secepatnya. Ia sudah melakukan kesalahan di pagi ini dengan tetap pergi bekerja di saat puterinya tengah sakit, kini ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Baginya sang puteri lebih penting di bandingkan pekerjaannya saat ini.

Sekar berjalan terburu-buru, pikirannya di penuhi kekhawatiran akan sang putera. Tak henti, ia menyalahkan dirinya yang lupa menyalakan ponsel.

Sekar kembali mendapat pesan dari Bu Rina yang memberitahu jika Hanum saat ini sudah di larikan ke rumah sakit terdekat lantaran obat penurun panas yang telah ia berikan tak juga meredakan demam anak itu.

Tiba di pintu lobi tanpa sengaja Sekar bertabrakan dengan seseorang, ponsel dalam genggaman pun terjatuh ke lantai.

"Maaf." Tanpa melihat ke wajah orang yang bertabrakan dengannya, mata Sekar sibuk mencari-cari ponselnya yang terlempar. Mendapati ada retakan pada layar benda pipih tersebut, mata Sekar reflek memejam tapi ia tidak memiliki cukup waktu untuk merutuki kesialannya. Ponsel itu langsung di pungutnya begitu ia membuka mata kembali, ia sudah akan meninggalkan tempat itu ketika mendengar seseorang menyebut namanya.

"Sekar...."

Suara itu cukup pelan, tapi masih terdengar oleh Sekar sehingga otomatis ia menoleh. Mata Sekar membulat lebar ketika mendapati Agra di depan mata, pria itu menatapnya kosong.

Dia Dari Masa LaluWhere stories live. Discover now