Bab 07

2.6K 293 17
                                    

Happy reading😘

Tak lama dari itu suara langkah kaki yang memasuki ruangan membuat suasana yang tadinya ramai sontak menjadi sunyi. Sepertinya atasan dari mereka semua telah tiba untuk menyampaikan beberapa patah kata kepada bawahannya—alasan mereka di kumpulkan disana. Rasa penasaran mendorong Sekar untuk menoleh, ingin melihat jelas wajah dari sang bos. Namun rasa terkejut membuat jantung Sekar hampir melompat ke perut saat mendapati Agra adalah bosnya di kantor yang baru.

“Selamat pagi semua.” Agra menyapa kalem bawahannya.

Serempak seluruh karyawannya menjawab, “Selamat pagi Pak.”

Terkecuali Sekar yang belum pulih dari rasa terkejutnya. Memandang kaku dengan mulut ternganga pada Agra yang kini sudah berada di hadapan mereka di damping oleh seorang sekertaris. Ketika sedang berbicara tiba-tiba Agra melihat Sekar yang langsung menundukkan wajahnya manakala pandangan mereka bertemu selama beberapa saat.

Keberadaan wanita itu berhasil membuyarkan fokusnya, hanya sejenak lalu kembali memasang wajah serius seakan tak melihat siapa-siapa. Panjang lebar Agra menyampaikan tujuannya mengumpulkan seluruh karyawan di pagi ini, namun satupun tidak ada yang di pahami oleh Sekar, karena pikirannya sibuk pada hal lain. 

Bagaimana ia bisa tidak tahu jika perusahaan ini adalah milik Agra?
Sekar terkesiap saat tahu-tahu rapat sudah berakhir. Ia melihat Agra beranjak meninggalkan ruangan. Pun sama halnya dengan para karyawan yang mulai membubarkan barisan.
Saat ia akan melakukan hal yang sama, seseorang memanggil namanya.

“Kamu Sekar kan?”

Sekar menoleh dan langsung mengenali wanita lawan bicaranya itu. “Ya betul, ada apa ya?” tanyanya, menatap sekertaris Agra dengan bingung.

“Kamu sudah tahu kalau kamu akan menggantikan saya?”

Ucapan si sekertaris membuat mata Sekar membulat. “A—apa?”

Sekertaris itu mengernyit. “Jadi kamu belum tahu?” tanyanya.

Sekar reflek menggeleng dengan raut terkejutnya.

“Jadi begini Sekar, kamu itu di rekrut untuk menggantikan saya. Saya bingung sih kenapa pihak HRD nggak kasih tahu kamu waktu interview,” tutur sang sekertaris, mengangkat bahunya.

“Mereka tidak mengatakan apa-apa,” balas Sekar jujur.

“Justru itu saya pun bingung, tapi ya intinya kamu itu di pekerjakan disini untuk menggantikan saya.”

“Kalau begitu saya boleh mengundurkan diri?” tanya Sekar dengan jemari saling meremas gugup.

“Loh ya jangan dong, masa belum juga kerja udah mau mengundurkan diri?” Si sekertaris menyentuh lengan Sekar.

“Tapi saya nggak ada pengalaman jadi sekertaris,” kilah Sekar.

“Nanti saya ajarin sampai kamu bisa, yuk kita ke ruangan!” 

Tanpa menunggu jawaban Sekar, si sekertaris menghelanya menuju lift yang masih di padati oleh para karyawan yang mengantri.

“Jangan tegang, pak Agra orangnya baik kok!” ucap si sekertaris sembari mengedipkan sebelah mata pada Sekar yang berdiri di sebelahnya.

Sekar menelan ludah, ia tahu Agra memang baik. Tapi ia tidak bisa bekerja dengan pria itu.

“Lagipula, pak Agra ada di kantor ini paling sebulan antara dua sampai tiga kali, selebihnya dia ngurusin kantornya yang di Jakarta.” 

Sekar tersenyum kikuk saat penjelasan itu nyatanya tidak berhasil menghilangkan kekhawatiran yang ia rasakan.

“Oiya Sekar, umur kamu berapa?” tanya si sekertaris lagi saat keduanya sudah masuk ke dalam lift.

Dia Dari Masa LaluWhere stories live. Discover now